AMLAPURA – Kemarau panjang membawa dampak panjang di Karangasem. Debit air di sejumlah sungai di Bali Timur turun drastic.
Bahkan, sejumlah sungai kering kerontang. Selain itu, embung atau cubang besar di Karangasem mulai mengering.
Salah satunya adalah Embung Seraya. Embung ini merupakan embung konvensional yang sumber airnya dari tampungan air hujan.
Embung ini sendiri memiliki daya tampung 100 ribu meter kubik. Hanya saja saat ini kondisinya terus mengering. Bahkan kedalaman air sekarang ini hanya mencapai 50 cm.
Selain itu kondisi air juga sudah tidak layak konsumsi, karena keruh dan bau. Ini karena ikan – ikan yang ada dalam embung tersebut banyak yang mati.
Salah satu kemungkinan disebabkan debu erupsi Gunung Agung yang beterbangan dan jatuh ke embung. Pemicu lainnya adalah karena cuaca yang sangat panas.
Karena kondisinya seperti itu warga pun tidak ada yang mau mengambil air di embung tersebut sekadar untuk keperluan nonkonsumsi.
Sementara itu, petugas pemelihara Embung Seraya, Ketut Alit mengakui kalau airnya lagi bagus embung ini banyak dimanfaatkan warga Seraya Tengah.
Mereka mengambil air untuk dikonsumsi. Selain untuk minum dan memasak, air embung ini juga diambil untuk minum ternak.
“Ya sekarang ini bau dan air tinggal sedikit,” ujar Ketut Alit. Embung ini sendiri dibuat tahun 1997 untuk mengetasi kesulitan air di Desa Seraya Tengah.
Sumber air lain yang ada di Seraya kondisinya juga sama: airnya mengecil dan nyaris kering. Kondisi yang sama sempat terjadi lima tahun lalu. “Ini suklus lima tahunan,” ujarnya.
Untung saja saat ini warga sudah banyak yang berlangganan PDAM. Sehingga kalau pun tidak ada air di embung, mereka masih bisa meminta di tetangga atau membelinya.