29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:06 AM WIB

Ini Kesaksian Korban Letusan Gunung Agung 1963, Jro Mangku: Sekarang Beda

RadarBali.com  – Warga Dusun Sebudi, Desa Sebudi, dan warga Dusun Telung Bhuana, Sebudi, Selat, Karangasem mulai dievakuasi sejak kemarin pagi.

Ini dilakukan karena kawasan ini masuk zona kawasan rawan bencana (KRB) III. Zona tersebut wajib dikosongkan karena sudah masuk level siaga.

Evakuasi dipimpin langsung Camat Selat Nengah Danu bersama Kapolsek Selat AKP Made Sudartawan dan Danramil Selat Kapten Made Mustika.

Saat dilakukan evakuasi di Sebudi tidak ada kesulitan. Warga langsung keluar rumah masing masing untuk mengungsi ke GOR Swecapura Klungkung.

Ikut dalam pengungsian Jro Mangku Pasek Sudeli, saksi hidup letusan  Gunung Agung tahun 1963 silam.

Pria kelahiran 1942 tersebut mengakui kalau sekarang ini belum ada gejala seperti saat gunung meletus puluhan tahun silam.

Ini beda dengan dahulu di mana waktu itu gunung setiap hari mengeluarkan asap dari kepundan. Bahkan, asap yang keluar berupa asap hitam secara terus menerus.

Sementara sekarang asap belum terlihat keluar. Yang ada hanya gempa yang semakin sering terjadi dengan intensitas kecil.

Di rumahnya ada sekitar 20 orang termasuk anak anak dan cucu sebanyak 15 orang. Dia mengakui saat letusan tahun 63 orang tuanya ikut jadi korban dan meninggal dunia.

Dia saat itu sudah remaja. Dia bisa selamat karena saat itu baru akan berangkat ke Pura Puseh untuk sembahyang dan ngayah megembel.

Karena saat itu warga Sebudi setiap hari sembahyang dan ngayah megembel begitu gunung akan meletus.

Saat naik, tiba -tiba lahar panas dating. Dia kemudian belok ke kanan langsung menuju Dusun Tegeh di timur desanya.

Waktu itu sekitar pukul 09.00 wita, tiba tiba hari jadi gelap karena tertutup asap pekat. Saat itu ada sekitar 50 warga Sebudi bersamanya.

Tak lama kemudian terdengar teriakan warga di Pura Dalem. Saat datang kesana warga sudah bergelompangan menjadi korban.

Bahkan ada dengan tubuh yang sudah tidak utuh lagi. Dia bersama dengan warga lain kemudian mengungsi ke Dusun Wates, Duda, selama tiga hari.

Kemudian melanjutkan ke Manggis selama 11 hari lalu ke Antiga, Manggis selama 21 hari. Lalu dia dijemput oleh kerabatnya di Negara dan tinggal di Negara selama 21 tahun.

Dia baru balik ke Sebudi setelah dari Negara. ”Letusan Gunung Agung saat itu menjadi pengalaman tersendiri buat saya. Saya tidak akan pernah lupa,”bebernya.

Kali ini mendengar Gunung Agung akan meletus ingatan tersebut kembali muncul. Beruntung dirinya mengaku tidak trauma.

Malah menilai kalau apa yang terjadi saat ini cukup tanggap, bahkan terlalu cepat. “Tapi, itu lebih baik daripada jatuh korban lebih banyak,”pungkasnya.

RadarBali.com  – Warga Dusun Sebudi, Desa Sebudi, dan warga Dusun Telung Bhuana, Sebudi, Selat, Karangasem mulai dievakuasi sejak kemarin pagi.

Ini dilakukan karena kawasan ini masuk zona kawasan rawan bencana (KRB) III. Zona tersebut wajib dikosongkan karena sudah masuk level siaga.

Evakuasi dipimpin langsung Camat Selat Nengah Danu bersama Kapolsek Selat AKP Made Sudartawan dan Danramil Selat Kapten Made Mustika.

Saat dilakukan evakuasi di Sebudi tidak ada kesulitan. Warga langsung keluar rumah masing masing untuk mengungsi ke GOR Swecapura Klungkung.

Ikut dalam pengungsian Jro Mangku Pasek Sudeli, saksi hidup letusan  Gunung Agung tahun 1963 silam.

Pria kelahiran 1942 tersebut mengakui kalau sekarang ini belum ada gejala seperti saat gunung meletus puluhan tahun silam.

Ini beda dengan dahulu di mana waktu itu gunung setiap hari mengeluarkan asap dari kepundan. Bahkan, asap yang keluar berupa asap hitam secara terus menerus.

Sementara sekarang asap belum terlihat keluar. Yang ada hanya gempa yang semakin sering terjadi dengan intensitas kecil.

Di rumahnya ada sekitar 20 orang termasuk anak anak dan cucu sebanyak 15 orang. Dia mengakui saat letusan tahun 63 orang tuanya ikut jadi korban dan meninggal dunia.

Dia saat itu sudah remaja. Dia bisa selamat karena saat itu baru akan berangkat ke Pura Puseh untuk sembahyang dan ngayah megembel.

Karena saat itu warga Sebudi setiap hari sembahyang dan ngayah megembel begitu gunung akan meletus.

Saat naik, tiba -tiba lahar panas dating. Dia kemudian belok ke kanan langsung menuju Dusun Tegeh di timur desanya.

Waktu itu sekitar pukul 09.00 wita, tiba tiba hari jadi gelap karena tertutup asap pekat. Saat itu ada sekitar 50 warga Sebudi bersamanya.

Tak lama kemudian terdengar teriakan warga di Pura Dalem. Saat datang kesana warga sudah bergelompangan menjadi korban.

Bahkan ada dengan tubuh yang sudah tidak utuh lagi. Dia bersama dengan warga lain kemudian mengungsi ke Dusun Wates, Duda, selama tiga hari.

Kemudian melanjutkan ke Manggis selama 11 hari lalu ke Antiga, Manggis selama 21 hari. Lalu dia dijemput oleh kerabatnya di Negara dan tinggal di Negara selama 21 tahun.

Dia baru balik ke Sebudi setelah dari Negara. ”Letusan Gunung Agung saat itu menjadi pengalaman tersendiri buat saya. Saya tidak akan pernah lupa,”bebernya.

Kali ini mendengar Gunung Agung akan meletus ingatan tersebut kembali muncul. Beruntung dirinya mengaku tidak trauma.

Malah menilai kalau apa yang terjadi saat ini cukup tanggap, bahkan terlalu cepat. “Tapi, itu lebih baik daripada jatuh korban lebih banyak,”pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/