29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:56 AM WIB

Bertapa di Tengah Hutan, Mahaguru Aertrya Dituding Cemari Mata Air

RadarBali.com – Pasca di evakuasi dari tempat semedi, masyarakat Desa Tambakan, khususnya warga Dusun Sanglangki kelompok Padang Lumbung angkat bicara terkait keberadaan Maha Guru Aertrya Narayana, petapa asal Puri Kesiman yang melakukan tapa semedi di kawasan hutan negara, tepatnya di lereng perbukitan Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Ternyata, warga melalui petugas KRPH Provinsi Bali  menganggap keberadaan sang Maha Guru sudah mencemari mata air bersih yang menjadi andalan keberlangsungan hidup ratusan warga setempat.

“Warga kami komplin. Selain tinggal tanpa izin, petapa itu juga telah mencemari sumber mata air bersih di Puncak Antab Sai,” terang Perbekel Tambakan, Nyoman Surama, Minggu (20/8) sore. 

Menurutnya, pada saat petapa tinggal di hutan, mata air bersih di Puncak Antab Sai itulah yang digunakan untuk minum, juga mandi.

“Apa itu bukan pencemaran? Jadinya, warga kami secara tidak langsung mengonsumsi air bekas petapa,” ungkapnya. 

Saat ini, kata dia, sang petapa sudah meninggalkan lokasi tersebut dan tidak lagi tinggal di kandang sapi milik Komang Awit di Dusun Sanglangki.

Menurut informasi yang beredar, Maha Guru melanjutkan tapa semedi di kawasan hutan Desa Pakisan.

RadarBali.com – Pasca di evakuasi dari tempat semedi, masyarakat Desa Tambakan, khususnya warga Dusun Sanglangki kelompok Padang Lumbung angkat bicara terkait keberadaan Maha Guru Aertrya Narayana, petapa asal Puri Kesiman yang melakukan tapa semedi di kawasan hutan negara, tepatnya di lereng perbukitan Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Ternyata, warga melalui petugas KRPH Provinsi Bali  menganggap keberadaan sang Maha Guru sudah mencemari mata air bersih yang menjadi andalan keberlangsungan hidup ratusan warga setempat.

“Warga kami komplin. Selain tinggal tanpa izin, petapa itu juga telah mencemari sumber mata air bersih di Puncak Antab Sai,” terang Perbekel Tambakan, Nyoman Surama, Minggu (20/8) sore. 

Menurutnya, pada saat petapa tinggal di hutan, mata air bersih di Puncak Antab Sai itulah yang digunakan untuk minum, juga mandi.

“Apa itu bukan pencemaran? Jadinya, warga kami secara tidak langsung mengonsumsi air bekas petapa,” ungkapnya. 

Saat ini, kata dia, sang petapa sudah meninggalkan lokasi tersebut dan tidak lagi tinggal di kandang sapi milik Komang Awit di Dusun Sanglangki.

Menurut informasi yang beredar, Maha Guru melanjutkan tapa semedi di kawasan hutan Desa Pakisan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/