29.5 C
Jakarta
25 April 2024, 21:32 PM WIB

Peak Season, Hunian Hotel di Lovina Malah Anjlok 50 Persen

LOVINA– Tingkat hunian di hotel dan penginapan yang ada di Kawasan Wisata Lovina, terjun bebas.

 

Bahkan, meski masuk dalam masa peak season karena libur sekolah dan libur Natal dan Tahun Baru, tingkat hunian di kawasan wisata Lovina justru merosot tajam.

 

Bahkan turun hingga 50 persen.

 

Biasanya tingkat hunian akan merangkak naik dalam kurun waktu Juli-Agustus, serta Desember-Januari. Khusus di bulan Desember, biasanya hotel-hotel di Lovina sudah kehabisan kamar sejak tanggal 20 Desember hingga awal Januari.

 

Seperti yang terjadi di Hotel Aneka Lovina. Biasanya tingkat hunian wisatawa mengalami peningkatan cukup tinggi pada akhir tahun. Bahkan tahun lalu, manajemen hotel harus mengenakan biaya peak season surcharge, karena tingginya permintaan kamar.

 

“Tahun ini sampai last minute, belum terealisasi. Kalau tahun-tahun sebelumnya, untuk akhir tahun itu kami sudah nggak jualan kamar lagi dari tanggal 20. Tapi sekarang sampai tanggal 31 (Desember) pun, masih 50 persen huniannya,” kata Sales Marketing Hotel Aneka Lovina, Gede Sukayasa.

 

Untuk mendongkrak tingkat hunian, manajemen menawarkan sejumlah insentif pada wisatawan. Mulai dari paket wisata hingga menerapkan kebijakan last minute booking.

 

“Kalau saya lihat di Lovina ini, memang sedang turun signifikan,” ujar Sukayasa.

Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Buleleng juga tak menampik hal tersebut.

 

Ketua BPC PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa mengatakan, tingkat kunjungan tahun ini terus menunjukkan trend penurunan.

 

Bahkan beberapa pengelola penginapan sempat mengeluh, karena tingkat hunian kamar mereka masih nol persen alias tidak ada yang menginap.

 

Menurut Suardipa, masalah yang dihadapi cukup kompleks. Menurutnya ada sejumlah hal yang harus dibenahi oleh stake holder di dunia pariwisata.

 

Entah itu pembenahan daya tarik, optimalisasi destinasi wisata, serta pengemasan paket-paket wisata yang menarik.

 

“Kami sudah berupaya bagaimana wisatawan bisa menginap lebih dari seminggu. Sekarang jangankan (menginap) seminggu, menarik biar wisatawan itu menginap lebih dari semalam saja luar biasa,” kata Suardipa.

Ia berharap pemerintah bisa menjalin kerjasama dengan travel agent yang ada di Bali, untuk mengemas paket wisata yang ada di Buleleng.

 

“Biar kunjungannya bisa lebih lama. Kami khawatirnya lama kelamaan wisatawan itu hanya datang ke Buleleng, lihat atraksi lumba-lumba, setelah itu langsung balik lagi. Nginep-nya tetap di Ubud, Kuta, dan Nusa Dua,” tukas Suardipa.

LOVINA– Tingkat hunian di hotel dan penginapan yang ada di Kawasan Wisata Lovina, terjun bebas.

 

Bahkan, meski masuk dalam masa peak season karena libur sekolah dan libur Natal dan Tahun Baru, tingkat hunian di kawasan wisata Lovina justru merosot tajam.

 

Bahkan turun hingga 50 persen.

 

Biasanya tingkat hunian akan merangkak naik dalam kurun waktu Juli-Agustus, serta Desember-Januari. Khusus di bulan Desember, biasanya hotel-hotel di Lovina sudah kehabisan kamar sejak tanggal 20 Desember hingga awal Januari.

 

Seperti yang terjadi di Hotel Aneka Lovina. Biasanya tingkat hunian wisatawa mengalami peningkatan cukup tinggi pada akhir tahun. Bahkan tahun lalu, manajemen hotel harus mengenakan biaya peak season surcharge, karena tingginya permintaan kamar.

 

“Tahun ini sampai last minute, belum terealisasi. Kalau tahun-tahun sebelumnya, untuk akhir tahun itu kami sudah nggak jualan kamar lagi dari tanggal 20. Tapi sekarang sampai tanggal 31 (Desember) pun, masih 50 persen huniannya,” kata Sales Marketing Hotel Aneka Lovina, Gede Sukayasa.

 

Untuk mendongkrak tingkat hunian, manajemen menawarkan sejumlah insentif pada wisatawan. Mulai dari paket wisata hingga menerapkan kebijakan last minute booking.

 

“Kalau saya lihat di Lovina ini, memang sedang turun signifikan,” ujar Sukayasa.

Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Buleleng juga tak menampik hal tersebut.

 

Ketua BPC PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa mengatakan, tingkat kunjungan tahun ini terus menunjukkan trend penurunan.

 

Bahkan beberapa pengelola penginapan sempat mengeluh, karena tingkat hunian kamar mereka masih nol persen alias tidak ada yang menginap.

 

Menurut Suardipa, masalah yang dihadapi cukup kompleks. Menurutnya ada sejumlah hal yang harus dibenahi oleh stake holder di dunia pariwisata.

 

Entah itu pembenahan daya tarik, optimalisasi destinasi wisata, serta pengemasan paket-paket wisata yang menarik.

 

“Kami sudah berupaya bagaimana wisatawan bisa menginap lebih dari seminggu. Sekarang jangankan (menginap) seminggu, menarik biar wisatawan itu menginap lebih dari semalam saja luar biasa,” kata Suardipa.

Ia berharap pemerintah bisa menjalin kerjasama dengan travel agent yang ada di Bali, untuk mengemas paket wisata yang ada di Buleleng.

 

“Biar kunjungannya bisa lebih lama. Kami khawatirnya lama kelamaan wisatawan itu hanya datang ke Buleleng, lihat atraksi lumba-lumba, setelah itu langsung balik lagi. Nginep-nya tetap di Ubud, Kuta, dan Nusa Dua,” tukas Suardipa.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/