25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:22 AM WIB

Jadi Idola Pusat, Siapkan Ratusan Juta Rupiah untuk Mesin TOSS

SEMARAPURA – Pemkab Klungkung banyak menerima penghargaan dari berbagai program inovatifnya, salah satunya adalah Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang kini sedang hangat dibicarakan di tingkat nasional.

Saking penasarannya dengan sistem pengolahan sampai ini, Pemkab Klungkung banyak menerima tamu dari pemerintah pusat dan daerah lainnya.

Meski banyak mendapat perhatian, program ini belum mampu mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Klungkung.

Bahkan Klungkung masih tercatat membuang sampahnya ke TPA Suwung, Denpasar sekitar 3-4 truk per hari.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung, Anak Agung Kirana, hal itu terjadi lantaran

pihaknya masih terkendala peralatan pengolahan sampah seperti mesin pencacah dan pelet yang harganya mencapai puluhan juta per unitnya.

“Kami terkendala mesin pengolahan sampai. Mesin secara bertahap kami akan beli,” ujarnya. Dijelaskannya, masyarakat perkotaan setiap harinya memproduksi sampah 12-13 truk per hari.

Dengan jumlah sampah sebanyak itu, pihaknya mengaku membutuhkan mesin pencacah sebanyak 10 unit, begitu juga dengan mesin pelet.

Namun hingga saat ini di TOSS Sente, Kecamatan Dawan yang merupakan tempat sampah-sampah perkotaan itu diolah baru memiliki 4 unit mesin pencacah dan satu unit mesin pelet.

Sehingga sampah-sampah yang dibawa ke TOSS Sente tidak bisa sekaligus diolah. “Jadi sampah-sampah itu tertumpuk di sana dan akan diolah secara bertahap.

Itu sebabnya kami masih membuang sampah ke TPA Suwung sekitar 3-4 truk per hari. Sampah yang kami buang ke TPA Suwung berupa residu,” terangnya.

Untuk bisa mengolah belasan truk sampah per hari itu dengan lancar, pihaknya mengaku akan menambah sebanyak 8 unit mesin pencacah, dan 7 mesin pelet di tahun 2019 ini.

Satu mesin pencacah bisa mencacah sebanyak satu ton sampah hasil peyemisasi per jamnya. Sementara mesin pelet, bisa memproses sampah sebanyak satu ton per jamnya.

“Untuk mesin-mesin ini telah dianggarkan di tahun 2019. Harga mesin pelet Rp 92 juta per unitnya. Sementara mesin pencacah harganya mencapai Rp 60 juta per unitnya. Mesin-mesin itu kira-kira bisa bekerja selama 10 jam,” bebernya.

Sementara untuk di pedesaan, dari 53 desa yang ada di Kabupaten Klungkung, baru ada sebanyak 12 desa yang sudah memiliki TOSS.

Adapun seluruh desa di Klungkung ditargetkan telah memiliki TOSS atau bisa mengolah sampahnya secara mandiri di tahun 2020. 

SEMARAPURA – Pemkab Klungkung banyak menerima penghargaan dari berbagai program inovatifnya, salah satunya adalah Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang kini sedang hangat dibicarakan di tingkat nasional.

Saking penasarannya dengan sistem pengolahan sampai ini, Pemkab Klungkung banyak menerima tamu dari pemerintah pusat dan daerah lainnya.

Meski banyak mendapat perhatian, program ini belum mampu mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Klungkung.

Bahkan Klungkung masih tercatat membuang sampahnya ke TPA Suwung, Denpasar sekitar 3-4 truk per hari.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung, Anak Agung Kirana, hal itu terjadi lantaran

pihaknya masih terkendala peralatan pengolahan sampah seperti mesin pencacah dan pelet yang harganya mencapai puluhan juta per unitnya.

“Kami terkendala mesin pengolahan sampai. Mesin secara bertahap kami akan beli,” ujarnya. Dijelaskannya, masyarakat perkotaan setiap harinya memproduksi sampah 12-13 truk per hari.

Dengan jumlah sampah sebanyak itu, pihaknya mengaku membutuhkan mesin pencacah sebanyak 10 unit, begitu juga dengan mesin pelet.

Namun hingga saat ini di TOSS Sente, Kecamatan Dawan yang merupakan tempat sampah-sampah perkotaan itu diolah baru memiliki 4 unit mesin pencacah dan satu unit mesin pelet.

Sehingga sampah-sampah yang dibawa ke TOSS Sente tidak bisa sekaligus diolah. “Jadi sampah-sampah itu tertumpuk di sana dan akan diolah secara bertahap.

Itu sebabnya kami masih membuang sampah ke TPA Suwung sekitar 3-4 truk per hari. Sampah yang kami buang ke TPA Suwung berupa residu,” terangnya.

Untuk bisa mengolah belasan truk sampah per hari itu dengan lancar, pihaknya mengaku akan menambah sebanyak 8 unit mesin pencacah, dan 7 mesin pelet di tahun 2019 ini.

Satu mesin pencacah bisa mencacah sebanyak satu ton sampah hasil peyemisasi per jamnya. Sementara mesin pelet, bisa memproses sampah sebanyak satu ton per jamnya.

“Untuk mesin-mesin ini telah dianggarkan di tahun 2019. Harga mesin pelet Rp 92 juta per unitnya. Sementara mesin pencacah harganya mencapai Rp 60 juta per unitnya. Mesin-mesin itu kira-kira bisa bekerja selama 10 jam,” bebernya.

Sementara untuk di pedesaan, dari 53 desa yang ada di Kabupaten Klungkung, baru ada sebanyak 12 desa yang sudah memiliki TOSS.

Adapun seluruh desa di Klungkung ditargetkan telah memiliki TOSS atau bisa mengolah sampahnya secara mandiri di tahun 2020. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/