29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:09 AM WIB

160 Pengungsi Bertahan di Posko, Murti: Kami Serasa Bos

RadarBali.com – Para pengungsi di posko Sutasoma jumlahnya kian menciut. Data terbaru Kamis kemarin (16/11), jumlah pengungsi mencapai 160 jiwa.

Mereka kebanyakan berasal dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. Mereka yang bertahan karena masih takut dengan adanya gempa yang masih dirasakan.

“Saya waktu Galungan sempat pulang ke Karangasem sembahyang, di sana masih ada gempa,” ujar Kelian Dinas Banjar Pengalusan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Ni Ketut Muriani kemarin (16/11).

Dia menyatakan gempa berlangsung 2-4 kali dalam sehari. “Gempa kecil, tapi gempa bisa kami rasakan,” ujar klian dinas perempuan pertama di Banjar Pengalusan tersebut.

Dia mengaku, beberapa warga yang nekat berada di kampung halamannya itu juga memberikan informasi.

“Mereka kasih tahu gempa masih terasa, banyak warga kami, ada 28 KK yang nekat pulang,” jelas ibu muda yang akrab disapa Muri itu. Di pengungsian Sutasoma, warga banjarnya ada 20 KK saja.

“Kami di sini karena masih takut. Kalau yang lain itu pulang karena mereka jenuh di sini dan tidak menghiraukan imbauan pemerintah,” jelas kelian dinas yang menggantikan posisi ayahnya itu.

Dia mengaku, selama di pengungsian keluarganya bersama puluhan warga lainnya hanya diam saja.

“Pagi kami baru bangun, makan. Lalu siangnya kami makan dan malam istirahat. Begitu setiap hari,” jelasnya sambil tertawa karena merasa seperti bos saja.

Diakui, aktivitas semacam itu memang menjenuhkan. “Tapi baru-baru kami di sini saja rasanya gelisah. Tapi setelah dua bulan kami sekarang di sini sudah terbiasa,” ujarnya.

Lanjut Muri, selama di pengungsian, logistik untuk warga sebanyak 160 orang mencukupi. “Makan dan minum masih mencukupi, kami berterima kasih,” ungkapnya.

Sedangkan, untuk fasilitas tempat tidur yang diberikan dipandang lebih baik dari kabupaten lainnya.

“Di sini kami dapat kasur. Ada atap juga. Juga ada kamar mandi. Kalau kabupaten lain, dari tenda, sulit rasanya tidur kalau begitu,” ujarnya.

Seperti diketahui, posko Sutasoma ini merupakan bangunan kios untuk relokasi pedagang pasar seni Sukawati.

Namun karena pasar seni Sukawati tidak jadi dibongkar, maka bangunan kios itu sempat mangkrak.

Sementara itu, bagian Logistik yang dihandel Dinas Sosial menjamin ketersediaan makanan dan minuman bagi pengungsi di posko Sutasoma.

Untuk kebutuhan beras dan sayuran masih mencukupi. Kini, mengingat jumlah pengungsi menciut, maka sumbangan warga termasuk relawan pun ikut menurun. 

RadarBali.com – Para pengungsi di posko Sutasoma jumlahnya kian menciut. Data terbaru Kamis kemarin (16/11), jumlah pengungsi mencapai 160 jiwa.

Mereka kebanyakan berasal dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. Mereka yang bertahan karena masih takut dengan adanya gempa yang masih dirasakan.

“Saya waktu Galungan sempat pulang ke Karangasem sembahyang, di sana masih ada gempa,” ujar Kelian Dinas Banjar Pengalusan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Ni Ketut Muriani kemarin (16/11).

Dia menyatakan gempa berlangsung 2-4 kali dalam sehari. “Gempa kecil, tapi gempa bisa kami rasakan,” ujar klian dinas perempuan pertama di Banjar Pengalusan tersebut.

Dia mengaku, beberapa warga yang nekat berada di kampung halamannya itu juga memberikan informasi.

“Mereka kasih tahu gempa masih terasa, banyak warga kami, ada 28 KK yang nekat pulang,” jelas ibu muda yang akrab disapa Muri itu. Di pengungsian Sutasoma, warga banjarnya ada 20 KK saja.

“Kami di sini karena masih takut. Kalau yang lain itu pulang karena mereka jenuh di sini dan tidak menghiraukan imbauan pemerintah,” jelas kelian dinas yang menggantikan posisi ayahnya itu.

Dia mengaku, selama di pengungsian keluarganya bersama puluhan warga lainnya hanya diam saja.

“Pagi kami baru bangun, makan. Lalu siangnya kami makan dan malam istirahat. Begitu setiap hari,” jelasnya sambil tertawa karena merasa seperti bos saja.

Diakui, aktivitas semacam itu memang menjenuhkan. “Tapi baru-baru kami di sini saja rasanya gelisah. Tapi setelah dua bulan kami sekarang di sini sudah terbiasa,” ujarnya.

Lanjut Muri, selama di pengungsian, logistik untuk warga sebanyak 160 orang mencukupi. “Makan dan minum masih mencukupi, kami berterima kasih,” ungkapnya.

Sedangkan, untuk fasilitas tempat tidur yang diberikan dipandang lebih baik dari kabupaten lainnya.

“Di sini kami dapat kasur. Ada atap juga. Juga ada kamar mandi. Kalau kabupaten lain, dari tenda, sulit rasanya tidur kalau begitu,” ujarnya.

Seperti diketahui, posko Sutasoma ini merupakan bangunan kios untuk relokasi pedagang pasar seni Sukawati.

Namun karena pasar seni Sukawati tidak jadi dibongkar, maka bangunan kios itu sempat mangkrak.

Sementara itu, bagian Logistik yang dihandel Dinas Sosial menjamin ketersediaan makanan dan minuman bagi pengungsi di posko Sutasoma.

Untuk kebutuhan beras dan sayuran masih mencukupi. Kini, mengingat jumlah pengungsi menciut, maka sumbangan warga termasuk relawan pun ikut menurun. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/