SEMARAPURA – Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung mencatat ada sebanyak 206 anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS) di Kabupaten Klungkung hingga tahun 2020.
Adapun 50 persennya berada di Kecamatan Nusa Penida. Kemiskinan menjadi penyebab utama ratusan anak di Kabupaten Klungkung itu putus sekolah, selain faktor lingkungan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung I Ketut Sujana mengungkapkan, 206 ATS itu tersebar di 4 kecamatan.
Yakni 37 ATS di Kecamatan Banjarangkan, 29 ATS di Kecamatan Klungkung, 37 ATS di Kecamatan Dawan, dan 103 ATS di Kecamatan Nusa Penida.
Tidak hanya putus sekolah, ada ATS yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Sehingga mengalami buta aksara.
“Jumlah anak usia sekolah yang buta aksara sebanyak 41 orang, putus sekolah saat berada di bangku SD sebanyak 41 orang,
SMP 41 orang, SMA 34 orang. Kemudian jumlah anak yang tidak melanjutkan sekolah setela tamat SD 24 orang, SMP sebanyak 24 orang,” bebernya.
Ia mengaku belum mengetahui secara pasti apa penyebab anak-anak tersebut tidak melanjutkan sekolah karena pendataan baru dilakukan di tingkat desa.
Namun berdasar informasi yang didapatkan di desa, anak-anak tersebut sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu.
“Tetapi ada juga yang berasal dari keluarga mampu sehingga dimungkinkan karena pengaruh lingkungan,” ujarnya.
Dalam waktu dekat ini dia mengaku akan melakukan verifikasi langsung ke rumah anak-anak tersebut untuk mengetahui secara pasti penyebab anak-anak tersebut tidak lagi sekolah.
Sekaligus untuk memotivasi anak-anak itu agar mau melanjutkan sekolah. Melalui program Pelayanan Tutor Keluarga (Pelatuk),
anak-anak itu nantinya akan dibuatkan kelompok-kelompok kecil untuk bisa mengikuti pembelajaran melanjutkan kelas yang ditinggalkan. “Guru PNS akan jadi sukarelawan untuk program Pelatuk ini,” bebernya,
Sementara untuk ujiannya sendiri, mereka akan diikutkan dalam ujian kesetaraan atau kejar paket. Meski di tengah pandemi Covid-19, ujian kesetaraan tetap berjalan.
Awal April 2021 ini ada sebanyak 20 orang yang mengikuti ujian kejar paket A, 87 orang kejar paket B dan 155 orang kejar paket C.
“Jumlah peserta yang mengikuti ujian kesetaraan awal April 2021 ini di luar jumlah 206 ATS tersebut,” jelasnya.
Pihaknya berharap anak usia sekolah yang tidak sekolah itu mau melanjutkan pendidikannya. Apalagi ada anak yang mengalami buta aksara.
“Kami berencana mengumpulkan orang-orang sukses yang sempat putus sekolah untuk memotivasi anak-anak ini. Sehingga besar minat mereka untuk melanjutkan pendidikannya dan mengikuti ujian kesetaraan,” tandasnya.