DENPASAR – Air mata kerabat pramugari Mia Tresetyani Wadu, 22, korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu, Jakarta, tumpah, saat mengiringi pemakaman almarhum di Pemakaman Kristen Mumbul, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, kemarin.
Mereka tidak berhenti menitikkan air mata mulai dari rumah duka di Jalan Tirta Gangga, Renon, hingga peti jenazah dimasukkan ke liang lahat.
“Almarhum semasa hidup aktif dibanyak organisasi, dia punya banyak teman sehingga banyak yang datang ke pemakaman,” ungkap Yudi Irawan, kerabat dekat almarhum.
Tampak dalam pemakaman ayah kandung Zet Wadu, ibunda Ni Luh Sudiarmi, kakak dan teman-teman almarhumah.
Pemakaman Mia berlangsung dengan khidmat dengan diringi doa yang dipimpin dari pihak gereja Maranatha Denpasar.
Yudi mewakili pihak keluarga mengucapkan terimakasih atas bantuan semua pihak. Pemakaman bisa berjalan lancar atas bantuan banyak pihak,
terutama pihak Sriwijaya Air yang memfasilitasi dan teman-temannya dari Sriwijaya Air. “Sekali lagi, kami keluarga sangat berterimakasih tak terhingga,” katanya dengan nada sedih.
Sementara itu, selaku Manager Distrik Sriwijaya Air Denpasar Hendrick Hardiansyah mengungkapkan jika Mia merupakan salah satu kru terbaik Sriwijaya Air.
Almarhumah bergabung dengan dengan Sriwijaya Air sejak tahun 2017, dan dia dikenal baik, sopan santun, dan ramah kepada siapa saja.
Pihak Sriwijaya akan menyelesaikan yang menjadi hak-hak dari Mia. Tentu untuk hak dari almarhum, tetap diberikan, untuk prosesnya itu nanti kewenangan dari pusat.
“Kami sangat merasa kehilangan. Kami Sriwijaya Air sangat berduka,” tandasnya. Pramugari Mia menjadi korban ke 11 yang berhasil diidentifikasi tim DVI Mabes Polri di Rumah Sakit (RS) Polri, Kramat Jati, Jakarta.
Mia teridentifikasi melalui sidik jari dan pencocokan DNA pada 14 Januari lalu. Jenazah Mia kemudian diterbangkan ke Bali pada Rabu (20/1) lalu dan sampai
di rumah duka pada Rabu sore. Mia selama satu malam disemayamkan di rumah duka sebelum dikebumikan kemarin