28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:05 AM WIB

Gunung Agung Kian Aktif, Ini Kata Kepala Pusat Vulkanologi…

RadarBali.com – Ribuan warga yang berbondong-bondong melakukan pengungsian pasca penetapan status Siaga (Level III) Gunung Agung, Kabupaten Karangasem oleh PVMBG Badan Geologi sejak Senin (18/9) pukul 21.00 ke beberapa lokasi yang dirasa aman, berangsur-angsur kembali pulang ke rumah masing-masing.

Namun, tak sedikit yang memutuskan untuk mencari kos-kosan, menghindar dari kemungkinan terjadinya erupsi Gunung Agung.

Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Bali, Selasa (19/9) kemarin, Lapangan Werdhi Yowana Rendang sudah tidak tampak ada warga yang mengungsi di tempat.

Berdasar informasi, ribuan warga yang mengungsi tersebut sudah berbondong-bondong balik ke rumah masing-masing sejak pagi hari kemarin.

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Kasbani, di Pos Pemantauan Desa Rendang, peningkatan status Gunung Agung dari Waspada atau Level II ke Siaga atau Level III dilakukan berkaitan dengan peningkatan aktivitas gempa vulkanik yang sangat signifikan dan konsisten.

Karena itu, untuk warga yang berada di dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah utara, tenggara, dan selatan-barat daya sejauh 7,5 kilometer harus mengungsi.

“Ini mengikuti jalur awan panas pada tahun 1963,” terangnya. Bahkan, kata dia, pada Selasa (19/9) mulai pukul 00.00 – 12.00, sudah terjadi sebanyak 214 gempa vulkanik.

Dalam waktu 24 jam diperkirakan bisa terjadi 400 kali gempa vulkanik. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pada hari Senin (18/9) yang berkisar 363 kali gempa vulkanik.

“Untuk gempa, ada peningkatan sangat signifikan memang tiap hari itu hampir dua kali lipat. Ini perubahannya begitu cepatnya, perubahan yang ditunjukkan oleh, kegempaan yang begitu tinggi, frekuensinya, kemudian amplitudonya, kemudian juga ada perubahan dari gempa-gempa vulkanik, itu ada potensi ke arah letusan. Tetapi kami tidak tahu kapan terjadinya,” katanya.

Terkait dengan hujan abu yang sempat menghebohkan warga, pihaknya menegaskan bahwa hal itu belum terjadi.

Analisis dari pantauan satelit Himawari dari BMKG juga menunjukkan bahwa belum terdeteksi adanya hujan abu di sekitar Gunung Agung.

Hanya saja terdeteksi anomali suhu di kawah akibat aktivitas Gunung Agung. Namun tidak ada embusan abu dan sebaran abu yang keluar dari kawah.

Tapi, mulai ada percikan sinar api. “Semua indikasi ini memang menunjukkan bahwa gunung itu sendiri mulai meningkat. Bau belerang kalau ke arah atas sudah mulai. Namun, tidak sampai ke pos ini karena pos ini terletak 12 kilometer,” paparnya.

Kasbani berharap agar masyarakat bisa lebih tenang dan mengikuti instruksi dari BPBD Karangasem. Dan jika ingin mendapatkan informasi sekitar Gunung Agung, agar mencari informasi ke PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM di Desa Rendang.

Selain itu, pihaknya juga meminta agar warga maupun wisatawan tidak berada di radius yang telah dilarang.

“Kita harapkan letusannya tidak terjadi secara tiba-tiba, jadi ada tahapan-tahapannya,” tandasnya. 

RadarBali.com – Ribuan warga yang berbondong-bondong melakukan pengungsian pasca penetapan status Siaga (Level III) Gunung Agung, Kabupaten Karangasem oleh PVMBG Badan Geologi sejak Senin (18/9) pukul 21.00 ke beberapa lokasi yang dirasa aman, berangsur-angsur kembali pulang ke rumah masing-masing.

Namun, tak sedikit yang memutuskan untuk mencari kos-kosan, menghindar dari kemungkinan terjadinya erupsi Gunung Agung.

Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Bali, Selasa (19/9) kemarin, Lapangan Werdhi Yowana Rendang sudah tidak tampak ada warga yang mengungsi di tempat.

Berdasar informasi, ribuan warga yang mengungsi tersebut sudah berbondong-bondong balik ke rumah masing-masing sejak pagi hari kemarin.

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Kasbani, di Pos Pemantauan Desa Rendang, peningkatan status Gunung Agung dari Waspada atau Level II ke Siaga atau Level III dilakukan berkaitan dengan peningkatan aktivitas gempa vulkanik yang sangat signifikan dan konsisten.

Karena itu, untuk warga yang berada di dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah utara, tenggara, dan selatan-barat daya sejauh 7,5 kilometer harus mengungsi.

“Ini mengikuti jalur awan panas pada tahun 1963,” terangnya. Bahkan, kata dia, pada Selasa (19/9) mulai pukul 00.00 – 12.00, sudah terjadi sebanyak 214 gempa vulkanik.

Dalam waktu 24 jam diperkirakan bisa terjadi 400 kali gempa vulkanik. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pada hari Senin (18/9) yang berkisar 363 kali gempa vulkanik.

“Untuk gempa, ada peningkatan sangat signifikan memang tiap hari itu hampir dua kali lipat. Ini perubahannya begitu cepatnya, perubahan yang ditunjukkan oleh, kegempaan yang begitu tinggi, frekuensinya, kemudian amplitudonya, kemudian juga ada perubahan dari gempa-gempa vulkanik, itu ada potensi ke arah letusan. Tetapi kami tidak tahu kapan terjadinya,” katanya.

Terkait dengan hujan abu yang sempat menghebohkan warga, pihaknya menegaskan bahwa hal itu belum terjadi.

Analisis dari pantauan satelit Himawari dari BMKG juga menunjukkan bahwa belum terdeteksi adanya hujan abu di sekitar Gunung Agung.

Hanya saja terdeteksi anomali suhu di kawah akibat aktivitas Gunung Agung. Namun tidak ada embusan abu dan sebaran abu yang keluar dari kawah.

Tapi, mulai ada percikan sinar api. “Semua indikasi ini memang menunjukkan bahwa gunung itu sendiri mulai meningkat. Bau belerang kalau ke arah atas sudah mulai. Namun, tidak sampai ke pos ini karena pos ini terletak 12 kilometer,” paparnya.

Kasbani berharap agar masyarakat bisa lebih tenang dan mengikuti instruksi dari BPBD Karangasem. Dan jika ingin mendapatkan informasi sekitar Gunung Agung, agar mencari informasi ke PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM di Desa Rendang.

Selain itu, pihaknya juga meminta agar warga maupun wisatawan tidak berada di radius yang telah dilarang.

“Kita harapkan letusannya tidak terjadi secara tiba-tiba, jadi ada tahapan-tahapannya,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/