29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:17 AM WIB

Bayi Buaya Menetas di Bali, Dinamai Aldo; Singkatan Wakil Menteri LH

GIANYAR – Kebun binatang Bali Safari Park kini punya keluarga baru. Iya, seekor buaya sinyulong atau Tomistoma schlegelii lahir di Bali. Buaya ini merupakan keluarga buaya air tawar yang tersebar di Indonesia, Brunei dan Malaysia.

Buaya sinyulong ini dikategorikan rentan atau vulnerable dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) karena populasinya kurang dari 2.500 individu dan terus menyusut secara global.

Anehnya, tidak banyak lembaga konservasi (LK) yang mengembangbiakan jenis buaya ini. Namun, di tengah pandemi ini, Bali Safari Park berhasil melakukan pengembangbiakkan (breeding) dengan menghasilkan 24 telur buaya sinyulong.

Segenap tim medis dan perawat satwa pun merawat dan menjaga telur-telur tersebut. Setelah melewati 100 hari masa pengeraman, tepatnya di bulan Januari 2020 lalu, 22 telur buaya sinyulong berhasil menetas.

Salah satu bayi sinyulong yang berhasil menetas tersebut pun diberi nama oleh Wakil Menteri LHK, Alue Dohong. Nama yang diberikan oleh Alue Dohong adalah Aldo Crocodilus. Singkatan namanya sendiri.

“Karena nama saya dan nama anak saya juga Aldo,” ujar Alue Dohong, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Sekadar diketahui, Alue Dohong datang ke Bali dalam rangka kunjungan kerja sekaligus memberi nama bayi buaya sinyulong yang menetas di Bali Safari Park. 

Bali Safari Park menjadi salah satu lokasi yang dikunjungi pada hari ke-3 kunjungan kerja Wakil Menteri LHK di Provinsi Bali, setelah sebelumnya meninjau ke beberapa lokasi.

Masyarakat Pecinta Lingkungan di Segara, Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mangrove dan penanaman mangrove, pelepasliaran Curik Bali di Taman Nasional Bali Barat, dan beberapa kegiatan lainnya.

Kedatangan Wakil Menteri LHK dan rombongan disambut oleh Direktur sekaligus pemilik Taman Safari Indonesia (TSI) Group, Jansen Manansang beserta Deputy Director TSI Group, Willem Manansang.

Wakil Menteri, Alue Dohong dan rombongan lantas meninjau penerapan protokol kesehatan Covid-19 di Bali Safari Park dan melakukan pemberian nama bayi buaya sinyulong. 

Terkait nama si Buaya pun disambut baik oleh pihak Bali Safari Park. “Kami merasa terhormat dengan kesediaan Bapak Alue Dohong selaku Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia yang memberi nama bagi bayi Sinyulong. Ini adalah penghargaan tak ternilai bagi kegiatan konservasi yang telah dilakukan oleh seluruh unit TSI Group, termasuk Bali Safari Park. Kami akan terus menyelamatkan satwa-satwa langka dan terancam punah,” tutur Jansen Manansang, Direktur Taman Safari Indonesia Group. 

Dengan kehadiran bayi sinyulong ini, maka deretan keberhasilan pengembangbiakan satwa langka dan endemik Indonesia di Bali Safari Park makin bertambah. Hal tersebut membuktikan keseriusan Bali Safari Park dalam bidang konservasi satwa liar. 

“Sejak berdiri, kami memang concern dalam konservasi satwa, terutama satwa-satwa endemik Indonesia yang terancam punah. Anakan satwa-satwa ini akan terus kami jaga dan rawat dengan baik hingga nanti bisa berkembangbiak kembali. Tapi ini semua tak bisa kami lakukan sendiri tanpa bantuan masyarakat yang mendukung dan berkunjung ke Bali Safari Park,” jelas Willem Manansang, Deputy Director Taman Safari Indonesia Group.  

Perawatan anakan buaya sinyulong dilakukan dengan cara menempatkan masing-masing anakan dalam satu kotak besar, yang dilengkapi dengan lampu penghangat serta UV-B. Suhu di dalam kotak tersebut dipertahankan 28- 33 derajat Celsius. 

Menurut drh. Kadek Kesuma Atmaja, Asisten Kurator di Bali Safari Park, pencatatan suhu dilakukan 4 kali sehari oleh perawat satwa (keeper). Setiap hari, anakan senyulong ini diberi pakan potongan ikan nila, lele, dan jangkrik. Kesehatannya pun diawasi dengan ketat oleh tim medis Bali Safari Park. Sebab, anakan satwa sangat rentan terhadap penyakit.

Sinyulong hanya satu dari ratusan spesies satwa penghuni Bali Safari Park. Mereka dirawat dengan baik demi kelestariannya di masa mendatang. Jadi, jangan ragu untuk terus mendukung konservasi satwa di Bali Safari Park dengan #timetosafari. 

“Tak perlu takut untuk berkunjung ke Bali Safari Park saat pandemi. Karena kami telah menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dengan sangat ketat, sesuai aturan dari Pemerintah. Selama tetap mematuhi pemakaian masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, liburan di Bali Safari Park akan tetap aman dan nyaman. Inilah waktunya untuk #timetosafari,” ucap Thomas Colbert, General Manager Bali Safari Park.

