31.5 C
Jakarta
25 April 2024, 11:42 AM WIB

Stasiun Geofisika Denpasar Ingatkan Tsunami Pernah Terjang Bali

TABANAN – Guna meminimalkan risiko dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap ancaman gempabumi dan tsunami,

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Sanglah, Denpasar menggelar Sekolah Lapang Geofisika (SLG).

Acara yang dihelat di salah satu hotel di Tanah Lot, Tabanan, itu berlangsung dua hari dari 27 – 28 Agustus.

Puluhan peserta dari media, kelompok masyarakat, aparat, sekolah, pengurus desa, pemerintah, hingga pengusaha diberikan materi tentang bencana gempabumi dan tsunami.

Apa yang harus dipersiapkan sebelum, pada saat, dan sesudah bencana melanda. “Karena itu kami mengusung tema: Membangun Budaya Siaga Gempa dan Tangguh Tsunami.

Semua pihak harus siap menghadapi bencana. Semakin siap, maka semakin kecil risiko akibat bencana,” ujar Ikhsan, Kepala Stasiun Geofisika Sanglah, kemarin (28/8).

Menurut Ikhsan, banyak materi bermanfaat yang diberikan dalam SLG. Salah satunya yaitu sudah menjadi SOP bahwa BMKG wajib menyampaikan informasi lima menit setelah gempabumi terjadi.

Informasi ini memuat parameter gempabumi yang terdiri dari parameter kekuatan, waktu terjadinya gempabumi, parameter lokasi berikut keterangan lokasi, dan parameter kedalaman gempabumi.

Jika sebuah gempabumi terjadi  BMKG akan merilis informasi gempabumi dalam berbagai moda komunikasi.

Sementara itu, Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, M. Taufik Gunawan, menerangkan sebagai negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia

yang bergerak relatif saling mendesak satu dengan lainnya, Indonesia sangat rawan gempabumi tektonik yang bisa menimbulkan tsunami.

Berdasar Katalog Tsunami Indonesia BMKG di wilayah Indonesia kejadian tsunami pada periode tahun 416 hingga 2014 tercatat sebanyak 243 kali.

Dari data tersebut terdapat 10 kali kejadian tsunami yang mengakibatkan korban jiwa lebih dari 100 jiwa.

Di Bali sendiri tsunami memakan korban jiwa hingga 1.200 orang terjadi 204 tahun lalu. Tepatnya pada 1815.

Gelombang tinggi menerjang pantai dan menyapu daratan begitu jauh. Wilayah di Bali yang berpotensi diterjang tsunami antara lain berada di garis pantai selatan dan utara Bali.

“Kami berbicara fakta ilmiah. Semoga Bali selalu aman dan selamat,” tutur Taufik.Lebih lanjut dijelaskan, di Indonesia sendiri terjadi 5.000 – 6.000 kali gempa setiap tahunnya.

Itu yang tercatat seismograf (jaringan sensor pengamat gempa). Gempa signifikan atau yang kekuatannya lebih dari 5 Skala Richter (SR) sekitar 250 – 350 kali.

Ditegaskan Taufik, tidak semua gempa berpotensi tsunami meski berkekuatan besar. Misalnya gempa yang berpusat di darat.Meski gempa besar tidak berpotensi tsunami.

Salah satu contohnya yaitu gempabumi di Lombok. Taufik berkelakar jika gempabumi itu tidak membunuh, yang membunuh adalah bangunan yang ambruk.

Karena itu harus menyiapkan bangunan yang kuat serta dilakukan upaya mitigasi yang tepat.

“Gempa bumi juga bisa mengungkap korupsi. Setelah gempa ketahuan kalau besi yang digunakan tidak sesuai spesifikasi,” selorohnya.

Saat ini Indonesia telah memasang 170 seismometer di seluruh Indonesia. Jumlah ini cukup memadai dalam melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami.

Selain seismometer, BMKG juga melengkapi sistem pengamatan gempabumi dengan akselerometer dan intensitymeter.

Di tempat yang sama, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Made Sucita menyebut Kabupaten Tabanan yang memiliki 35,90 kilometer garis pantai dan wilayah berbukit memilik sembilan ancaman.

