RadarBali.com – Warga di Desa Tinga-Tinga, Kecamatan Gerokgak, dibuat resah. Mereka kini tak bisa mengkonsumsi air minum yang dialirkan oleh pengelola di desa setempat.
Penyebabnya air dalam kondisi tercemar. Diduga kuat ada pestisida yang mencemari air. Warga pun khawatir mengkonsumsi air dan memilih membeli air di luar desa.
Kondisi itu sebenarnya sudah terjadi sejak pukul 16.00, Selasa (11/7) lalu. Saat itu warga sudah mulai curiga karena air berbau sangat menyengat. Baunya identik dengan pestisida tanaman.
Pada pukul 18.00 sore, warga semakin heboh. Penyebabnya warga yang pulang dari kebun tak bisa mandi karena air berbau.
Bahkan pada pukul 19.00 warga sudah menguras bak-bak penampungan air karena bau yang menyengat. Meski sudah resah, tak ada seorang pun yang melapor ke pihak desa.
Akhirnya pada pukul 20.00, salah seorang warga, yakni Ketut Sugiarta, melaporkannya kepada Perbekel Tinga-Tinga, Made Suwardipa.
Sugiarta merupakan keponakan Sugiarta yang bekerja sebagai tukang bangunan di sana. Kebetulan Sugiarta hendak mandi di rumah Perbekel Suwardipa. Sejak saat itu informasi menyebar semakin luas dan warga desa dibuat resah.
“Baunya menyengat sekali. Semua masyarakat heboh di desa ini. Khawatir kan kalau sampai ada yang minum. Dari jam tujuh malam itu sudah mulai buang-buang air. Kecuali air yang sempat disimpan dua hari lalu (Senin, Red) tidak dibuang,” ujar salah seorang warga, Gusti Made Arjana.
Diduga pencemaran air itu terjadi mulai dari jaringan pipa ke rumah-rumah warga. Polisi sempat melakukan penelusuran dari sumber air di Pura Taman hingga bak penampungan di reservoar keempat yang ada di Banjar Dinas Taman Sari.
Hasilnya tidak ada tanda-tanda pencemaran. Reservoar itu juga mengalirkan air ke dua jaringan air minum.
Masing-masing ke wilayah Banjar Dinas Merta Sari dan ke Banjar Dinas Juntal. Rupanya jaringan ke Banjar Dinas Merta Sari tidak tercemar.
Tanda-tanda air tercemar justru banyak ditemukan di wilayah Banjar Dinas Juntal. Lokasinya terpusat di sekitar rumah Perbekel Suwardipa.
Rumah-rumah di sekitar dalam radius 20 meter juga mengeluhkan hal yang sama. Air ditemukan dalam kondisi keruh, berbusa, lengket, dan bau menyengat.
“Pengelola air minum langsung saya kontak menutup di hulu. Langsung dikuras sampai di hilir. Khawatirnya kan ada yang pakai masak atau minum. Malam itu juga saya instruksikan warga jangan ada yang konsumsi air desa dulu,” kata Suwardipa.
Suwardipa pun bingung dari mana asal muasal pestisida yang diduga mencemari air minum warga. Lantaran bak reservoar seluruhnya dalam kondisi terkunci.
Selain itu jaringan pipa air minum seluruhnya ada di bawah tanah. “Misalnya ada menuang sesuatu di reservoar nomor empat itu, semestinya ada dua jaringan yang kena. Ini kok yang terkontaminasi hanya di Juntal saja,” imbuhnya.
Kondisi itu pun berpengaruh pada warga. Sebagian besar warga kini mandi pada jaringan irigasi. Untuk konsumsi maupun memasak, warga menggunakan air yang sempat ditampung pada Senin lalu.
Hampir seluruh warga Tinga-Tinga memiliki bak penampungan air di rumahnya. Sementara warga yang kehabisan stok air, memilih membeli air isi ulang atau air minum di wilayah Desa Sanggalangit.