SINGARAJA – Lagi-lagi lahir bayi kembar siam di Buleleng. Hanya saja, bayi ini lahir dengan kelainan. Tim medis menyebutnya dengan kondisi kelainan kongenital yang multiple dan kompleks.
Rencananya tim medis akan segera merujuk bayi tersebut ke RSUP Sanglah Denpasar, bila kondisinya telah memungkinkan.
Bayi dengan jenis kelamin perempuan itu diketahui lahir sekitar pukul 03.00 Senin (23/9) dini hari, di salah satu praktik bidan swasta yang ada di Seririt.
Bayi tersebut merupakan anak ketiga dari pasangan Made Mujana, 36, dan Kadek Gorsi, 35. Bayi tersebut lahir lewat proses persalinan normal, dengan berat 2,9 kilogram.
Saat dilahirkan, bayi tersebut memiliki empat kaki dan empat tangan. Kaki dan tangan itu menempel di bagian perut bayi. Selain itu ada beberapa organ dalam seperti hati dan usus yang juga berada di luar dinding perut bayi.
Begitu tahu bayi itu dalam kondisi kelainan bawaan, bidan langsung merujuknya ke RSUD Buleleng. Bayi itu diterima di UGD pada pukul 05.41 Senin pagi, dan langsung dirawat di Ruang NICU RSUD Buleleng, agar terhindar dari infeksi.
Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG. kemarin menjenguk bayi tersebut. Sutjidra yang juga dokter spesialis kandungan itu meminta RSUD Buleleng segera menyiapkan tim dokter untuk merawat bayi tersebut.
Tim nantinya akan terdiri dari dokter spesialis kandungan, dokter spesialis bedah, dokter spesialis anak, dan dokter spesialis anastesi.
Sutjidra mengatakan kondisi yang dialami bayi tersebut sangat langka. “Kami akan konsultasikan kembali dengan RS Sanglah. Sebab ini kasus yang sangat langka dan butuh penanganan khusus.
Sementara kami rawat dulu di sini. Ketika sudah siap, kami segera rujuk. Sebab kondisi di perjalanan itu juga kan harus dipikirkan,” kata Sutjidra.
Ia menduga kondisi itu terjadi karena pembuahan sel telur yang tidak sempurna. Selain itu ibu bayi juga kini dalam kondisi resiko kehamilan sangat tinggi.
Idealnya, seorang perempuan sudah tidak hamil lagi setelah usia 35 tahun. Selain itu jarak kehamilan antara anak pertama, kedua, dan ketiga terpaut jauh. Sehingga menambah resiko.
Masalah itu, kata Sutjidra, menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. “Ini PR bagi kami, bagaimana ibu itu bisa ada di usia reproduksi aman.
Langkah edukasi dan pencegahan akan kami gencarkan. Kami juga dorong ibu hamil rutin konsultasi ke dokter kandungan, apalagi di Rumah Sakit Pratama kan sudah ada,” imbuhnya.
Sementara untuk biaya pengobatan, Sutjidra menyebut keluarga sudah tercover dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Keluarga ini penerima manfaat beras sejahtera, KIS, dan lainnya. Sekarang prioritas kami menjaga kondisi bayi ini tetap stabil,
sehingga bisa dirujuk. Nanti di RS Sanglah bisa ditangani dokter bedah anak. Sebab ini perlu scan lebih lanjut,” tegasnya.