NEGARA – Belakangan ini kondisi cuaca di perairan Bali tak menentu. Begitu juga di perairan Selat Bali. Bahkan, gelombang tinggi dan angin kencang menghantui aktivitas nelayan.
Alhasil, banyak nelayan takut melaut dan memilih “memarkir” jukung-jukung mereka. Untuk memastikan tidak ada nelayan yang nekat melaut, aparat Polair Polres Jembrana menyambangi kampung nelayan di pesisir.
Tujuan kedatangan polisi untuk mengimbau nelayan supaya tak nekat. “Kami sudah datangi satu per satu perkampungan nelayan. Supaya tidak nekat melaut,” kata Kasatpolair Polres Jembrana Iptu Eddy Waluyo.
Sebelumnya, BMKG Wilayah III Denpasar memprediksi, ombak di perairan selatan Bali hingga 26 Juli mendatang terbilang tinggi.
Bahkan, diingatkan kepada para nelayan dan penggiat jasa pelayaran untuk mewaspadai ombak setinggi enam meter.
Menurut Iptu Edy Waluyo, berdasar keterangan dari nelayan, kondisi cuaca di perairan Selat Bali sejak beberapa hari terakhir kurang baik.
Sehingga tidak ada nelayan yang berani melaut melawan ganasnya angin dan gelombang di tengah laut. Karena itu produksi ikan di Jembrana menurun drastis sejak beberapa hari terakhir ini.
Menurut nelayan, cuaca buruk terjadi sejak dua pekan terakhir. Meski di pantai terlihat tenang, tapi di tengah laut angin cukup kencang dan gelombang tinggi.
“Tidak ada yang turun, ada satu dua orang yang turun tapi nggak dapat ikan,” imbuh Iptu Edy Maluyo. Seperti kemarin, angin bertiup cukup kencang hingga menyebabkan gelombang tinggi.
Bahkan, air laut sempat naik hingga ke pemukiman nelayan. Seperti terjadi di pesisir Desa Yehsumbul, Kecamatan Mendoyo, Senin (22/3) lalu.
Beruntung tidak ada korban kerusakan dan korban jiwa dalam peristiwa tersebut.