25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:06 AM WIB

Update News! Magma Kini di Kedalaman 2 Km, Abu Bisa Sampai Banyuwangi

Radar Bali.com – Tremor Gunung Agung memang belum muncul. Namun, gempa vulkanik dangkal menunjukkan magma terus menggelembung menuju permukaan. 

“Sampai saat ini tremor belum muncul. Tapi, jika tremor keluar mendadak itu yang kami takutkan dan waspadai. Saat tremor muncul biasanya diikuti letusan,” imbuh Kabid Mitigasi PVMBG, Gede Suantika saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali, kemarin. 

Dijelaskan lebih jauh, kemunculan tremor sendiri tidak bisa diprediksi. Tremor bisa muncul mendadak dan kapan saja. Sejak kemarin petang seimograf yang ada di Pos Pengamatan PVMBG di Rendang sudah mencatat lebih dari 500 kali gempa lokal, dangkal dan tektonik.

Menurut Suantika, tingginya gempa vulkanik dangkal sudah cukup menunjukkan potensi terjadinya erupsi cukup besar. Karena itu juga pihaknya menaikkan status waspada menjadi awas. 

Gempa vulkanik dangkal muncul biasanya magma sudah berada di kedalaman 2 kilometer — 4 kilometer. Magma adalah batuan cair yang ada di dalam perut bumi. Setelah magma keluar disebut lava. Saat lava campur dengan air hujan atau air kawah disebut lahar. Lalu kapan magma itu keluar menjadi lava?

“Agak susah memprediksi, tergantung seberapa kuat tekanan material dan magma,” imbuh pria asal Buleleng itu.  

Masyarakat patut waspada karena potensi semburan material berbahaya cukup luas. Data yang dimiliki PVMBG, Gunung Agung memiliki diameter kawah seluas 900 meter dengan kedalaman 200 meter. Bila erupsi, lontaran material berbahaya bisa mencapai 9 kilometer. Sementara awan panas bisa menjangkau hingga 12 kilometer.

“Kalau melihat arah angin, abu bisa mencapai Banyuwangi Utara. Di Bali, daerah yang paling terdampak adalah Buleleng dan Bangli bagian utara kalau abu jauh Banyuwangi utara, karangasem terhadap letusan paling puncak paling radius 12 km,” beber pria berkumis itu.

Kembali ditanya apakah ada potensi status diturunkan atau erupsi batal, Suantika memberikan jawaban diplomatis. “Lihat saja nanti. Yang jelas gempa sebagai indikator erupsi masih tinggi. Kalau gempa tidak tinggi, untuk apa dibuat status awas,” tandasnya.

Radar Bali.com – Tremor Gunung Agung memang belum muncul. Namun, gempa vulkanik dangkal menunjukkan magma terus menggelembung menuju permukaan. 

“Sampai saat ini tremor belum muncul. Tapi, jika tremor keluar mendadak itu yang kami takutkan dan waspadai. Saat tremor muncul biasanya diikuti letusan,” imbuh Kabid Mitigasi PVMBG, Gede Suantika saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali, kemarin. 

Dijelaskan lebih jauh, kemunculan tremor sendiri tidak bisa diprediksi. Tremor bisa muncul mendadak dan kapan saja. Sejak kemarin petang seimograf yang ada di Pos Pengamatan PVMBG di Rendang sudah mencatat lebih dari 500 kali gempa lokal, dangkal dan tektonik.

Menurut Suantika, tingginya gempa vulkanik dangkal sudah cukup menunjukkan potensi terjadinya erupsi cukup besar. Karena itu juga pihaknya menaikkan status waspada menjadi awas. 

Gempa vulkanik dangkal muncul biasanya magma sudah berada di kedalaman 2 kilometer — 4 kilometer. Magma adalah batuan cair yang ada di dalam perut bumi. Setelah magma keluar disebut lava. Saat lava campur dengan air hujan atau air kawah disebut lahar. Lalu kapan magma itu keluar menjadi lava?

“Agak susah memprediksi, tergantung seberapa kuat tekanan material dan magma,” imbuh pria asal Buleleng itu.  

Masyarakat patut waspada karena potensi semburan material berbahaya cukup luas. Data yang dimiliki PVMBG, Gunung Agung memiliki diameter kawah seluas 900 meter dengan kedalaman 200 meter. Bila erupsi, lontaran material berbahaya bisa mencapai 9 kilometer. Sementara awan panas bisa menjangkau hingga 12 kilometer.

“Kalau melihat arah angin, abu bisa mencapai Banyuwangi Utara. Di Bali, daerah yang paling terdampak adalah Buleleng dan Bangli bagian utara kalau abu jauh Banyuwangi utara, karangasem terhadap letusan paling puncak paling radius 12 km,” beber pria berkumis itu.

Kembali ditanya apakah ada potensi status diturunkan atau erupsi batal, Suantika memberikan jawaban diplomatis. “Lihat saja nanti. Yang jelas gempa sebagai indikator erupsi masih tinggi. Kalau gempa tidak tinggi, untuk apa dibuat status awas,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/