Salah satunya tsunami. “Kami sudah simulasikan jika terjadi tsunami. Air diperkirakan sampai daratan 24,7 menit,” kata Sucita. 

TABANAN – Guna meminimalkan risiko dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap ancaman gempabumi dan tsunami,

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Sanglah, Denpasar menggelar Sekolah Lapang Geofisika (SLG).

Acara yang dihelat di salah satu hotel di Tanah Lot, Tabanan, itu berlangsung dua hari dari 27 – 28 Agustus.

Puluhan peserta dari media, kelompok masyarakat, aparat, sekolah, pengurus desa, pemerintah, hingga pengusaha diberikan materi tentang bencana gempabumi dan tsunami.

Apa yang harus dipersiapkan sebelum, pada saat, dan sesudah bencana melanda. “Karena itu kami mengusung tema: Membangun Budaya Siaga Gempa dan Tangguh Tsunami.

Semua pihak harus siap menghadapi bencana. Semakin siap, maka semakin kecil risiko akibat bencana,” ujar Ikhsan, Kepala Stasiun Geofisika Sanglah, kemarin (28/8).

Menurut Ikhsan, banyak materi bermanfaat yang diberikan dalam SLG. Salah satunya yaitu sudah menjadi SOP bahwa BMKG wajib menyampaikan informasi lima menit setelah gempabumi terjadi.

Informasi ini memuat parameter gempabumi yang terdiri dari parameter kekuatan, waktu terjadinya gempabumi, parameter lokasi berikut keterangan lokasi, dan parameter kedalaman gempabumi.

Jika sebuah gempabumi terjadi  BMKG akan merilis informasi gempabumi dalam berbagai moda komunikasi.

Sementara itu, Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, M. Taufik Gunawan, menerangkan sebagai negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia

yang bergerak relatif saling mendesak satu dengan lainnya, Indonesia sangat rawan gempabumi tektonik yang bisa menimbulkan tsunami.

Berdasar Katalog Tsunami Indonesia BMKG di wilayah Indonesia kejadian tsunami pada periode tahun 416 hingga 2014 tercatat sebanyak 243 kali.

Dari data tersebut terdapat 10 kali kejadian tsunami yang mengakibatkan korban jiwa lebih dari 100 jiwa.

Di Bali sendiri tsunami memakan korban jiwa hingga 1.200 orang terjadi 204 tahun lalu. Tepatnya pada 1815.

Gelombang tinggi menerjang pantai dan menyapu daratan begitu jauh. Wilayah di Bali yang berpotensi diterjang tsunami antara lain berada di garis pantai selatan dan utara Bali.

“Kami berbicara fakta ilmiah. Semoga Bali selalu aman dan selamat,” tutur Taufik.Lebih lanjut dijelaskan, di Indonesia sendiri terjadi 5.000 – 6.000 kali gempa setiap tahunnya.

Itu yang tercatat seismograf (jaringan sensor pengamat gempa). Gempa signifikan atau yang kekuatannya lebih dari 5 Skala Richter (SR) sekitar 250 – 350 kali.

Ditegaskan Taufik, tidak semua gempa berpotensi tsunami meski berkekuatan besar. Misalnya gempa yang berpusat di darat.Meski gempa besar tidak berpotensi tsunami.

Salah satu contohnya yaitu gempabumi di Lombok. Taufik berkelakar jika gempabumi itu tidak membunuh, yang membunuh adalah bangunan yang ambruk.

Karena itu harus menyiapkan bangunan yang kuat serta dilakukan upaya mitigasi yang tepat.

“Gempa bumi juga bisa mengungkap korupsi. Setelah gempa ketahuan kalau besi yang digunakan tidak sesuai spesifikasi,” selorohnya.

Saat ini Indonesia telah memasang 170 seismometer di seluruh Indonesia. Jumlah ini cukup memadai dalam melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami.

Selain seismometer, BMKG juga melengkapi sistem pengamatan gempabumi dengan akselerometer dan intensitymeter.

Di tempat yang sama, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Made Sucita menyebut Kabupaten Tabanan yang memiliki 35,90 kilometer garis pantai dan wilayah berbukit memilik sembilan ancaman.

Salah satunya tsunami. “Kami sudah simulasikan jika terjadi tsunami. Air diperkirakan sampai daratan 24,7 menit,” kata Sucita. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/