31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 10:59 AM WIB

Aktivitas Seksual Tinggi, Kasus HIV/AIDS di Jembrana Tambah 59 Kasus

NEGARA- Angka kasus penderita HIV/ AIDS di Jembrana setiap tahun terus bertambah.

Bahkan mengacu dari data Dinas Kesehatan Jembrana, jumlah penderita HIV/AIDS dari sejak tahun 2005- September 2019 sudah mencapai 1031 kasus.

Seperti disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jembrana I Gusti Agung Putu Arisantha.

Menurutnya, dari tahun ke tahun, jumlah ODHA di Jembrana terus mengalami peningkatan.

Disebutkan, dari data yang dimiliki Diskes Jembrana, tahun 2018 terdata sebanyak 104 kasus, kemudian tahun 2019 hingga bulan September lalu terdapat 59 kasus baru.

 “Memang kalau dibandingkan 2018 menurun, tapi tahun ini masih kami lakukan pendataan lagi dalam tiga bulan ini,” ujarnya, didampingi Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Ida Bagus Made Adnyana.

Dijelaskan, dari jumlah kumulatif kasus tersebut dari segi umur penderita sekitar 50 persen atau mayoritas usia produktif, antara umur 20 – 40 tahun.

Sedangkan sisanya umur diatas 40 tahun dan dibawah 20 tahun, termasuk pelajar sudah ada yang tertular HIV – AIDS.

Penularan virus mematikan ini sebagian besar tertular dari aktivitas seks yang tinggi dari pasangan seksual.

Bagi penderita atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA), sampai saat ini masih berkisar 60 persen yang minum obat.

Padahal, pengobatan untuk HIV – AIDS gratis yang bisa dilakukan di 15 pos pelayanan, diantaranya di 10 Puskesmas, 4 rumah sakit dan1 rumah tahanan negara. “Target kita memperluas layanan. Selain untuk pos pengobatan, juga pos pemeriksaan. Terutama bagi ibu hamil,” tegasnya.

Pihaknya mengimbau warga untuk rutin periksa, terutama kelompok berisiko. Tahun depan sebanyak 7000 buah reagen disediakan untuk digunakan tes warga. Warga harus berani tes HIV – AIDS, karena sebagai upaya untuk pencegahan penularan. Apabila ada yang positif, akan diobati rutin dan mendapat pendampingan. “Apabila negatif kita jaga,” imbuhnya.

Pencegahan penularan virus ini, selain memperbanyak pos pelayanan juga dengan melakukan sosialisasi ke kelompok masyarakat, termasuk pelajar ditingkat SMP dan SMA.

Melakukan tes HIV – AIDS kepada kelompok- kelompok berisiko termasuk pada semua ibu hamil. “Ibu hamil yang positif, sudah tertangani melalui program pencegahan penularan dari ibu ke anaknya,” tegasnya.

Pencegahan dan pengobatan HIV-AIDS tersebut merupakan program yang gencar dilakukan untuk mencegah penularan virus mematikan tersebut, sehingga mengurangi jumlah penderita yang cenderung meningkat setiap tahun.

 “Nanti harapannya pada tahun 2030, 90 persen ODHA minum obat. Virusnya tersuspensi atau jumlah virusnya bisa ditekan sampai dengan tidak terdeteksi,” tukasnya. 

NEGARA- Angka kasus penderita HIV/ AIDS di Jembrana setiap tahun terus bertambah.

Bahkan mengacu dari data Dinas Kesehatan Jembrana, jumlah penderita HIV/AIDS dari sejak tahun 2005- September 2019 sudah mencapai 1031 kasus.

Seperti disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jembrana I Gusti Agung Putu Arisantha.

Menurutnya, dari tahun ke tahun, jumlah ODHA di Jembrana terus mengalami peningkatan.

Disebutkan, dari data yang dimiliki Diskes Jembrana, tahun 2018 terdata sebanyak 104 kasus, kemudian tahun 2019 hingga bulan September lalu terdapat 59 kasus baru.

 “Memang kalau dibandingkan 2018 menurun, tapi tahun ini masih kami lakukan pendataan lagi dalam tiga bulan ini,” ujarnya, didampingi Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Ida Bagus Made Adnyana.

Dijelaskan, dari jumlah kumulatif kasus tersebut dari segi umur penderita sekitar 50 persen atau mayoritas usia produktif, antara umur 20 – 40 tahun.

Sedangkan sisanya umur diatas 40 tahun dan dibawah 20 tahun, termasuk pelajar sudah ada yang tertular HIV – AIDS.

Penularan virus mematikan ini sebagian besar tertular dari aktivitas seks yang tinggi dari pasangan seksual.

Bagi penderita atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA), sampai saat ini masih berkisar 60 persen yang minum obat.

Padahal, pengobatan untuk HIV – AIDS gratis yang bisa dilakukan di 15 pos pelayanan, diantaranya di 10 Puskesmas, 4 rumah sakit dan1 rumah tahanan negara. “Target kita memperluas layanan. Selain untuk pos pengobatan, juga pos pemeriksaan. Terutama bagi ibu hamil,” tegasnya.

Pihaknya mengimbau warga untuk rutin periksa, terutama kelompok berisiko. Tahun depan sebanyak 7000 buah reagen disediakan untuk digunakan tes warga. Warga harus berani tes HIV – AIDS, karena sebagai upaya untuk pencegahan penularan. Apabila ada yang positif, akan diobati rutin dan mendapat pendampingan. “Apabila negatif kita jaga,” imbuhnya.

Pencegahan penularan virus ini, selain memperbanyak pos pelayanan juga dengan melakukan sosialisasi ke kelompok masyarakat, termasuk pelajar ditingkat SMP dan SMA.

Melakukan tes HIV – AIDS kepada kelompok- kelompok berisiko termasuk pada semua ibu hamil. “Ibu hamil yang positif, sudah tertangani melalui program pencegahan penularan dari ibu ke anaknya,” tegasnya.

Pencegahan dan pengobatan HIV-AIDS tersebut merupakan program yang gencar dilakukan untuk mencegah penularan virus mematikan tersebut, sehingga mengurangi jumlah penderita yang cenderung meningkat setiap tahun.

 “Nanti harapannya pada tahun 2030, 90 persen ODHA minum obat. Virusnya tersuspensi atau jumlah virusnya bisa ditekan sampai dengan tidak terdeteksi,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/