RadarBali.com– Ada yang menyayat hati saat lawatan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dalam Program Bedah Desa di Dusun Griya, Desa Nyalian, Banjarangkan, Rabu lalu (24/1).
Bagaimana tidak, Bupati Suwirta tak hanya mendapati Desak Nyoman Sayang, 80, nenek (dadong) renta yang hidup sebatang kara.
Namun, juga Ni Putu Wida Joyliani, 10, yang hidup sekamar dengan sang kakek (pekak).
Apa respons Bupati? Ni Putu Wida Joyliani, memang hidup sekamar bersama kakeknya, Ketut Gamba, 68.
Joyliani masih duduk sebagai siswi kelas 5 di SD 1 Nyalian. Sehari-hari tinggal hanya bersama kakeknya yang seorang petani ini.
Ke mana orang tua Joyliani? Ayahnya telah lama meninggal dunia. Sedangkan, sang ibu menikah lagi, dan tidak pernah menemui lagi putrinya ini.
Ketika menemui Joyliani di sekolahnya, Bupati Suwirta dan Nyonya Ayu Suwirta langsung meneteskan air mata.
Mereka berusaha keras membujuk Joyliani supaya tinggal dan tidur sekamar dengan saudara kakeknya yang perempuan.
Bahkan, Bupati Suwirta menawarkan satu unit televisi dan kasur, namun Joyliani bergeming.
Dia kukuh untuk tetap tidur sekamar dengan sang pekak.
Mendapat jawaban demikian, Bupati Suwirta tetap membujuknya.
Caranya, berharap supaya Joyliani bisa dirawat dan dijaga dengan baik oleh kakeknya.
’’Untuk mencegah hal-hal yang tidak diharapkan, kami akan terus membujuk Ni Putu Wida Joyliani dengan televisi dan kasur supaya dia mau tinggal dan tidur bersama saudara kakeknya yang perempuan,” harap Bupati Suwirta sambil mengusap air matanya, seperti dalam rilis Humas Pemkab Klungkung, kemarin (25/1).
Selain itu, kepada Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Klungkung Dewa Gede Dharmawan, Bupati memerintahkan supaya Joyliani selalu mendapatkan bantuan beasiswa.
Bagaimana dengan Nyoman Sayang? Dia hidup tanpa sanak famili di sebuah rumah yang tidak layak huni.
Menempati bangunan yang sebenarnya dapur, atapnya terbuka tanpa pemubug.
Akibatnya, seluruh ruangan menjadi basah ketika turun hujan.
Sedihnya lagi, Nyoman Sayang menggunakan terpal plastik sebagai selimut supaya tidak basah oleh hujan.
Fisik Nyoman Sayang juga sangat memprihatinkan. Kakinya tak kuat menyangga tubuh rentanya untuk berjalan.
Bahkan, hanya untuk pindah dari dipan saja, hanya bisa dilakukan dengan menggerakkan pantatnya.
Itupun harus dibantu dengan sebuah tongkat penyangga.
Kepala Dusun Griya Gusti Putu Parwati mengatakan, Nyoman Sayang telah lama ditinggal mati suami dan anaknya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Nyoman Sayang sangat bergantung pada pemberian para tetangga.
Lantaran tergerak, guna meringankan beban hidup Nyoman Sayang, Gusti Putu Parwati selalu mengarahkan bantuan yang datang ke desa untuk Nyoman Sayang.
’’Desa sudah memberikan bantuan rehab rumah untuk Desak Nyoman Sayang, namun belum rampung,” ujar Gusti Putu Parwati.
Suwirta memerintahkan Kadus untuk mempercepat pengerjaan rehab rumah milik perempuan lansia tersebut.
Selain itu juga memberikan sumbangan sejumlah uang, serta terpal untuk menutupi atap rumah Nyoman Sayang, untuk sementara. (djo)