28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:11 AM WIB

Rumah Korban Dibongkar, BPBD Minta Keluarga Waspada Longsor Susulan

MENGENING –Rumah korban longsor di Banjar Dinas Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Kamis (31/1) dibongkar.

 

Pembongkaran itu dilakukan atas permintaan keluarga.

Proses pembongkaran itu pun melibatkan warga setempat bersama personil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng.

 

Setelah terkena longsor, rumah yang dihuni mendiang Ketut Budikaca bersama keluarganya, memang sudah tak bisa ditempati lagi.

 

Sebagian bangunan sudah jebol. Selain itu bagian dalam rumah juga retak. Ditambah lagi tebing yang longsor, masih labil.

 

Selain dibongkar, sejumlah warga lainnya juga membuat tanggul di sekitar tebing yang mengalami longsor.

 

Total 250 karung tanah disiapkan untuk membuat tanggul tersebut.

 

Orang tua mendiang, Nyoman Dania mengatakan, pihak keluarga sengaja membongkar rumah tersebut.

 

Menurutnya keluarga tidak ingin dihantui kenangan buruk, setelah musibah longsor yang merenggut anak, menantu, dan dua orang cucunya sekaligus.

 

“Biar tidak ada yang diingat-ingat lagi. Cukup anak dan cucu saya saja yang jadi korban. Selain itu tidak mungkin ada orang yang berani tinggal di sana, karena sudah ada kejadian begini,” kata Dania.

 

Setelah rumah selesai dibongkar, pihak keluarga akan fokus menyelesaikan rangkaian upacara penguburan.

 

Setelah dikubur di Setra Desa Pakraman Mengening, sebenarnya masih ada satu rangkaian upacara lagi.

 

Yakni upacara nyeeb. Fungsinya seperti prosesi mecaru.

 

Semestinya upacara nyeeb dilangsungkan pada hari ke-12 setelah penguburan.

 

Namun karena dilangsungkan pujawali Panca Wali Krama di Pura Besakih, akhirnya upacara nyeeb akan dilangsungkan setelah upacara di Besakih selesai.

 

Sementara Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana mengatakan, pihaknya sudah meminta orang tua mendiang Budikaca mengungsi untuk sementara waktu. Sebab rumah yang ditempati Nyoman Dania juga rentan longsor. Terlebih rumahnya terletak di atas tebing.

 

“Kemiringan tanah hampir 90 derajat. Kalau hujan turun, kami minta mengungsi dulu. Karena sangat beresiko. Kemungkinan longsor susulan bisa saja terjadi,” kata Suadnyana.

 

BPBD Buleleng pun menyatakan telah mengajukan permohonan santunan pada BPBD Bali. Rencananya masing-masing korban meninggal akan diberi santunan Rp 15 juta.

 

Seperti diberitakan sebelumnya, musibah longsor yang terjadi di Desa Mengening menyebabkan satu keluarga tewas. Mereka adalah Ketut Budikaca, 33; sang istri Luh Sentiani, 27; serta kedua orang anaknya Luh Putu Rikasih, 9, dan Kadek Sutama, 5. Korban ditemukan dalam satu tempat tidur, dalam posisi saling berpelukan. 

MENGENING –Rumah korban longsor di Banjar Dinas Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Kamis (31/1) dibongkar.

 

Pembongkaran itu dilakukan atas permintaan keluarga.

Proses pembongkaran itu pun melibatkan warga setempat bersama personil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng.

 

Setelah terkena longsor, rumah yang dihuni mendiang Ketut Budikaca bersama keluarganya, memang sudah tak bisa ditempati lagi.

 

Sebagian bangunan sudah jebol. Selain itu bagian dalam rumah juga retak. Ditambah lagi tebing yang longsor, masih labil.

 

Selain dibongkar, sejumlah warga lainnya juga membuat tanggul di sekitar tebing yang mengalami longsor.

 

Total 250 karung tanah disiapkan untuk membuat tanggul tersebut.

 

Orang tua mendiang, Nyoman Dania mengatakan, pihak keluarga sengaja membongkar rumah tersebut.

 

Menurutnya keluarga tidak ingin dihantui kenangan buruk, setelah musibah longsor yang merenggut anak, menantu, dan dua orang cucunya sekaligus.

 

“Biar tidak ada yang diingat-ingat lagi. Cukup anak dan cucu saya saja yang jadi korban. Selain itu tidak mungkin ada orang yang berani tinggal di sana, karena sudah ada kejadian begini,” kata Dania.

 

Setelah rumah selesai dibongkar, pihak keluarga akan fokus menyelesaikan rangkaian upacara penguburan.

 

Setelah dikubur di Setra Desa Pakraman Mengening, sebenarnya masih ada satu rangkaian upacara lagi.

 

Yakni upacara nyeeb. Fungsinya seperti prosesi mecaru.

 

Semestinya upacara nyeeb dilangsungkan pada hari ke-12 setelah penguburan.

 

Namun karena dilangsungkan pujawali Panca Wali Krama di Pura Besakih, akhirnya upacara nyeeb akan dilangsungkan setelah upacara di Besakih selesai.

 

Sementara Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana mengatakan, pihaknya sudah meminta orang tua mendiang Budikaca mengungsi untuk sementara waktu. Sebab rumah yang ditempati Nyoman Dania juga rentan longsor. Terlebih rumahnya terletak di atas tebing.

 

“Kemiringan tanah hampir 90 derajat. Kalau hujan turun, kami minta mengungsi dulu. Karena sangat beresiko. Kemungkinan longsor susulan bisa saja terjadi,” kata Suadnyana.

 

BPBD Buleleng pun menyatakan telah mengajukan permohonan santunan pada BPBD Bali. Rencananya masing-masing korban meninggal akan diberi santunan Rp 15 juta.

 

Seperti diberitakan sebelumnya, musibah longsor yang terjadi di Desa Mengening menyebabkan satu keluarga tewas. Mereka adalah Ketut Budikaca, 33; sang istri Luh Sentiani, 27; serta kedua orang anaknya Luh Putu Rikasih, 9, dan Kadek Sutama, 5. Korban ditemukan dalam satu tempat tidur, dalam posisi saling berpelukan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/