31.6 C
Jakarta
20 November 2024, 11:02 AM WIB

Siswa Masih Berbaur Usai Pulang, Belajar Tatap Muka Perlu Evaluasi

GIANYAR – Simulasi belajar tatap muka yang sudah digelar di beberapa sekolah perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut.

Sebab, saat belajar atau berkegiatan, siswa telah menerapkan protokol kesehatan. Namun, sepulang sekolah atau saat berbaur dengan temannya, mereka justru berkerumun.

Temuan itu diungkapkan oleh Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Made Ariasa.

“Niki ada laporan dari masyarakat yang tyang terima. Dan juga memantau sambil lewat di beberapa sekolah,” ujar Made Ariasa.

Beberapa sekolah sudah melakukan simulasi belajar tatap muka, maupun saat penerimaan raport.

“Masih perlu dijadikan perhatian oleh seluruh komponen sekolah mulai dari pihak sekolah. Orang tua maupun pemerintah,” pinta tokoh asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu.

Pihaknya melihat banyak hal belum mampu menerapkan protokol kesehatan. Terutama menjaga jarak.

“Kalau mau jujur harus diakui semua belum siap dengan disiplin ketat penerapan Prokes yang betul-betul bisa mencegah berbagai resiko peluang penularan Covid-19,” tegasnya.

Maka dari itu, pengurus Yayasan Ketut Alon Ubud itu mengajak untuk meningkatkan pengawasan disiplin 3M.

“Mulai dari disiplin pakai masker, mencuci tangan pake sabun dan yang paling penting  tidak berkerumun dengan menjaga jarak,” jelasnya.

Ada beberapa alasan kenapa siswa atau seumuran pelajar tidak perlu di-rapid tes. Ariasa menambahkan, para siswa sementara waktu masih cukup tahan dengan resiko terpapar karena secara alami, imun aktif masih kuat.

“Tapi, bisa menjadi transmiter, atau pembawa virus kepada orang tua atau keluarga lain yang rentan di rumah maupun lingkungan masing-masing,” ungkapnya.

Ariasa berharap, semua pihak menyadari resiko ke depannya. Di satu sisi, belajar tatap muka ini perlu dilakukan untuk mendorong penerapan belajar mengajar sesuai kurikulum yang ada.

“Sebagai solusi jalan tengah adalah semua pihak terus secara bergotong royong untuk saling lebih memberikan perhatian termasuk upaya meningkatkan pengawasan pada tugas tanggung jawab,” jelasnya.

Semua pihak diminta saling mengingatkan. “Mulai dari orang tua, para siswa, seluruh unsur sekolah dan pemerintah untuk terus melakukan perbaikan yang masih kurang ke depannya,” desaknya.

Namun, kata dia, secara umum, pelaksanaan simulasi di kelas sudah berjalan baik. Dari pantauan KPPAD Bali saat simulasi, siswa telah mengenakan masker saat belajar dan pihak sekolah juga menyediakan wastafel untuk mencuci tangan.

“Semoga ke depan, tingkat disiplin anak meningkat sehingga pelaksanaan belajar tatap muka pada Januari 2021 terlaksana lebih baik,” pungkasnya.

Seperti diberikan sebelumnya, sejumlah sekolah di Gianyar sudah melakukan simulasi belajar tatap muka. Ada perbedaan belajar. Tidak seperti sebelum Covid. Yakni tanpa istirahat. Bahkan, jarak antar siswa diatur. 

GIANYAR – Simulasi belajar tatap muka yang sudah digelar di beberapa sekolah perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut.

Sebab, saat belajar atau berkegiatan, siswa telah menerapkan protokol kesehatan. Namun, sepulang sekolah atau saat berbaur dengan temannya, mereka justru berkerumun.

Temuan itu diungkapkan oleh Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Made Ariasa.

“Niki ada laporan dari masyarakat yang tyang terima. Dan juga memantau sambil lewat di beberapa sekolah,” ujar Made Ariasa.

Beberapa sekolah sudah melakukan simulasi belajar tatap muka, maupun saat penerimaan raport.

“Masih perlu dijadikan perhatian oleh seluruh komponen sekolah mulai dari pihak sekolah. Orang tua maupun pemerintah,” pinta tokoh asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu.

Pihaknya melihat banyak hal belum mampu menerapkan protokol kesehatan. Terutama menjaga jarak.

“Kalau mau jujur harus diakui semua belum siap dengan disiplin ketat penerapan Prokes yang betul-betul bisa mencegah berbagai resiko peluang penularan Covid-19,” tegasnya.

Maka dari itu, pengurus Yayasan Ketut Alon Ubud itu mengajak untuk meningkatkan pengawasan disiplin 3M.

“Mulai dari disiplin pakai masker, mencuci tangan pake sabun dan yang paling penting  tidak berkerumun dengan menjaga jarak,” jelasnya.

Ada beberapa alasan kenapa siswa atau seumuran pelajar tidak perlu di-rapid tes. Ariasa menambahkan, para siswa sementara waktu masih cukup tahan dengan resiko terpapar karena secara alami, imun aktif masih kuat.

“Tapi, bisa menjadi transmiter, atau pembawa virus kepada orang tua atau keluarga lain yang rentan di rumah maupun lingkungan masing-masing,” ungkapnya.

Ariasa berharap, semua pihak menyadari resiko ke depannya. Di satu sisi, belajar tatap muka ini perlu dilakukan untuk mendorong penerapan belajar mengajar sesuai kurikulum yang ada.

“Sebagai solusi jalan tengah adalah semua pihak terus secara bergotong royong untuk saling lebih memberikan perhatian termasuk upaya meningkatkan pengawasan pada tugas tanggung jawab,” jelasnya.

Semua pihak diminta saling mengingatkan. “Mulai dari orang tua, para siswa, seluruh unsur sekolah dan pemerintah untuk terus melakukan perbaikan yang masih kurang ke depannya,” desaknya.

Namun, kata dia, secara umum, pelaksanaan simulasi di kelas sudah berjalan baik. Dari pantauan KPPAD Bali saat simulasi, siswa telah mengenakan masker saat belajar dan pihak sekolah juga menyediakan wastafel untuk mencuci tangan.

“Semoga ke depan, tingkat disiplin anak meningkat sehingga pelaksanaan belajar tatap muka pada Januari 2021 terlaksana lebih baik,” pungkasnya.

Seperti diberikan sebelumnya, sejumlah sekolah di Gianyar sudah melakukan simulasi belajar tatap muka. Ada perbedaan belajar. Tidak seperti sebelum Covid. Yakni tanpa istirahat. Bahkan, jarak antar siswa diatur. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/