27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 1:24 AM WIB

Kurangi Sampah, DLH Tabanan Mulai Kenalkan Teknologi Eco Enzyme

TABANAN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan mulai melirik penanganan sampah organik dengan teknologi Eco Enzyme. Pembuatan Eco Enzyme diharapkan mampu menangani sampah yang selama dibuang oleh warga ke TPA Mandung, Kerambitan Tabanan.

Upaya dengan teknologi Eco Enzyme juga mempermudah proses penguraian sampah organik yang dihasilkan oleh sejumlah TPS3R di Tabanan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan I Made Subagia menyatakan sebenarnya teknologi Eco Enzyme telah dikembangkan diberbagai daerah di Bali seperti Buleleng, Denpasar dan kabupaten lainnya. Di Tabanan coba pihaknya kenalkan, namun dimulai dari lingkup DLH Tabanan.

Menurutnya, Eco Enzyme memanfaatkan sisa-sisa sampah organik. Seperti sayuran dan buah sebagai bahan pembuatan Eco Enzyme kemudian difermentasi dengan jangka waktu selama tiga bulan.

“Manfaatkan Eco Enzyme banyak sekali selain mengurangi sampah organik. Juga dapat dijadikan sebagai pembersih lantai, pupuk cair, menjaga kebersihan lingkungan dan sampah organik aman dari bau yang dihasilkan jika didiamkan selama berhari-hari,” bebernya, (22/11) kemarin.

Subagia menyebut cara pembuatan Eco Enzyme sangatlah sederhana. Cukup menyediakan air sebanyak 10 liter dicampur dengan molase 1 liter/gula merah dan sampah organik buah dan sayuran sebanyak 3 kilogram. Tong cat bekas digunakan sebagai wadah membuat Eco Enzyme, juga bisa menggunakan botol bekas dan ember yang pembuatan skala rumahan sampah organik.

“Jadi tak makan tempat dan biaya, kalau dikembangkan dalam mengelola sampah organik di rumah tangga,” ucapnya.

Sejauh ini pengelolaan sampah organik Tabanan memang belum terkelola secara maksimal. Sehingga Eco Enzyme menjadi salah satu cara penanganan sampah-sampah organik yang dihasilkan.

Jumlah sampah organik cukup banyak dari hasil sampah rumah tangga. Bila sampah-sampah tersebut diolah, maka sampah yang masuk ke TPA dan TPS akan berkurang signifikan. Karena daya tampung TPA Mandung sudah melebihi kapasitas.

“Setelah kami memulai terlebih dahulu dan berhasil. Baru nantinya akan kami kenalkan cara pengelolaan ke banjar-banjar, TPS3R dan rumah tangga,” ungkapnya.

Dis isi lain cara lainnya yang untuk menangani sampah organik yakni mengolah sampah dengan teknologi teba komposter skala rumah tangga. Teba komposter ini sangat cocok jika diterapkan di rumah masing-masing terutama yang tinggal di perumahan.

Subagia menuturkan, sebelumnya salah satu komunitas sempat memperkenalkan teba komposter. Teba komposter adalah suatu teknologi sebagai aplikasi kehidupan kita di masa lalu, sebab dulunya orang tua terdahulu pernah punya lahan yang luas dan pada sisi pinggir digunakan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga.

Teknologi komposter skala rumah tangga dengan menggunakan ember yang mampu menampung minimal 20 kilogram sampah rumah tangga. Sampah-sampah organik yang ditampung dalam ember ditutup rapat baru kemudian disemprot dengan sebuah obat yang bernama bioaktivator yakni cairan Eco Enzyme.

“Jadi nantinya, setiap hari masyarakat bisa menerapkan pengolahan sampah berbasis sumber yakni sampah rumah tangga dengan teknologi komposter ini yang nantinya bisa menjadi kompos,” pungkasnya. 

TABANAN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan mulai melirik penanganan sampah organik dengan teknologi Eco Enzyme. Pembuatan Eco Enzyme diharapkan mampu menangani sampah yang selama dibuang oleh warga ke TPA Mandung, Kerambitan Tabanan.

Upaya dengan teknologi Eco Enzyme juga mempermudah proses penguraian sampah organik yang dihasilkan oleh sejumlah TPS3R di Tabanan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan I Made Subagia menyatakan sebenarnya teknologi Eco Enzyme telah dikembangkan diberbagai daerah di Bali seperti Buleleng, Denpasar dan kabupaten lainnya. Di Tabanan coba pihaknya kenalkan, namun dimulai dari lingkup DLH Tabanan.

Menurutnya, Eco Enzyme memanfaatkan sisa-sisa sampah organik. Seperti sayuran dan buah sebagai bahan pembuatan Eco Enzyme kemudian difermentasi dengan jangka waktu selama tiga bulan.

“Manfaatkan Eco Enzyme banyak sekali selain mengurangi sampah organik. Juga dapat dijadikan sebagai pembersih lantai, pupuk cair, menjaga kebersihan lingkungan dan sampah organik aman dari bau yang dihasilkan jika didiamkan selama berhari-hari,” bebernya, (22/11) kemarin.

Subagia menyebut cara pembuatan Eco Enzyme sangatlah sederhana. Cukup menyediakan air sebanyak 10 liter dicampur dengan molase 1 liter/gula merah dan sampah organik buah dan sayuran sebanyak 3 kilogram. Tong cat bekas digunakan sebagai wadah membuat Eco Enzyme, juga bisa menggunakan botol bekas dan ember yang pembuatan skala rumahan sampah organik.

“Jadi tak makan tempat dan biaya, kalau dikembangkan dalam mengelola sampah organik di rumah tangga,” ucapnya.

Sejauh ini pengelolaan sampah organik Tabanan memang belum terkelola secara maksimal. Sehingga Eco Enzyme menjadi salah satu cara penanganan sampah-sampah organik yang dihasilkan.

Jumlah sampah organik cukup banyak dari hasil sampah rumah tangga. Bila sampah-sampah tersebut diolah, maka sampah yang masuk ke TPA dan TPS akan berkurang signifikan. Karena daya tampung TPA Mandung sudah melebihi kapasitas.

“Setelah kami memulai terlebih dahulu dan berhasil. Baru nantinya akan kami kenalkan cara pengelolaan ke banjar-banjar, TPS3R dan rumah tangga,” ungkapnya.

Dis isi lain cara lainnya yang untuk menangani sampah organik yakni mengolah sampah dengan teknologi teba komposter skala rumah tangga. Teba komposter ini sangat cocok jika diterapkan di rumah masing-masing terutama yang tinggal di perumahan.

Subagia menuturkan, sebelumnya salah satu komunitas sempat memperkenalkan teba komposter. Teba komposter adalah suatu teknologi sebagai aplikasi kehidupan kita di masa lalu, sebab dulunya orang tua terdahulu pernah punya lahan yang luas dan pada sisi pinggir digunakan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga.

Teknologi komposter skala rumah tangga dengan menggunakan ember yang mampu menampung minimal 20 kilogram sampah rumah tangga. Sampah-sampah organik yang ditampung dalam ember ditutup rapat baru kemudian disemprot dengan sebuah obat yang bernama bioaktivator yakni cairan Eco Enzyme.

“Jadi nantinya, setiap hari masyarakat bisa menerapkan pengolahan sampah berbasis sumber yakni sampah rumah tangga dengan teknologi komposter ini yang nantinya bisa menjadi kompos,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/