GIANYAR – Jalan hidup mati seseorang sulit ditebak. Seperti nasib seorang petani, I Made Asa, 60, petani uzur asal Banjar Tegal Suci, Tampaksiring, yang tewas tersangkut di atas pohon kelapa, Kamis (14/12) malam.
Tragisnya, proses evakuasi jenazah korban tak semudah yang dibayangkan. Petugas harus memanjat pohon kelapa dalam kondisi gelap gulita.
Menurut putra korban, I Ketut Sudiarta, 35, ayahnya seperti biasa pergi ke sawah pukul 14.00. Biasanya baru pulang menjelang senja, sekitar pukul 18.00.
Namun, hingga Kamis malam, ayahnya tidak kunjung datang. “Kami sempat tanya ke tetangga, tapi tidak tahu,” ujar Ketut Sudiarta kemarin (15/12).
Karena banyak orang yang tidak tahu, pihak keluarga memutuskan melakukan pencarian sendiri. Mereka berinisiatif mencari ke sawah.
Sampai di tegalan, di dekat sawah setempat, areal sawah sudah sepi. Sebuah petunjuk muncul ketika Ketut Sudiarta melihat sandal dan topi ayahnya di bawah pohon kelapa.
Namun, saat itu dia belum melihat ke atas. Sudiarta memilih pulang untuk meminta bantuan warga setempat.
Ketika dicari ramai-ramai, salah seorang keluarga menaruh curiga pada janur dan buah kelapa yang berserakan di bawah.
Benar saja, ketika mendongak ke atas pohon menggunakan senter, ternyata sebagian badan Made Asa tampak tersangkut pohon kelapa.
Semakin malam, makin ramai warga yang membantu proses evakuasi. Proses evakuasi dibantu personil Polsek Tampaksiring.
Kapolsek Tampaksiring AKP I Made Tama mengatakan, korban punya riwayat sesak nafas. “Kemungkinan dia sesak nafas karena keterangan dari anaknya pertama korban punya riwayat sesak nafas,” jelasnya.
Kepergian Made Asa telah diterima sebagai musibah. “Pihak keluarga tidak mau dilakukan otopsi. Mereka menerima kejadian ini sebagai sebuah musibah,” kata AKP I Made Tama.