34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 13:43 PM WIB

Heboh Cacar Monyet, Masyarakat Bali Dihimbau Tak Panik, Kecuali..

DENPASAR – Heboh penyebaran penyakit infeksi cacar monyet atau monkeypox menuai respon dari para akademisi di Bali.

Salah satunya datang dari guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana (FKH Unud) Prof. Dr.drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika.

Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali, Rabu (15/5), pihaknya mengimbau agar masyarakat khususnya di Bali tidak panik.

Himbauan agar masyarakat tidak panic dengan penularan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus cacar monyet yang dapat timbul pada hewan tertentu, itu karena menurutnya, cacar monyet bukanlah penyakit yang bersifat fatal.

“Jika virus cacar monyet ini mengenai hewan monyet tidak masalah. Yang bermasalah ketika mengenai manusia, karena akan berdampak pada estetika yang tidak bagus,” ungkapnya

Dijelaskan, cacar monyet memang awalnya ditemukan pada hewan mamalia monyet. Namun bukan monyet yang hidup di alam, melainkan monyet untuk penelitian di laboratorium.

Sedangkan asal usul penyakit ini sendiri menurut Mahardika berasal dari Afrika. “Namun ditemukan pertama justru di Denmark pada monyet yang akan digunakan untuk penelitian,”jelasnya. 

Lebih lanjut, penularan penyakit ini tidak harus dari monyet namun bisa dari hewan pengerat lain seperti tikus dan tupai.

Penularan juga bisa terjadi dari mengonsumsi daging dari hewan liar di Afrika.

Selain itu juga, penyakit infeksi ini bisa menular melalui air liur dan bisa menular melalui goresan atau luka pada tubuh.

Bahkan, bisa juga dari orang ke orang meskipun jarang terjadi.

Namun syukurnya, meski ditularkan oleh hewan (zoonosis), namun dikatakan penyakit ini belum pernah ditemukan pada hewan di Indonesia.

“Di negara lain pernah ditemukan yaitu di Amerika pernah dilaporkan baik pada manusia dan hewan.Penyakit ini berhubungaan dengan orang yang berhubungan dengan orang-orang yang suka dengan binatang mengerat seperti tikus dan tupai. Itulah sebenarnya sumber virusnya sebenarnya bukan dari monyet,” tegasnya.

Dampaknya pun mirip dengan cacar lainnya, yakni menimbulkan benjolan. Bedanya diukuran yang lebih besar dari cacar biasa. Jika benjolannya pecah dapat menyebar ke area lainnya di tubuh.

DENPASAR – Heboh penyebaran penyakit infeksi cacar monyet atau monkeypox menuai respon dari para akademisi di Bali.

Salah satunya datang dari guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana (FKH Unud) Prof. Dr.drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika.

Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali, Rabu (15/5), pihaknya mengimbau agar masyarakat khususnya di Bali tidak panik.

Himbauan agar masyarakat tidak panic dengan penularan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus cacar monyet yang dapat timbul pada hewan tertentu, itu karena menurutnya, cacar monyet bukanlah penyakit yang bersifat fatal.

“Jika virus cacar monyet ini mengenai hewan monyet tidak masalah. Yang bermasalah ketika mengenai manusia, karena akan berdampak pada estetika yang tidak bagus,” ungkapnya

Dijelaskan, cacar monyet memang awalnya ditemukan pada hewan mamalia monyet. Namun bukan monyet yang hidup di alam, melainkan monyet untuk penelitian di laboratorium.

Sedangkan asal usul penyakit ini sendiri menurut Mahardika berasal dari Afrika. “Namun ditemukan pertama justru di Denmark pada monyet yang akan digunakan untuk penelitian,”jelasnya. 

Lebih lanjut, penularan penyakit ini tidak harus dari monyet namun bisa dari hewan pengerat lain seperti tikus dan tupai.

Penularan juga bisa terjadi dari mengonsumsi daging dari hewan liar di Afrika.

Selain itu juga, penyakit infeksi ini bisa menular melalui air liur dan bisa menular melalui goresan atau luka pada tubuh.

Bahkan, bisa juga dari orang ke orang meskipun jarang terjadi.

Namun syukurnya, meski ditularkan oleh hewan (zoonosis), namun dikatakan penyakit ini belum pernah ditemukan pada hewan di Indonesia.

“Di negara lain pernah ditemukan yaitu di Amerika pernah dilaporkan baik pada manusia dan hewan.Penyakit ini berhubungaan dengan orang yang berhubungan dengan orang-orang yang suka dengan binatang mengerat seperti tikus dan tupai. Itulah sebenarnya sumber virusnya sebenarnya bukan dari monyet,” tegasnya.

Dampaknya pun mirip dengan cacar lainnya, yakni menimbulkan benjolan. Bedanya diukuran yang lebih besar dari cacar biasa. Jika benjolannya pecah dapat menyebar ke area lainnya di tubuh.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/