GIANYAR – Kebun binatang Bali Safari Park kini punya keluarga baru. Iya, seekor buaya sinyulong atau Tomistoma schlegelii lahir di Bali. Buaya ini merupakan keluarga buaya air tawar yang tersebar di Indonesia, Brunei dan Malaysia.

Buaya sinyulong ini dikategorikan rentan atau vulnerable dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) karena populasinya kurang dari 2.500 individu dan terus menyusut secara global.

Anehnya, tidak banyak lembaga konservasi (LK) yang mengembangbiakan jenis buaya ini. Namun, di tengah pandemi ini, Bali Safari Park berhasil melakukan pengembangbiakkan (breeding) dengan menghasilkan 24 telur buaya sinyulong.

Segenap tim medis dan perawat satwa pun merawat dan menjaga telur-telur tersebut. Setelah melewati 100 hari masa pengeraman, tepatnya di bulan Januari 2020 lalu, 22 telur buaya sinyulong berhasil menetas.

Salah satu bayi sinyulong yang berhasil menetas tersebut pun diberi nama oleh Wakil Menteri LHK, Alue Dohong. Nama yang diberikan oleh Alue Dohong adalah Aldo Crocodilus. Singkatan namanya sendiri.

“Karena nama saya dan nama anak saya juga Aldo,” ujar Alue Dohong, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Sekadar diketahui, Alue Dohong datang ke Bali dalam rangka kunjungan kerja sekaligus memberi nama bayi buaya sinyulong yang menetas di Bali Safari Park. 

Bali Safari Park menjadi salah satu lokasi yang dikunjungi pada hari ke-3 kunjungan kerja Wakil Menteri LHK di Provinsi Bali, setelah sebelumnya meninjau ke beberapa lokasi.

Masyarakat Pecinta Lingkungan di Segara, Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mangrove dan penanaman mangrove, pelepasliaran Curik Bali di Taman Nasional Bali Barat, dan beberapa kegiatan lainnya.

Kedatangan Wakil Menteri LHK dan rombongan disambut oleh Direktur sekaligus pemilik Taman Safari Indonesia (TSI) Group, Jansen Manansang beserta Deputy Director TSI Group, Willem Manansang.

Wakil Menteri, Alue Dohong dan rombongan lantas meninjau penerapan protokol kesehatan Covid-19 di Bali Safari Park dan melakukan pemberian nama bayi buaya sinyulong. 

Terkait nama si Buaya pun disambut baik oleh pihak Bali Safari Park. “Kami merasa terhormat dengan kesediaan Bapak Alue Dohong selaku Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia yang memberi nama bagi bayi Sinyulong. Ini adalah penghargaan tak ternilai bagi kegiatan konservasi yang telah dilakukan oleh seluruh unit TSI Group, termasuk Bali Safari Park. Kami akan terus menyelamatkan satwa-satwa langka dan terancam punah,” tutur Jansen Manansang, Direktur Taman Safari Indonesia Group. 

Dengan kehadiran bayi sinyulong ini, maka deretan keberhasilan pengembangbiakan satwa langka dan endemik Indonesia di Bali Safari Park makin bertambah. Hal tersebut membuktikan keseriusan Bali Safari Park dalam bidang konservasi satwa liar. 

“Sejak berdiri, kami memang concern dalam konservasi satwa, terutama satwa-satwa endemik Indonesia yang terancam punah. Anakan satwa-satwa ini akan terus kami jaga dan rawat dengan baik hingga nanti bisa berkembangbiak kembali. Tapi ini semua tak bisa kami lakukan sendiri tanpa bantuan masyarakat yang mendukung dan berkunjung ke Bali Safari Park,” jelas Willem Manansang, Deputy Director Taman Safari Indonesia Group.  

Perawatan anakan buaya sinyulong dilakukan dengan cara menempatkan masing-masing anakan dalam satu kotak besar, yang dilengkapi dengan lampu penghangat serta UV-B. Suhu di dalam kotak tersebut dipertahankan 28- 33 derajat Celsius. 

Menurut drh. Kadek Kesuma Atmaja, Asisten Kurator di Bali Safari Park, pencatatan suhu dilakukan 4 kali sehari oleh perawat satwa (keeper). Setiap hari, anakan senyulong ini diberi pakan potongan ikan nila, lele, dan jangkrik. Kesehatannya pun diawasi dengan ketat oleh tim medis Bali Safari Park. Sebab, anakan satwa sangat rentan terhadap penyakit.

Sinyulong hanya satu dari ratusan spesies satwa penghuni Bali Safari Park. Mereka dirawat dengan baik demi kelestariannya di masa mendatang. Jadi, jangan ragu untuk terus mendukung konservasi satwa di Bali Safari Park dengan #timetosafari. 

“Tak perlu takut untuk berkunjung ke Bali Safari Park saat pandemi. Karena kami telah menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dengan sangat ketat, sesuai aturan dari Pemerintah. Selama tetap mematuhi pemakaian masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, liburan di Bali Safari Park akan tetap aman dan nyaman. Inilah waktunya untuk #timetosafari,” ucap Thomas Colbert, General Manager Bali Safari Park.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/