29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:54 AM WIB

Jadi Korban Lumba-Lumba, 7 Kelompok Nelayan Klungkung Dibantu Jaring

SEMARAPURA – Jumlah nelayan di Kabupaten Klungkung, khususnya di Desa Kusamba kian hari kian menyusut.

Hasil tangkapan yang tidak maksimal dan jaring yang kerap rusak akibat ulah lumba-lumba merupakan penyebab utamanya.

Untuk itu Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Klungkung akan memberikan bantuan tujuh paket jaring gill net kepada tujuh kelompok nelayan di Desa Kusamba tahun 2019 ini.

Kadis Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Klungkung I Wayan Durma, mengungkapkan, pihaknya kerap menerima laporan rusaknya jaring para nelayan di Desa Kusamba.

Rusaknya jaring nelayan itu selain karena tersangkut kapal yang lewat, juga karena ulah lumba-lumba. “Ya, saya mendapat laporan seperti itu,” terangnya.

Mengingat lumba-lumba adalah hewan yang dilindungi, dia mengaku tidak bisa berbuat apa dengan mamalia yang dianggap hama oleh para nelayan itu.

Satu-satunya solusi yang bisa diberikan, yakni dengan memberikan bantuan jaring kepada kelompok nelayan yang merugi akibat kondisi itu. “Kalau tidak dibantu kan kasihan mereka,” katanya.

Sesuai proposal, ada sebanyak tujuh kelompok nelayan di Desa Kusamba yang memohon bantuan jaring.

Tujuh paket jaring jill net yang dimohonkan para nelayan Kusamba itu akan diberikan tahun ini dengan anggaran dari APBD Perubahan 2019 sebesar Rp 268 juta.

“Paket jaring jell net itu terdiri dari tali ris pelampung, pelampung, tali ris pemberat, pemberat dan lembar jaring,” paparnya.

Lebih lanjut diungkapkannya, tender pengadaan tujuh paket jaring sudah ada pemenangnya. Pemenang tender juga sudah mengecek ke Kusamba.

“Dengan bantuan ini diharapkan bisa mengatasi permasalahan para nelayan. Sehingga para nelayan bisa meningkatkan produktivitasnya,” tandasnya.

Sementara itu salah seorang nelayan Desa Kusamba, Nengah Suriata, asal Desa Kusamba mengatakan melimpahnya ikan di lautan biasanya juga disertai dengan datangnya ratusan hiu dan lumba-lumba.

Menurut Suriata, hiu dan lumba-lumba ini tidak mencari ikan secara mandiri namun memakan ikan-ikan yang berhasil ditangkap para nelayan dengan cara merobek jaring.

“Kalau hiu yang makan, hancur sudah jaringnya. Kalau lumba-lumba, jaringnya robek tapi tidak sampai hancur dan masih bisa diperbaiki.

Jaring itu harganya Rp 3,5 juta per karung yang isinya tiga set. Jadi nelayan agak pikir-pikir kalau mau melaut,” kata pria yang mengaku sudah mulai melaut sejak umur 17 tahun itu.

Nyoman Lego yang juga seorang nelayan di Pantai Segara menambahkan, atas tingkah hiu dan lumba-lumba itu, biasanya para nelayan di pantai itu sering saling intip saat akan melaut.

Jika dilihat ada banyak nelayan yang mencari ikan, maka nelayan yang lain juga akan ikut melaut.

“Karena kalau yang melaut hanya dua nelayan, dipastikan jaringnya hancur dirobek hiu dan lumba-lumba. Tapi kalau yang melaut sampai 50 nelayan,

setidaknya ada 10 nelayan yang berpotensi mendapat ikan dan jaringnya tidak dirobek hiu dan lumba-lumba. Makanya nelayan itu kalau melaut saling intip,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, ketika memilih tidak melaut untuk menghindari kerugian dari rusaknya jaring ikan yang dimiliki, para nelayan di pantai itu biasanya menghabiskan waktunya dengan memperbaiki jaring yang rusak.

Selain itu ada juga nelayan yang melayani penghobi mancing memancing di laut. “Biasanya dari mengantar kelompok pemancing itu saya dapat

penghasilan bersih Rp 200 ribu sekali mengantar. Seminggu paling dapat dua kali mengantar orang memancing. Sejak dua tahun kondisinya kayak ini.

Ini kan karena ada larangan menangkap hiu dan lumba-lumba itu. Jumlah hiu dan lumba-lumbanya terus bertambah,” tandas Lego. 

