28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:01 AM WIB

Begini Cerita Ayah Sekaligus Kakek Sekeluarga Tewas Tertimbun Tebing..

MENGENING – Musibah longsor terjadi di Banjar Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan. Empat orang tewas dalam peristiwa tersebut.

Seluruhnya masih memiliki hubungan keluarga. Tragedi itu menimbulkan luka mendalam bagi keluarga korban.

Peristiwa longsor itu diduga terjadi pada pukul 04.30 Selasa (29/1) pagi. Empat orang warga setempat masing-masing Ketut Budikaca, 33; sang istri Luh Sentiani, 27; serta kedua orang anaknya Luh Putu Rikasih, 9, dan Kadek Sutama, 5; tewas tertimbun material longsor.

Musibah berawal saat hujan lebat mengguyur sekitar pukul 01.00 Selasa dini hari. Hujan itu membuat senderan di rumah orang tua korban, Nyoman Dania, 78, jebol.

Senderan itu kemudian menimpa rumah yang dihuni korban Ketut Budikaca beserta keluarga. Kebetulan rumah korban, berada di sisi barat rumah orang tuanya.

Menurut Nyoman Dania, tanah yang ia huni kini memang ditempati keluarga besar. Selain dirinya, ada tiga orang anak yang juga menempati lahan tersebut.

Masing-masing korban Ketut Budikaca; putra sulung Wayan Kanda, 43; dan anak ketiganya Komang Sana Bawa, 40. Seluruh putranya, sudah tinggal di rumah masing-masing.

Dulunya, Ketut Budikaca tinggal bersama orang tuanya. Namun sejak dua tahun lalu, ia memilih membangun rumah sendiri.

Lokasinya di sebelah barat rumah orang tuanya. Areal perkebunan dengan kontur tebing curam, diratakan. Mendiang kemudian mendirikan rumah tinggal di lahan seluas 1,5 are.

Dania menuturkan, sebelum kejadian ia sebenarnya sudah was-was dengan kondisi korban. Sekitar pukul 03.00 dini hari ia sempat terjaga dan duduk di ruang tamu rumah.

Ia juga sempat menengok rumah anaknya dari teras rumah. Merasa aman, ia pun kembali tidur. Sekitar jam 05.00 pagi, ia kembali terbangun.

Saat berdiri di teras, ia terkejut mendapati rumah anaknya sudah tertimbun material senderan dan lumpur.

“Saya panggil-panggil. Semua saya panggil, anak, mantu, cucu, tidak ada nyahut (menjawab). Waktu itu firasat saya sudah langsung,

anak saya meninggal. Langsung saya bangunkan saudaranya yang lain, saya minta tolong sama kelompok suka duka di sini juga,” ujar Dania.

Warga bersama TNI dan Polri kemudian mengevakuasi korban sekitar pukul 06.00 pagi. Seluruh korban ditemukan dalam kamar tidur, dalam kondisi tertimbun batako.

Keempatnya masih dalam posisi tidur dalam satu ranjang. Saat ditemukan, korban Luh Sentiani memeluk putranya Kadek Sutama. Sementara Ketut Budikaca memeluk putrinya Luh Putu Rikasih.

“Mungkin ada tertimbun sekitar satu meter. Dari badan sampai kaki itu tertimbun. Rata-rata itu ada luka lebam di badan.

Bapaknya juga ada luka di wajah karena tertimpa beton rumah,” ungkap Made Kastawa, Ketua Relawan Bencana Desa Mengening.

 

MENGENING – Musibah longsor terjadi di Banjar Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan. Empat orang tewas dalam peristiwa tersebut.

Seluruhnya masih memiliki hubungan keluarga. Tragedi itu menimbulkan luka mendalam bagi keluarga korban.

Peristiwa longsor itu diduga terjadi pada pukul 04.30 Selasa (29/1) pagi. Empat orang warga setempat masing-masing Ketut Budikaca, 33; sang istri Luh Sentiani, 27; serta kedua orang anaknya Luh Putu Rikasih, 9, dan Kadek Sutama, 5; tewas tertimbun material longsor.

Musibah berawal saat hujan lebat mengguyur sekitar pukul 01.00 Selasa dini hari. Hujan itu membuat senderan di rumah orang tua korban, Nyoman Dania, 78, jebol.

Senderan itu kemudian menimpa rumah yang dihuni korban Ketut Budikaca beserta keluarga. Kebetulan rumah korban, berada di sisi barat rumah orang tuanya.

Menurut Nyoman Dania, tanah yang ia huni kini memang ditempati keluarga besar. Selain dirinya, ada tiga orang anak yang juga menempati lahan tersebut.

Masing-masing korban Ketut Budikaca; putra sulung Wayan Kanda, 43; dan anak ketiganya Komang Sana Bawa, 40. Seluruh putranya, sudah tinggal di rumah masing-masing.

Dulunya, Ketut Budikaca tinggal bersama orang tuanya. Namun sejak dua tahun lalu, ia memilih membangun rumah sendiri.

Lokasinya di sebelah barat rumah orang tuanya. Areal perkebunan dengan kontur tebing curam, diratakan. Mendiang kemudian mendirikan rumah tinggal di lahan seluas 1,5 are.

Dania menuturkan, sebelum kejadian ia sebenarnya sudah was-was dengan kondisi korban. Sekitar pukul 03.00 dini hari ia sempat terjaga dan duduk di ruang tamu rumah.

Ia juga sempat menengok rumah anaknya dari teras rumah. Merasa aman, ia pun kembali tidur. Sekitar jam 05.00 pagi, ia kembali terbangun.

Saat berdiri di teras, ia terkejut mendapati rumah anaknya sudah tertimbun material senderan dan lumpur.

“Saya panggil-panggil. Semua saya panggil, anak, mantu, cucu, tidak ada nyahut (menjawab). Waktu itu firasat saya sudah langsung,

anak saya meninggal. Langsung saya bangunkan saudaranya yang lain, saya minta tolong sama kelompok suka duka di sini juga,” ujar Dania.

Warga bersama TNI dan Polri kemudian mengevakuasi korban sekitar pukul 06.00 pagi. Seluruh korban ditemukan dalam kamar tidur, dalam kondisi tertimbun batako.

Keempatnya masih dalam posisi tidur dalam satu ranjang. Saat ditemukan, korban Luh Sentiani memeluk putranya Kadek Sutama. Sementara Ketut Budikaca memeluk putrinya Luh Putu Rikasih.

“Mungkin ada tertimbun sekitar satu meter. Dari badan sampai kaki itu tertimbun. Rata-rata itu ada luka lebam di badan.

Bapaknya juga ada luka di wajah karena tertimpa beton rumah,” ungkap Made Kastawa, Ketua Relawan Bencana Desa Mengening.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/