BANJAR – Pemerintah Kabupaten Buleleng kini menyatakan bahwa Buleleng masuk dalam masa siaga bencana.
Rentetan bencana yang terjadi sejak sepekan terakhir, dikhawatirkan belum mencapai puncak. Mengingat siklus bencana di Bali Utara biasanya mencapai puncak pada bulan Februari.
Hingga kemarin pemerintah masih terus menginventarisasi lokasi-lokasi yang terdampak bencana alam. Utamanya akses infrastruktur yang ada di desa-desa.
Sebagian besar infrastruktur yang rusak adalah akses jembatan dan jalan. Akses jalan meliputi ruas Desa Cempaga-Asah Gobleg, Pedawa-Unusan, dan Jalan Raya Munduk.
Sementara akses jembatan satu titik ada di Desa Pedawa, dan tiga titik lainnya ada di Desa Gobleg. Itu belum termasuk kerusakan infrastruktur lainnya.
Sejauh ini tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng, baru melakukan penghitungan kerusakan infrastruktur di Desa Pedawa. Utamanya ruas jalan Cempaga-Asah Gobleg dan ruas Pedawa-Insakan.
Untuk perbaikan dua titik itu saja, pemerintah harus menyiapkan anggaran sebesar Rp 600 juta. Itu belum termasuk kerusakan infrastruktur lainnya.
“Khusus jalan Cempaga-Asah Gobleg, kami rencanakan dengan konstruksi pasangan batu dan perkuatan beton bertulang.
Tanah cukup labil, volume besar, ketinggian kurang lebih 10 meter dan panjang 20 meter. Itu bisa habis dana Rp 400 juta,” kata Suparta saat ditemui di Desa Pedawa.
Sementara untuk ruas Pedawa-Insakan, konstruksi yang ada saat ini adalah bangunan pelimpah. “Makanya tiap tahun kena banjir. Kami rencanakan buat jembatan permanan.
Sementara kami akan lakukan perbaikan gorong-gorong dan senderan, mungkin habis Rp 200 juta. Itu belum terdata semua titik, kami masih hitung dan inventarisasi,” imbuhnya.