33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 13:00 PM WIB

19 Desa di Tabanan Terkena Dampak, Pemilik Lahan Ramai-ramai Urus IMB

TABANAN – Lama tidak terdengar kabar rencana pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi kini kembali menyeruak di permukaaan.

Sesuai rencana, ada 19 desa di Kabupaten Tabanan yang terkena jalur tol. Meski masih dalam tahap perencanaan dan sosialisasi desain di tingkat atas, dan belum ada titik-titik pasti, proyek ini sudah memantik sejumlah reaksi.

Ada yang menolak karena khawatir ganti ruginya kecil. Malah ada pula yang senang karena sudah mencari lahan agar bisa bisa dikompensasi.

Gambaran ini diungkapkan Camat Marga I Gusti Agung Alit Adiatmika. “(Penolakan) ada. Mungkin trauma ganti ruginya kecil. Terus lahan yang kena rumah satu-satunya.

Dari teba sampai depan habis. Artinya bervariasi. Ada yang senang sudah cari tempat-tempat. Ada yang sudah beli tanah di sini. Sudah lebih siap seperti itu. Ada juga,” tutur Alit Adiatmika.

Bahkan, sambung dia, masyarakat yang kemungkinan lahannya terkana jalur, sekalipun bangunannya sederhana, sudah mulai mengurus Izin Mendirikan Bangunan atau IMB.

“Agar lebih mahal (kompensasinya). Kemarin itu semua sudah tuntas (urus IMB). Ada sekitar 15 yang kemungkinan kena. Kan kebanyakan yang dicari lahan kosong,” sebutnya.

Rancangan desain masih abu-abu, belum fix, berarti calo tanah sudah banyak yang lirik? “Kalau calo belum saja lihat.

Justru masyarakat yang (kemungkinan) terkena (jalur), bangunannya sederhanapun, dia mengurus IMB agar bangunannya lebih mahal,” ujarnya mengulang.

Menurutnya, proyek pembangunan tol Mengwi-Gilamanuk sejatinya masih dalam pembahasan tahap awal dari serangkaian tahapan yang masih panjang. Sosialisasi terbaru belum ada.

Terkecuali yang difasilitasi Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Tabanan.

“Sosialisasi terakhir sekitar dua bulan lalu. Sejak itu tIdak ada lagi,” sambungnya. Di antara 19 desa di Tabanan yang disebut-sebut kena jalur, di Kecamatan Marga setidaknya ada tiga desa yang kena.

Namun, belakangan informasinya berubah lagi menjadi lima desa. Tapi, informasi ini belum valid juga.

Kelima desa itu terdiri dari Desa Selanbawak, Marga dan Kuwum di perbatasan, Dauh Puri, dan Tegal Jadi.

“Ini isu belum ada yang valid. Kemarin baru ada informasi awal saja. Itu yang dulu. Sekarang isu di bawah posisinya bergeser.

Belum ada titik pasti. Kemungkinan menghindari bangunan-bangunan permanen,” tukas mantan Camat Kediri ini.

Dia juga menyebutkan, sosialisasi terakhir yang diikuti pihaknya baru sebatas paparan rencana. Belum sampai sosialisasi ke tingkat bawah atau kepada masyarakat langsung.

“(Sosialisasi) ke bawahnya belum sama sekali. Makanya saya pikir jadi atau tidak tol ini?” sambungnya.

Dalam sosialisasi terakhir, kata dia, baru sebatas paparan desain dari konsultan yang nantinya akan disodorkan lagi ke pemerintah.

“Ini kan dari swasta yang menyampaikan. Nanti disampaikan ke pemerintah. Baru dari konsultan. Nanti disodorkn ke pemerintah. Kalau cocok desainnya, (mungkin) itu yang dipakai,” tandasnya. 

TABANAN – Lama tidak terdengar kabar rencana pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi kini kembali menyeruak di permukaaan.

Sesuai rencana, ada 19 desa di Kabupaten Tabanan yang terkena jalur tol. Meski masih dalam tahap perencanaan dan sosialisasi desain di tingkat atas, dan belum ada titik-titik pasti, proyek ini sudah memantik sejumlah reaksi.

Ada yang menolak karena khawatir ganti ruginya kecil. Malah ada pula yang senang karena sudah mencari lahan agar bisa bisa dikompensasi.

Gambaran ini diungkapkan Camat Marga I Gusti Agung Alit Adiatmika. “(Penolakan) ada. Mungkin trauma ganti ruginya kecil. Terus lahan yang kena rumah satu-satunya.

Dari teba sampai depan habis. Artinya bervariasi. Ada yang senang sudah cari tempat-tempat. Ada yang sudah beli tanah di sini. Sudah lebih siap seperti itu. Ada juga,” tutur Alit Adiatmika.

Bahkan, sambung dia, masyarakat yang kemungkinan lahannya terkana jalur, sekalipun bangunannya sederhana, sudah mulai mengurus Izin Mendirikan Bangunan atau IMB.

“Agar lebih mahal (kompensasinya). Kemarin itu semua sudah tuntas (urus IMB). Ada sekitar 15 yang kemungkinan kena. Kan kebanyakan yang dicari lahan kosong,” sebutnya.

Rancangan desain masih abu-abu, belum fix, berarti calo tanah sudah banyak yang lirik? “Kalau calo belum saja lihat.

Justru masyarakat yang (kemungkinan) terkena (jalur), bangunannya sederhanapun, dia mengurus IMB agar bangunannya lebih mahal,” ujarnya mengulang.

Menurutnya, proyek pembangunan tol Mengwi-Gilamanuk sejatinya masih dalam pembahasan tahap awal dari serangkaian tahapan yang masih panjang. Sosialisasi terbaru belum ada.

Terkecuali yang difasilitasi Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Tabanan.

“Sosialisasi terakhir sekitar dua bulan lalu. Sejak itu tIdak ada lagi,” sambungnya. Di antara 19 desa di Tabanan yang disebut-sebut kena jalur, di Kecamatan Marga setidaknya ada tiga desa yang kena.

Namun, belakangan informasinya berubah lagi menjadi lima desa. Tapi, informasi ini belum valid juga.

Kelima desa itu terdiri dari Desa Selanbawak, Marga dan Kuwum di perbatasan, Dauh Puri, dan Tegal Jadi.

“Ini isu belum ada yang valid. Kemarin baru ada informasi awal saja. Itu yang dulu. Sekarang isu di bawah posisinya bergeser.

Belum ada titik pasti. Kemungkinan menghindari bangunan-bangunan permanen,” tukas mantan Camat Kediri ini.

Dia juga menyebutkan, sosialisasi terakhir yang diikuti pihaknya baru sebatas paparan rencana. Belum sampai sosialisasi ke tingkat bawah atau kepada masyarakat langsung.

“(Sosialisasi) ke bawahnya belum sama sekali. Makanya saya pikir jadi atau tidak tol ini?” sambungnya.

Dalam sosialisasi terakhir, kata dia, baru sebatas paparan desain dari konsultan yang nantinya akan disodorkan lagi ke pemerintah.

“Ini kan dari swasta yang menyampaikan. Nanti disampaikan ke pemerintah. Baru dari konsultan. Nanti disodorkn ke pemerintah. Kalau cocok desainnya, (mungkin) itu yang dipakai,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/