SINGARAJA – Kabupaten Buleleng punya cara tersendiri dalam memperingati Hari Bumi yang jatuh pada Kamis lalu (22/4).
Komponen masyarakat menyemprotkan cairan eco enzyme ke udara. Cairan ini diyakini dapat mengurangi karbon dioksida (CO2) yang terperangkap di atmosfer.
Penyemprotan menggunakan armada truk gunner yang dioperasikan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Buleleng.
Sementara cairan eco enzyme didapat dari Desa Adat Buleleng. Penyemprotan cairan eco enzyme itu dimulai dari areal Taman Kota Singaraja.
Selanjutnya truk dibawa berputar mengelilingi 14 banjar adat pakraman yang ada di wewidangan Desa Adat Buleleng. Upaya itu diharapkan dapat membantu mengurangi emisi gas karbon di wilayah Buleleng.
Inisiator aksi, Nyoman Sutrisna mengatakan, pihaknya sengaja menggagas kegiatan tersebut untuk memperingati hari bumi.
Menurutnya, masyarakat sudah cukup banyak yang memproduksi eco enzyme. Cairan itu pun sudah digunakan untuk berbagai kegiatan.
Mulai dari membersihkan alat upakara, dituangkan di sungai untuk menjernihkan air, dan terkini digunakan untuk mengurangi emisi karbon di udara.
“Berdasar literatur yang kami baca, salah satu manfaat cairan ini memang mengurangi emisi karbon di atmosfer.
Jadi, ini akan mengurangi potensi efek rumah kaca dan global warming,” kata Sutrisna yang juga Kelian Desa Adat Buleleng.
Ketua Komunitas Eco Enzyme Buleleng, Feri Tanaya juga meyakini hal serupa. Menurutnya, masyarakat sudah semakin sadar dalam mengolah sampah. Salah satunya adalah membuat eco enzyme.
“Cairan ini sebenarnya serbaguna kok. Bisa dipakai untuk disinfektan alami, bisa digunakan untuk pupuk, bisa juga untuk pengganti detergen. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan saja,” katanya.
Sementara itu Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra mengatakan, pemerintah terus mendorong warga memilah sampah berbasis sumber.
Itu artinya sampah sudah harus dipilah sejak tingkat rumah tangga. Sampah, kata Sutjidra, dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal.
Sampah dapur misalnya, dapat diolah menjadi eco enzyme, pupuk organik, bahkan bisa digunakan untuk pakan ulat magot.
Sementara sampah plastik, dapat diserahkan ke bank sampah yang ada di penjuru Buleleng. Sehingga memiliki nilai jual.
“Apalagi sudah ada peraturan gubernur soal pengelolaan sampah berbasis sumber. Dengan adanya ragam alternative pemanfaatan sampah,
termasuk manfaatnya, tentu akan meningkatkan minat masyarakat dalam mengelola sampah di rumah tangga,” kata Sutjidra.