GIANYAR – Kasus siswa tewas saat mandi di sungai Ayung Ubud, Gianyar, dan siswi bunuh diri di kecamatan Susut, Bangli sangat disayangkan oleh Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali.
Peran dan perhatian orang tua disebut sangat minim untuk mengawasi dan berkomunikasi dengan si anak.
Komisioner KPPAD Provinsi Bali, Kadek Ariyasa, menyatakan, perhatian orang tua terhadap anak kali ini begitu memprihatinkan.
“Kasus siswa tenggelam ini harus menjadi perhatian yang sangat serius. Orang tua harus memiliki pola asuh yang baik,” ujar Komisioner asal Desa Mas, Kecamatan Ubud ini.
Ariyasa mengaku sudah banyak kasus yang membahayakan anak-anak. Contoh sebelumnya ada siswa yang terbawa arus ke cubang di air terjun Tegenungan di Desa Kemenuh, Sukawati.
Termasuk kasus kecelakaan lalu lintas yang sempat terjadi di Jalan Raya Blahbatuh. “Itu mungkin belum hilang dari ingatan kita semua. Tapi kenapa masalah ini masih berlanjut,” ujarnya.
Dari kasus kejadian siswa tenggelam di sungai Ayung, ada 7 anak SMP naik sepeda motor menuju sungai. Kemudian mereka mandi di sungai Ayung yang dikenal punya arus deras.
“Seharusnya para orang bisa menanamkan pendidikan mengenai lingkungan ini. Belum waktunya sudah diberikan naik motor,” keluhnya.
Disamping itu, orang tua juga harus mengajarkan supaya berhati-hati jika mandi di sungai. “Anak harus diajarkan ada risiko di alam sana,” pintanya. Dia pun mengajak para orang tua ini sadar.
Sedangkan, untuk kasus siswi bunuh diri di kecamatan Susut, Bangli, disebut kejadian ulangan. Sebelumnya di Bangli juga sempat terjadi kasus bunuh diri yang dilakukan pelajar.
“Untuk bunuh diri sebelumnya di Kintamani, KPPAD sempat turun, ternyata motif hampir sama dengan yang di Susut ini (kejadian Sabtu 10 Maret, red),” terangnya.
Ariyasa melihat, secara sekilas, dua kasus itu sama-sama ada unsur rasa kecewa terkait hubungan komunikasi antara anak dengan orang tua.
“Hal ini kembali kami tegaskan semua hal ini tidak bisa dipisahkan dari pola asuh di dunia pendidikan,” tegasnya.
Pihak KPPAD Bali menilai, beberapa orang tua belum menganggap keterbukaan komunikasi dengan si anak hal yang penting.
“Sebagian besar orang tua masih belum menyadari arti penting kepentingan komunikasi untuk mendengar keluhan dan memenuhi hak anak,” jelasnya.
Ada banyak faktor penyebab munculnya masalah kesadaran komunikasi ini. “Pertama karena faktor pendidkan, wawasan dan pengetahuan yang masih agak terbatas. Lalu ada tuntutan ekonomi yang lebih dominan,” jelasnya.
Faktor lainnya, dari masyarakat sekitarnya, termasuk peran pemerintah terbawah yakni banjar. “Peran pemerintah terbawah sampai yang di atas,
harus bisa menyosialisasikan menjadikan pengalaman setiap kasus termsuk unut kasus bunuh diri kepada masyarakat,” tukasnya