31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:54 AM WIB

Bali Mulai Masuk Musim Kemarau, Nusa Penida yang Pertama

DENPASAR – Bali  akan mengalami pergantian musim dari penghujan ke kemarau. Meski, secara umum masih turun hujan, hal itu dikarenakan  musim kemarau pada bulan Maret ini sebanyak 13 persen.

Untuk wilayah pertama di Bali yang memasuki kemarau adalah Nusa Penida diperkirakan pada pertengan Maret. 

Hal itu diungkapkan Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika wilayah III Denpasar  M. Taufik Gunawan saat jumpa pers terkait prakiraan musim kemarau di Kantor Balai Besar Meteorologi Klimatologi Geofisika Wilayah III, Denpasar.

Menurut Taufik Gunawan, kondisi iklim terkini di wilayah Bali pada 10 Maret 2019, secara umum masih ada hujan hingga kategori menengah.

Distribusi curah hujan  di wilayah Bali secara umum antara 20 hingga lebih dari 300 mm/dasarian (10 harian). 

“Berdasar analisis dinamika atmosfer, masih terdapat peluang hujan pada bulan Maret terutama pada wilayah Bali bagian

tengah dan selatan dengan frekuensi dan intensitas ringan-sedang,” paparnya didampingi Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana.

Taufik mengatakan, awal musim kemarau 2019 di wilayah Bali diprakirakan masuk di bulan Maret sebanyak 13 persen, di bulan April sebanyak 54 persen, di bulan Mei sebanyak 20 persen dan di bulan Juni sebanyak 13 persen.

Daerah yang pertama kali memasuki musim kemarau pada pertengahan Maret (Maret dasarian 2) yaitu wilayah Nusa Penida.

Kemudian yang memasuki awal musim kemarau pada bulan April dan Mei di wilayah lainnya. Diikuti wilayah yang terakhir

memasuki awal musim kemarau  yaitu di awal Juni (Juni dasarian 1), di antaranya Buleleng Bagian Selatan dan Karangasem Bagian Tengah.

“Yang perlu diwaspadai potensi berkurangnya curah hujan pada puncak musim kemarau yang diprakirakan terjadi pada bulan Agustus 2019 khususnya di daerah Bali Bagian Utara,” tuturnya.

BMKG juga mengimbau kepada masyarakat antara lain, masyarakat nelayan dan pelaku kegiatan wisata bahari agar memperhatikan potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di sekitar Selatan Bali.

Dengan tingginya intensitas hujan dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati

terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat/petir. 

DENPASAR – Bali  akan mengalami pergantian musim dari penghujan ke kemarau. Meski, secara umum masih turun hujan, hal itu dikarenakan  musim kemarau pada bulan Maret ini sebanyak 13 persen.

Untuk wilayah pertama di Bali yang memasuki kemarau adalah Nusa Penida diperkirakan pada pertengan Maret. 

Hal itu diungkapkan Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika wilayah III Denpasar  M. Taufik Gunawan saat jumpa pers terkait prakiraan musim kemarau di Kantor Balai Besar Meteorologi Klimatologi Geofisika Wilayah III, Denpasar.

Menurut Taufik Gunawan, kondisi iklim terkini di wilayah Bali pada 10 Maret 2019, secara umum masih ada hujan hingga kategori menengah.

Distribusi curah hujan  di wilayah Bali secara umum antara 20 hingga lebih dari 300 mm/dasarian (10 harian). 

“Berdasar analisis dinamika atmosfer, masih terdapat peluang hujan pada bulan Maret terutama pada wilayah Bali bagian

tengah dan selatan dengan frekuensi dan intensitas ringan-sedang,” paparnya didampingi Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana.

Taufik mengatakan, awal musim kemarau 2019 di wilayah Bali diprakirakan masuk di bulan Maret sebanyak 13 persen, di bulan April sebanyak 54 persen, di bulan Mei sebanyak 20 persen dan di bulan Juni sebanyak 13 persen.

Daerah yang pertama kali memasuki musim kemarau pada pertengahan Maret (Maret dasarian 2) yaitu wilayah Nusa Penida.

Kemudian yang memasuki awal musim kemarau pada bulan April dan Mei di wilayah lainnya. Diikuti wilayah yang terakhir

memasuki awal musim kemarau  yaitu di awal Juni (Juni dasarian 1), di antaranya Buleleng Bagian Selatan dan Karangasem Bagian Tengah.

“Yang perlu diwaspadai potensi berkurangnya curah hujan pada puncak musim kemarau yang diprakirakan terjadi pada bulan Agustus 2019 khususnya di daerah Bali Bagian Utara,” tuturnya.

BMKG juga mengimbau kepada masyarakat antara lain, masyarakat nelayan dan pelaku kegiatan wisata bahari agar memperhatikan potensi tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter atau lebih di sekitar Selatan Bali.

Dengan tingginya intensitas hujan dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati

terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat/petir. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/