SEMARAPURA – Jumlah nelayan di Kabupaten Klungkung, khususnya di Desa Kusamba kian hari kian menyusut.

Hasil tangkapan yang tidak maksimal dan jaring yang kerap rusak akibat ulah lumba-lumba merupakan penyebab utamanya.

Untuk itu Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Klungkung akan memberikan bantuan tujuh paket jaring gill net kepada tujuh kelompok nelayan di Desa Kusamba tahun 2019 ini.

Kadis Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Klungkung I Wayan Durma, mengungkapkan, pihaknya kerap menerima laporan rusaknya jaring para nelayan di Desa Kusamba.

Rusaknya jaring nelayan itu selain karena tersangkut kapal yang lewat, juga karena ulah lumba-lumba. “Ya, saya mendapat laporan seperti itu,” terangnya.

Mengingat lumba-lumba adalah hewan yang dilindungi, dia mengaku tidak bisa berbuat apa dengan mamalia yang dianggap hama oleh para nelayan itu.

Satu-satunya solusi yang bisa diberikan, yakni dengan memberikan bantuan jaring kepada kelompok nelayan yang merugi akibat kondisi itu. “Kalau tidak dibantu kan kasihan mereka,” katanya.

Sesuai proposal, ada sebanyak tujuh kelompok nelayan di Desa Kusamba yang memohon bantuan jaring.

Tujuh paket jaring jill net yang dimohonkan para nelayan Kusamba itu akan diberikan tahun ini dengan anggaran dari APBD Perubahan 2019 sebesar Rp 268 juta.

“Paket jaring jell net itu terdiri dari tali ris pelampung, pelampung, tali ris pemberat, pemberat dan lembar jaring,” paparnya.

Lebih lanjut diungkapkannya, tender pengadaan tujuh paket jaring sudah ada pemenangnya. Pemenang tender juga sudah mengecek ke Kusamba.

“Dengan bantuan ini diharapkan bisa mengatasi permasalahan para nelayan. Sehingga para nelayan bisa meningkatkan produktivitasnya,” tandasnya.

Sementara itu salah seorang nelayan Desa Kusamba, Nengah Suriata, asal Desa Kusamba mengatakan melimpahnya ikan di lautan biasanya juga disertai dengan datangnya ratusan hiu dan lumba-lumba.

Menurut Suriata, hiu dan lumba-lumba ini tidak mencari ikan secara mandiri namun memakan ikan-ikan yang berhasil ditangkap para nelayan dengan cara merobek jaring.

“Kalau hiu yang makan, hancur sudah jaringnya. Kalau lumba-lumba, jaringnya robek tapi tidak sampai hancur dan masih bisa diperbaiki.

Jaring itu harganya Rp 3,5 juta per karung yang isinya tiga set. Jadi nelayan agak pikir-pikir kalau mau melaut,” kata pria yang mengaku sudah mulai melaut sejak umur 17 tahun itu.

Nyoman Lego yang juga seorang nelayan di Pantai Segara menambahkan, atas tingkah hiu dan lumba-lumba itu, biasanya para nelayan di pantai itu sering saling intip saat akan melaut.

Jika dilihat ada banyak nelayan yang mencari ikan, maka nelayan yang lain juga akan ikut melaut.

“Karena kalau yang melaut hanya dua nelayan, dipastikan jaringnya hancur dirobek hiu dan lumba-lumba. Tapi kalau yang melaut sampai 50 nelayan,

setidaknya ada 10 nelayan yang berpotensi mendapat ikan dan jaringnya tidak dirobek hiu dan lumba-lumba. Makanya nelayan itu kalau melaut saling intip,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, ketika memilih tidak melaut untuk menghindari kerugian dari rusaknya jaring ikan yang dimiliki, para nelayan di pantai itu biasanya menghabiskan waktunya dengan memperbaiki jaring yang rusak.

Selain itu ada juga nelayan yang melayani penghobi mancing memancing di laut. “Biasanya dari mengantar kelompok pemancing itu saya dapat

penghasilan bersih Rp 200 ribu sekali mengantar. Seminggu paling dapat dua kali mengantar orang memancing. Sejak dua tahun kondisinya kayak ini.

Ini kan karena ada larangan menangkap hiu dan lumba-lumba itu. Jumlah hiu dan lumba-lumbanya terus bertambah,” tandas Lego. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/