AMLAPURA – Air bersih masih menjadi momok sebagian warga Karangasem termasuk juga di kecamatan Selat.
Namun demikian kesulitan ini membuat warga memutar otak mencari solusi. Salah satunya yang dilakukan Yayasan Sandat, di Dusun Abian Tiing, Desa Amerta Bhuana, Selat, Karangasem.
Yayasan ini punya terobosan membangun pompa air dengan sistem hidro. Di mana untuk menaikan air tanpa menggunakan tenaga listrik atau mesin. Hanya dengan menggunakan tenaga air itu sendiri.
Caranya sebenarnya cukup mudah dan juga peralatan juga simple. Sistem yang dipergunakan menggunakan gaya gravitasi.
Pompa ini sendiri dimotori oleh Mangku Pande Suardana, salah satu pengusaha yang tinggal di Denpasar. Mereka bekerjasama dengan Yayasan Sandat untuk pengolahan air kedepanya.
Menurut Ketua Yayasan Sandat yang juga Kawil Abian Tiing, Komang Tinggal, apa yang dilakukan awalnya di remehkan warga.
“Awalnya warga disini juga tidak percaya bisa melakukan itu,” ujarnya. Namun sejak empat bulan lalu air sudah bisa naik.
Sekarang ini karena bak penampungan masih kecil, baru 8 KK yang bisa memanfaatkan. Kalau bak penampungan di atas bisa mencukupi maka akan bisa memenuhi kebutuhan air semua Banjar Abian Tiing yang sebenyak 232 KK.
Sistem kerja pompa ini sangat sederhana. Di butuhkan turunan, satu meter menurun secara vertical bisa melempar air sejauh 25 meter.
Saat itu turunan sudah sampai 3 meter sehingga mampu mengangkat atau melampar air sempai 75 meter. Ketinggian ini sudah cukup air bisa masuk ke warga Abian Tiing.
Tahun 2019 rencananya akan terus dikembangkan. Yakni dengan turunan secara vertical 70 meter nantinya bisa melampar air sampai 480 meter.
Kalau ini bisa dilakukan maka air bisa di pompa sampai ke Dusun Sukaluwih yang letaknya cukup tinggi.
Untuk pemasangan pompa yang masih ujicoba tersebut dilakukan dalam satu hari, air sudah langsung bisa mengalir.
“Sekarang ini masih cari tower, butuh enam tower untuk bisa menampung air dan digunakan untuk mengaliri air ke rumah warga Dusun Abian Tinng,” ujar Tinggal.
Untuk biaya perawatan pompa ini juga sangat murah. “Paling hanya ganti klep yang terbuat dari karet ban luar mobil,” ujarnya.
Itupun bisa mencapai usia 1,5 tahun baru diganti. Pergantian juga gampang bisa membuat sendiri dengan menggunakan ban mobil.
Selaian itu juga dibutuhkan bak penampung di sumber air. Untuk di Abian Tiing ada bak berukuran 7 meter x 1 meter.
Dari bak penampungan ini air dialirkan dengan pipa menurun ke pompa hidropande. Sementara bak penampungan awal juga dilengkapi dengan saringan.
Sehingga air yang masuk ke pipa dan ke pompa tidak kotor yang bisa menyumbat pompa. “Kalau biaya sampai Rp 75 juta, namun semua dari bantuan,” ujarnya.
Kesuksesan ini membuat beberapa kalangan melakukan survei untuk belajar soal pompa hidro tersebut. Di antaranya ada dari Desa Pakraman Rendang yang ingin mengembangkan teknologi serupa.
Selain itu beberapa waktu lalu juga dari Pemkab Klungkung sempat datang. Sistem ini rencananya akan di kembangkan di Nusa Penida, Klungkung dengan cara manaikan air dari bawah jurang di Nusa Penida untuk warga yang tinggal di perbukitan.
Perbekel Amerta Bhuana I Wayan Suara mengatakan apa yang di kembangkan dengan pompa Hidropande sangat bagus.
Sekalipun sampai saat ini belum bisa maksimal memberikan pelayanan kebutuhan air di Desa Amerta Bhuana. Namun gagasan ini sangat luar biasa.
Saat ini sistemnya juga masih dalam tahap penyempurnaan dan akan di kembangkan terus. Kedepan dirinya berharap pompa ini bisa menjawab kebutuhan air bersih di desanya.