29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:26 AM WIB

Tiga ODHA Anak Meninggal, Dua Sakit Kronis, Seorang Putus Obat

SINGARAJA – Tiga orang anak yang masuk kategori Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) meninggal dunia dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.

Ketiganya harus tutup usia saat masih dini, gara-gara tertular virus HIV dari orang tuanya.

Mereka pun tengah giat-giatnya menempuh pendidikan, sebelum akhirnya kesehatannya memburuk dan mengembuskan nafas terakhirnya.

Anak-anak penderita HIV yang meninggal itu berada dalam rentang usia 12-16 tahun. Dari tiga orang anak itu, dua orang di antaranya meninggal karena sakit kronis.

Sementara seorang lainnya memutuskan berhenti mengonsumsi Anti Retroviral Virus (ARV), sehingga kondisi kesehatannya menurun dan meninggal dunia.

Konselor HIV Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) Buleleng, Made Ricko Wibawa menuturkan, pihaknya sudah mendampingi anak-anak tersebut sejak beberapa tahun terakhir.

Beberapa didampingi sejak berusia delapan tahun. Ada juga yang didampingi saat berusia 10 tahun. Seluruhnya mendapatkan virus HIV dari orang tuanya.

Dari tiga kasus itu, salah satu kasus dampingan YCUI cukup mengiris hati. Anak tersebut memutuskan berhenti mengonsumsi ARV.

Diduga anak itu putus obat karena kurang mendapatkan dukungan dari keluarga. Pihak yayasan sudah berupaya

memberikan dukungan dengan menggandeng desa, namun anak tersebut tetap memutuskan tak mau mengonsumsi obat lagi.

“ODHA anak itu rata-rata memang harus dipaksa minum obat. Nah anak ini sudah bolak balik kami bantu.

Begitu putus obat, kami bantu lagi, putus obat, kami bantu lagi. Begitu terus sampai tiga kali, akhirnya anak ini

menyatakan tidak mau lagi minum obat. Jadi ya kami hanya bisa mendampingi dari sisi kesehatannya saja,” kata Ricko.

Sejak anak itu berhenti mengonsumsi obat pada April 2017 lalu, kondisi kesehatannya terus menurun.

Hingga sekitar empat bulan terakhir anak tersebut menderita penyakit kronis dan harus tutup usia.

“Sejak putus obat itu, ya bolak-balik sakit. Tapi parahnya sekali sejak empat bulan terakhir itu benar-benar drop,” jelas Ricko.

Hingga kini masih ada 22 orang anak yang didampingi YCUI Buleleng. Pihak keluarga diharapkan memberikan dukungan, agar anak-anak bisa mengonsumsi obat secara rutin tiap 12 jam sekali.

Selain mendapatkan dukungan dari yayasan, anak-anak itu juga mendapat pendampingan rutin dari Puskesmas terdekat di tempat tinggalnya.

SINGARAJA – Tiga orang anak yang masuk kategori Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) meninggal dunia dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.

Ketiganya harus tutup usia saat masih dini, gara-gara tertular virus HIV dari orang tuanya.

Mereka pun tengah giat-giatnya menempuh pendidikan, sebelum akhirnya kesehatannya memburuk dan mengembuskan nafas terakhirnya.

Anak-anak penderita HIV yang meninggal itu berada dalam rentang usia 12-16 tahun. Dari tiga orang anak itu, dua orang di antaranya meninggal karena sakit kronis.

Sementara seorang lainnya memutuskan berhenti mengonsumsi Anti Retroviral Virus (ARV), sehingga kondisi kesehatannya menurun dan meninggal dunia.

Konselor HIV Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) Buleleng, Made Ricko Wibawa menuturkan, pihaknya sudah mendampingi anak-anak tersebut sejak beberapa tahun terakhir.

Beberapa didampingi sejak berusia delapan tahun. Ada juga yang didampingi saat berusia 10 tahun. Seluruhnya mendapatkan virus HIV dari orang tuanya.

Dari tiga kasus itu, salah satu kasus dampingan YCUI cukup mengiris hati. Anak tersebut memutuskan berhenti mengonsumsi ARV.

Diduga anak itu putus obat karena kurang mendapatkan dukungan dari keluarga. Pihak yayasan sudah berupaya

memberikan dukungan dengan menggandeng desa, namun anak tersebut tetap memutuskan tak mau mengonsumsi obat lagi.

“ODHA anak itu rata-rata memang harus dipaksa minum obat. Nah anak ini sudah bolak balik kami bantu.

Begitu putus obat, kami bantu lagi, putus obat, kami bantu lagi. Begitu terus sampai tiga kali, akhirnya anak ini

menyatakan tidak mau lagi minum obat. Jadi ya kami hanya bisa mendampingi dari sisi kesehatannya saja,” kata Ricko.

Sejak anak itu berhenti mengonsumsi obat pada April 2017 lalu, kondisi kesehatannya terus menurun.

Hingga sekitar empat bulan terakhir anak tersebut menderita penyakit kronis dan harus tutup usia.

“Sejak putus obat itu, ya bolak-balik sakit. Tapi parahnya sekali sejak empat bulan terakhir itu benar-benar drop,” jelas Ricko.

Hingga kini masih ada 22 orang anak yang didampingi YCUI Buleleng. Pihak keluarga diharapkan memberikan dukungan, agar anak-anak bisa mengonsumsi obat secara rutin tiap 12 jam sekali.

Selain mendapatkan dukungan dari yayasan, anak-anak itu juga mendapat pendampingan rutin dari Puskesmas terdekat di tempat tinggalnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/