GIANYAR – Warga dari tujuh banjar di Desa Pakraman Tegalalang, Kecamatan Tegalalang, kembali menggelar tradisi enam bulanan, Ngerebeg, Rabu (30/1).
Ritual ini digelar setiap Buda Kliwon Pahang.
Warga wajib turun ke jalan dengan menghias badan mereka menyerupai mahluk halus. Tujuannya untuk menetralisir pengaruh negatif.
Bendesa Pakraman Tegalalang, I Made Jaya Kusuma, ritual Ngerebeg ini sudah berlangsung sejak lama, dilakukan secara turun temurun.
“Kami menetralisir agar bisa hidup berdampingan dan tidak saling mengganggu dengan manusia,” ujarnya, disela ritual, kemarin.
Ritual Ngerebeg ini dimulai dalam beberapa prosesi.
Diawali Pacaruan (upacara pembersihan) di Pura Duur Bingin.
Lalu dilanjutkan menghaturkan paica alit, yakni warga memohon ajengan berupa makanan yang berisi nasi dan lawar. Ajengan ini langsung dinikmati bersama di halaman Pura Duur Bingin.
Usai menyantap makanan, dilanjutkan dengan Ngamedalang (Mengeluarkan) Ida Sasuhunan Pura Duur Bingin. Barulah kemudian peserta Ngerebeg yang didominasi anak-anak dan remaja putra ini melakukan ritual dengan berjalan kaki keliling desa.
Tubuh para peserta sudah dihias dengan seram menyerupai mahluk halus.
Saat keliling sejuah 6 kilometer, warga yang berhias seram ini juga membawa hiasan gantung-gantungan dan ada hiasan menyerupai penjor. Perjalanan ratusan peserta itu pun kembali lagi ke areal Pura Duur Bingin.
Yang menarik dan jadi pusat perhatian saat tradisi itu yakni dengan hadirnya, salah satu peserta bernama Erwin. Peserta Ngerebeg menuliskan kata Cabut Remisi Pembunuh Jurnalis di badannya.
“Kami menyayangkan adanya remisi. Dengan begini, sama halnya dengan mahluk halus (roh jahat) ini, wartawan yang akan menulis berita jadi takut,” ujarnya.
Kata dia, dengan melukiskan kata tersebut, diharapkan kasusnya bisa dinetralisir.
Sehingga terjadi keseimbangan alam. Diakui, saat tradisi ini, para peserta juga melukiskan bentuk mahluk halus sesuai perkembangan zaman.
Dulu saat kasus PSSI ramai, ada peserta yang melukiskan tubuh dengan kalimat tersebut.