29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:26 AM WIB

Hanya Berjarak 7 Km dari Kawah, Banjir Lahar Dingin Jadi Tontonan

RadarBali.com – Fenomena banjir lahar di Desa Ban, Kecamatan Kubu, menjadi tontonan masyarakat.

Warga berbondong-bondong mendatangi lokasi yang tiba-tiba menjadi lokasi aliran banjir lahar, Senin (27/11) pagi.

Hal itu dianggap fenomena langka, sehingga warga yang penasaran berbondong-bondong mendatangi lokasi.

Meski status Gunung Agung telah dinaikkan menjadi Awas, warga tetap nekat mendatangi lokasi itu. Padahal, jaraknya hanya sekitar tujuh kilometer dari kaldera Gunung Agung.

Polisi pun berjaga-jaga di sekitar lokasi dan menghimbau masyarakat tak terlalu lama berada di lokasi.

Banjir lahar dingin itu dilaporkan terjadi sejak pukul 06.00 pagi kemarin di sekitar tambang Galian C Krisna, Desa Ban.

Ruas jalan yang menghubungkan wilayah Tongtongan, Desa Ban dengan Banjar Dinas Dukuh, Desa Ban, mendadak terputus karena terkena aliran lahar dingin.

Warga pun heran dengan aliran itu, karena di wilayah hulu tidak ada hujan. Dari pantauan Jawa Pos Radar Bali, lahar dingin yang mengalir itu merupakan campuran dari air, abu, dan pasir.

Ketika lahar dingin bergerak pelan, alirannya mirip campuran semen. Sementara bila lahar dingin bergerak cepat, aliran menjadi mirip lumpur.

Warga setempat menuturkan, lahar dingin mengalir pukul enam pagi. Dari material tidak tercium bau belerang.

Diakui jalur itu terkadang dilewati air bah ketika musim hujan. Kedalaman lahar dingin itu diperkirakan mencapai 40 centimeter.

“Kami pagi-pagi heran kok ada aliran seperti ini. Padahal, tidak ada hujan. Kalau hujan lebat kadang-kadang, memang ada air lewat sini.

Tapi, ini tidak ada hujan. Apa ini yang dibilang lahar dingin, kami juga tidak paham. Tapi kami yakin ini (material) dari kawah Gunung Agung,” kata Subrata.

Dari cerita para tetua, konon fenomena serupa juga sempat terjadi saat erupsi Gunung Agung pada tahun 1963 silam.

Warga meyakini aliran lumpur itu akan memberikan kesuburan bagi pertanian. Saat mengering, material itu bisa digunakan menanam jagung.

Diperkirakan lahar dingin itu akan bermuara di sejumlah lokasi galian yang ada di wilayah Desa Sukadana.

Tak menutup kemungkinan lahar akan bermuara di Tukad Aya. Bila aliran lahar dingin cukup deras, lahar bisa bermuara hingga ke Tukad Seringin dan Tukad Dalem. 

RadarBali.com – Fenomena banjir lahar di Desa Ban, Kecamatan Kubu, menjadi tontonan masyarakat.

Warga berbondong-bondong mendatangi lokasi yang tiba-tiba menjadi lokasi aliran banjir lahar, Senin (27/11) pagi.

Hal itu dianggap fenomena langka, sehingga warga yang penasaran berbondong-bondong mendatangi lokasi.

Meski status Gunung Agung telah dinaikkan menjadi Awas, warga tetap nekat mendatangi lokasi itu. Padahal, jaraknya hanya sekitar tujuh kilometer dari kaldera Gunung Agung.

Polisi pun berjaga-jaga di sekitar lokasi dan menghimbau masyarakat tak terlalu lama berada di lokasi.

Banjir lahar dingin itu dilaporkan terjadi sejak pukul 06.00 pagi kemarin di sekitar tambang Galian C Krisna, Desa Ban.

Ruas jalan yang menghubungkan wilayah Tongtongan, Desa Ban dengan Banjar Dinas Dukuh, Desa Ban, mendadak terputus karena terkena aliran lahar dingin.

Warga pun heran dengan aliran itu, karena di wilayah hulu tidak ada hujan. Dari pantauan Jawa Pos Radar Bali, lahar dingin yang mengalir itu merupakan campuran dari air, abu, dan pasir.

Ketika lahar dingin bergerak pelan, alirannya mirip campuran semen. Sementara bila lahar dingin bergerak cepat, aliran menjadi mirip lumpur.

Warga setempat menuturkan, lahar dingin mengalir pukul enam pagi. Dari material tidak tercium bau belerang.

Diakui jalur itu terkadang dilewati air bah ketika musim hujan. Kedalaman lahar dingin itu diperkirakan mencapai 40 centimeter.

“Kami pagi-pagi heran kok ada aliran seperti ini. Padahal, tidak ada hujan. Kalau hujan lebat kadang-kadang, memang ada air lewat sini.

Tapi, ini tidak ada hujan. Apa ini yang dibilang lahar dingin, kami juga tidak paham. Tapi kami yakin ini (material) dari kawah Gunung Agung,” kata Subrata.

Dari cerita para tetua, konon fenomena serupa juga sempat terjadi saat erupsi Gunung Agung pada tahun 1963 silam.

Warga meyakini aliran lumpur itu akan memberikan kesuburan bagi pertanian. Saat mengering, material itu bisa digunakan menanam jagung.

Diperkirakan lahar dingin itu akan bermuara di sejumlah lokasi galian yang ada di wilayah Desa Sukadana.

Tak menutup kemungkinan lahar akan bermuara di Tukad Aya. Bila aliran lahar dingin cukup deras, lahar bisa bermuara hingga ke Tukad Seringin dan Tukad Dalem. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/