28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:34 AM WIB

Restorasi Tuntas, Pancoran Desa Seberang Pasar Akhirnya Dipelaspas

SINGARAJA – Proses restorasi terhadap pancoran desa yang terletak di seberang Pasar Buleleng, akhirnya tuntas dilakukan.

Hanya butuh waktu selama 1,5 bulan bagi para pekerja, untuk menuntaskan proses restorasi tersebut. Kemarin, pancoran desa itu dilakukan proses melaspas. Selanjutnya pemandian itu pun akan dibuka untuk umum.

Proses restorasi itu dimulai pada 14 Agustus lalu. Proses restorasi pun tuntas pada akhir September lalu. Pancoran desa yang tadinya terbengkalai karena tak pernah tersentuh perbaikan, kini terlihat asri.

Sampah-sampah yang tadinya berserakan di pancoran, juga telah disingkirkan. Prosesi melaspas dimulai sejak pukul 08.00, Senin (19/10) lalu.

Upacara dilangsungkan bertepatan dengan rahina soma pahang pon yang dianggap sebagai hari baik untuk melangsungkan upacara. Proses melaspas dipimpin pemangku di Kahyangan Tiga.

Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, pancoran desa itu diperkirakan dibangun sebelum tahun 1871.

Pancoran diduga dibangun oleh pewaris tahta kerajaan Buleleng, Anak Agung Putu Djelantik. Selama puluhan tahun pancoran itu difungsikan sebagai pemandian umum oleh masyarakat setempat.

Saat air sudah masuk hingga ke rumah-rumah warga, fungsi pancoran desa sebagai pemandian umum pun ditinggalkan.

Setelah tak lagi digunakan, pancoran desa pun menjadi tak terurus. Berbagai jenis tanaman perdu tumbuh di sana. Bahkan pancoran sempat digunakan sebagai TPS liar.

“Karena lama terbengkalai, akhirnya kami pelan-pelan benahi. Awalnya kami bersihkan biar tidak ada tanaman dan sampah di sana. Kemudian kami upayakan mencari bantuan dana.

Kami bersyukur bisa mendapat dana BKK dari provinsi, sehingga proses restorasi ini bisa berjalan. Proses restorasi ini mengacu pada foto tahun 1917 yang kami peroleh,” kata Sutrisna.

Lebih lanjut Sutrisna mengatakan, setelah tuntas direstorasi, pancoran desa akan dibuka untuk umum. Namun bukan lagi dimanfaatkan sebagai pemandian.

Namun, sebagai lokasi kunjungan wisata sejarah. Sebab keberadaan pancoran desa sangat erat kaitannya dengan perkembangan krama di Desa Adat Buleleng.

“Ini akan kami kelola bersama kelompok sadar wisata. Sehingga pancoran ini bisa bermanfaat di kemudian hari.

Nanti juga secara bertahap kami akan identifikasi tinggalan-tinggalan sejarah yang ada, sehingga bisa dikelola dengan lebih baik,” demikian Sutrisna. 

SINGARAJA – Proses restorasi terhadap pancoran desa yang terletak di seberang Pasar Buleleng, akhirnya tuntas dilakukan.

Hanya butuh waktu selama 1,5 bulan bagi para pekerja, untuk menuntaskan proses restorasi tersebut. Kemarin, pancoran desa itu dilakukan proses melaspas. Selanjutnya pemandian itu pun akan dibuka untuk umum.

Proses restorasi itu dimulai pada 14 Agustus lalu. Proses restorasi pun tuntas pada akhir September lalu. Pancoran desa yang tadinya terbengkalai karena tak pernah tersentuh perbaikan, kini terlihat asri.

Sampah-sampah yang tadinya berserakan di pancoran, juga telah disingkirkan. Prosesi melaspas dimulai sejak pukul 08.00, Senin (19/10) lalu.

Upacara dilangsungkan bertepatan dengan rahina soma pahang pon yang dianggap sebagai hari baik untuk melangsungkan upacara. Proses melaspas dipimpin pemangku di Kahyangan Tiga.

Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, pancoran desa itu diperkirakan dibangun sebelum tahun 1871.

Pancoran diduga dibangun oleh pewaris tahta kerajaan Buleleng, Anak Agung Putu Djelantik. Selama puluhan tahun pancoran itu difungsikan sebagai pemandian umum oleh masyarakat setempat.

Saat air sudah masuk hingga ke rumah-rumah warga, fungsi pancoran desa sebagai pemandian umum pun ditinggalkan.

Setelah tak lagi digunakan, pancoran desa pun menjadi tak terurus. Berbagai jenis tanaman perdu tumbuh di sana. Bahkan pancoran sempat digunakan sebagai TPS liar.

“Karena lama terbengkalai, akhirnya kami pelan-pelan benahi. Awalnya kami bersihkan biar tidak ada tanaman dan sampah di sana. Kemudian kami upayakan mencari bantuan dana.

Kami bersyukur bisa mendapat dana BKK dari provinsi, sehingga proses restorasi ini bisa berjalan. Proses restorasi ini mengacu pada foto tahun 1917 yang kami peroleh,” kata Sutrisna.

Lebih lanjut Sutrisna mengatakan, setelah tuntas direstorasi, pancoran desa akan dibuka untuk umum. Namun bukan lagi dimanfaatkan sebagai pemandian.

Namun, sebagai lokasi kunjungan wisata sejarah. Sebab keberadaan pancoran desa sangat erat kaitannya dengan perkembangan krama di Desa Adat Buleleng.

“Ini akan kami kelola bersama kelompok sadar wisata. Sehingga pancoran ini bisa bermanfaat di kemudian hari.

Nanti juga secara bertahap kami akan identifikasi tinggalan-tinggalan sejarah yang ada, sehingga bisa dikelola dengan lebih baik,” demikian Sutrisna. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/