29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:14 AM WIB

Janji Bedah Rumah Dipastikan Melayang, Eks Pjs Bupati Bangli Janji…

GIANYAR – Janji bedah rumah sampai tiga kali bagi keluarga Dewa Gede Arisudewa mendapat perhatian Dinas Sosial (Disos) Provinsi Bali.

Dipimpin Kepala Dinas Sosial Bali, Dewa Mahendra, jajaran Pemprov Bali itu mendatangi keluarga Arisudewa di Lingkungan/Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar.

Setelah dicek, Disos Bali menyatakan rumah milik Arisudewa tidak masuk dalam 14 kriteria penerima bedah rumah.

Dari 14 kriteria itu, diantaranya lantai dari tanah dengan tembok bedeg atau dari kayu. “Kalau ini, lantai dan dindingnya masih layak ini. Tapi memang atapnya harus diperbaiki.

Kerangkanya (atap, red) dari bambu, cukup berbahaya nanti karena mudah rapuh, sedih juga lihatnya,” ujar Dewa Mahendra.

Menurut mantan Pjs Bupati Bangli ini, dari kriteria penerima bedah rumah, khusus kasus Arisudewa ini memang tidak bisa dipaksakan.

Hanya saja bagian atap bangunan yang tampak memprihatinkan. “Program bedah rumah harus tepat sasaran, kalau memang tidak memenuhi kan tidak mungkin dipaksakan,” jelasnya.

Mantan Karo Humas Pemprov Bali itu menggugah kepedulian masyarakat untuk ikut membantu keluarga Arisudewa. “Nanti saya kesini lagi secara pribadu. Supaya atapnya ini bagus,” jelasnya.

Pemilik rumah, Arisudewa sendiri menderita tuna netra sejak beberapa tahun belakangan. Padahal, sebelumnya, Arisudewa sempat bekerja di percetakan di Denpasar dan menjadi tulang punggung keluarganya.

Lantaran sakit yang dideritanya, Arisudewa pun tidak mampu membenahi rumahnya. Terlebih, ayahnya, Dewa Kertha merupakan seorang pemangku yang fokus di pura.

Mengenai kondisi Arisudewa, Disos menyerahkan bantuan sembako. “Kami sarankan kepada Arisudewa untuk berobat ke RS Mata Bali Mandara,” pintanya.

Sementara itu, Dewa Arisudewa mengaku pernah berobat ke RS Mata Bali Mandara, namun tidak ada perubahan berarti.

“Disarankan berobat 3 bulan, tapi setelah jalan 2 bulan tidak ada perubahan saya putuskan berhenti. Sebab sulit juga bolak balik Gianyar-Denpasar,” jelasnya.

Lantaran tak mampu melihat, Dewa Arisudewa pun tidak bisa bekerja dan menghidupi keluarganya. Kesehariannya, pria yang dikaruniai balita berusia 3 bulan itu hidup dari uluran tangan kerabatnya.
Bahkan, selama berobat dia pernah tertipu oleh agen obat herbal. “Saya pernah coba obat herbal. Tapi setelah bayar Rp 3 juta sama agennya, obatnya nggak datang,” keluhnya.

Diberitakan sebelumnya, sejak 2015 lalu, keluarga Arisudewa dijanjikan bantuan bedah rumah oleh petugas dari Desa dan dari Pemkab Gianyar.

Selama 2015 itu, petugas datang sampai tiga kali dengan janji yang berbeda-beda. Petugas yang datang sempat menjanjikan bedah rumah total; petugas kedua datang menjanjikan perbaikan atap; dan petugas ketiga menjanjikan renovasi saja.

Sementara itu, instansi terkait, Dinas Sosial Gianyar menuding masalah itu menjadi kewenangan Dinas Perumahan. Sedangkan Dinas Perumahan mengaku menunggu data dari Dinas Sosial. 

GIANYAR – Janji bedah rumah sampai tiga kali bagi keluarga Dewa Gede Arisudewa mendapat perhatian Dinas Sosial (Disos) Provinsi Bali.

Dipimpin Kepala Dinas Sosial Bali, Dewa Mahendra, jajaran Pemprov Bali itu mendatangi keluarga Arisudewa di Lingkungan/Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar.

Setelah dicek, Disos Bali menyatakan rumah milik Arisudewa tidak masuk dalam 14 kriteria penerima bedah rumah.

Dari 14 kriteria itu, diantaranya lantai dari tanah dengan tembok bedeg atau dari kayu. “Kalau ini, lantai dan dindingnya masih layak ini. Tapi memang atapnya harus diperbaiki.

Kerangkanya (atap, red) dari bambu, cukup berbahaya nanti karena mudah rapuh, sedih juga lihatnya,” ujar Dewa Mahendra.

Menurut mantan Pjs Bupati Bangli ini, dari kriteria penerima bedah rumah, khusus kasus Arisudewa ini memang tidak bisa dipaksakan.

Hanya saja bagian atap bangunan yang tampak memprihatinkan. “Program bedah rumah harus tepat sasaran, kalau memang tidak memenuhi kan tidak mungkin dipaksakan,” jelasnya.

Mantan Karo Humas Pemprov Bali itu menggugah kepedulian masyarakat untuk ikut membantu keluarga Arisudewa. “Nanti saya kesini lagi secara pribadu. Supaya atapnya ini bagus,” jelasnya.

Pemilik rumah, Arisudewa sendiri menderita tuna netra sejak beberapa tahun belakangan. Padahal, sebelumnya, Arisudewa sempat bekerja di percetakan di Denpasar dan menjadi tulang punggung keluarganya.

Lantaran sakit yang dideritanya, Arisudewa pun tidak mampu membenahi rumahnya. Terlebih, ayahnya, Dewa Kertha merupakan seorang pemangku yang fokus di pura.

Mengenai kondisi Arisudewa, Disos menyerahkan bantuan sembako. “Kami sarankan kepada Arisudewa untuk berobat ke RS Mata Bali Mandara,” pintanya.

Sementara itu, Dewa Arisudewa mengaku pernah berobat ke RS Mata Bali Mandara, namun tidak ada perubahan berarti.

“Disarankan berobat 3 bulan, tapi setelah jalan 2 bulan tidak ada perubahan saya putuskan berhenti. Sebab sulit juga bolak balik Gianyar-Denpasar,” jelasnya.

Lantaran tak mampu melihat, Dewa Arisudewa pun tidak bisa bekerja dan menghidupi keluarganya. Kesehariannya, pria yang dikaruniai balita berusia 3 bulan itu hidup dari uluran tangan kerabatnya.
Bahkan, selama berobat dia pernah tertipu oleh agen obat herbal. “Saya pernah coba obat herbal. Tapi setelah bayar Rp 3 juta sama agennya, obatnya nggak datang,” keluhnya.

Diberitakan sebelumnya, sejak 2015 lalu, keluarga Arisudewa dijanjikan bantuan bedah rumah oleh petugas dari Desa dan dari Pemkab Gianyar.

Selama 2015 itu, petugas datang sampai tiga kali dengan janji yang berbeda-beda. Petugas yang datang sempat menjanjikan bedah rumah total; petugas kedua datang menjanjikan perbaikan atap; dan petugas ketiga menjanjikan renovasi saja.

Sementara itu, instansi terkait, Dinas Sosial Gianyar menuding masalah itu menjadi kewenangan Dinas Perumahan. Sedangkan Dinas Perumahan mengaku menunggu data dari Dinas Sosial. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/