29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:16 AM WIB

Paceklik Ikan, Pendapatan Nelayan Jembrana Merosot Miliaran Rupiah

RadarBali.com – Paceklik ikan yang dialami nelayan seluruh Jembrana sejak setahun lebih tidak hanya membuat perekonomian nelayan turun, pendapatan pemerintah daerah dari pajak juga turun drastis.

Dibanding tahun-tahun sebelumnya, selisihnya diperkirakan ratusan juta hingga miliaran rupiah uang semestinya menjadi pendapatan nelayan dan pemerintah merosot drastis.

Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Jembrana I Made Dwi Maharimbawa, didampingi Kabid Perikanan Tangkap I Made Widanayasa mengatakan, berdasar data hasil tangkap nelayan seluruh Jembrana hingga dari bulan Januari lalu hingga Agustus ini tercatat hanya sekitar 5.700 ton.

Padahal, pada periode yang sama, bisa mencapai 18.000 ton lebih hasil tangkapan. “Jauh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya, Jumat (18/8).

Banyaknya hasil tangkapan ikan pada periode sebelumnya, karena saat itu ikan lemuru yang menjadi andalan tangkapan nelayan sangat melimpah.

Sedangkan setahun belakangan ini, tidak ada ikan lemuru yang bisa ditangkap. Kebanyakan hasil tanggkapan nelayan tahun ini hanya ikan tongkol, layut, layan dang segala jenis ikan konsumsi lainnya.

Karena hasil tangkapan merosot pendapatan nelayan merosot drastis. Misalnya setiap kilogram dihargai Rp 10 ribu perkilogram, dikalikan dengan hasil tangkap ikan periode sebelumnya 18.00 ton, maka pendapatan sebesar bisa mencapai Rp 180 miliar.

Dibanding tahun ini pada periode yang sama maka selisihnya sangat jauh, berkurang hingga tiga kali lipat.

Begitu juga dengan pendapatan pemerintah daerah dari pajak 2 persen, pada periode ini hanya mendapat Rp 67 juta.

Padahal, periode yang sama bisa mencapai Rp 600 juta. Sedangkan target yang harus dipenuhi tahun ini sebanyak Rp 800 juta. “Kita menyadari, saat ini paceklik ikan, sehingga masih sulit mencapai target,” terangnya.

RadarBali.com – Paceklik ikan yang dialami nelayan seluruh Jembrana sejak setahun lebih tidak hanya membuat perekonomian nelayan turun, pendapatan pemerintah daerah dari pajak juga turun drastis.

Dibanding tahun-tahun sebelumnya, selisihnya diperkirakan ratusan juta hingga miliaran rupiah uang semestinya menjadi pendapatan nelayan dan pemerintah merosot drastis.

Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Jembrana I Made Dwi Maharimbawa, didampingi Kabid Perikanan Tangkap I Made Widanayasa mengatakan, berdasar data hasil tangkap nelayan seluruh Jembrana hingga dari bulan Januari lalu hingga Agustus ini tercatat hanya sekitar 5.700 ton.

Padahal, pada periode yang sama, bisa mencapai 18.000 ton lebih hasil tangkapan. “Jauh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya, Jumat (18/8).

Banyaknya hasil tangkapan ikan pada periode sebelumnya, karena saat itu ikan lemuru yang menjadi andalan tangkapan nelayan sangat melimpah.

Sedangkan setahun belakangan ini, tidak ada ikan lemuru yang bisa ditangkap. Kebanyakan hasil tanggkapan nelayan tahun ini hanya ikan tongkol, layut, layan dang segala jenis ikan konsumsi lainnya.

Karena hasil tangkapan merosot pendapatan nelayan merosot drastis. Misalnya setiap kilogram dihargai Rp 10 ribu perkilogram, dikalikan dengan hasil tangkap ikan periode sebelumnya 18.00 ton, maka pendapatan sebesar bisa mencapai Rp 180 miliar.

Dibanding tahun ini pada periode yang sama maka selisihnya sangat jauh, berkurang hingga tiga kali lipat.

Begitu juga dengan pendapatan pemerintah daerah dari pajak 2 persen, pada periode ini hanya mendapat Rp 67 juta.

Padahal, periode yang sama bisa mencapai Rp 600 juta. Sedangkan target yang harus dipenuhi tahun ini sebanyak Rp 800 juta. “Kita menyadari, saat ini paceklik ikan, sehingga masih sulit mencapai target,” terangnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/