27.1 C
Jakarta
27 April 2024, 21:27 PM WIB

Rekahan Baru Bermunculan, Area Panas di Puncak Gunung Kian Membesar

RadarBali.com – Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM) Kasbani menyatakan, berdasar penginderaan satelit jarak jauh, telah dideteksi adanya emisi asap putih (uap) dan area panas yang baru di kawah puncak Gunung Agung.

Luas area panas ini, kata Kasbani, telah membesar selama sepekan terakhir; termasuk satu rekahan baru di tengah kawah di mana emisi asap putih (uap) juga terus berlangsung.

Sementara berdasar pengamatan visual, Kasbani menyebut emisi asap putih (uap) dari kawah umumnya teramati dengan ketinggian rata-rata 50-200m di atas puncak.

“Saat ini emisi asap (uap) teramati relatif lebih meluas. Setelah gempa dengan magnitudo M4.2 pada tanggal 26 September 2017 pukul 16.27 Wita asap putih (uap) keluar dengan intensitas lebih besar dan teramati sampai ketinggian sekitar 500 m di atas puncak,” jelasnya.

Berdasar analisis data tiltmeter, kondisi ini mengindikasikan adanya inflasi (penggembungan) pada tubuh Gunung Agung.

“Dengan kondisi data pemantauan pada saat ini probabilitas untuk terjadi letusan masih lebih tinggi daripada probabilitas untuk tidak terjadi letusan. Namun demikian, probabilitas letusan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada data pemantauan terkini,” ungkapnya.

Jika terjadi letusan, sambung Kasbani kemungkinan besar akan diawali dengan letusan kecil namun juga memungkinkan untuk diikuti oleh letusan yang lebih besar. “

Besarnya letusan tidak bisa ditentukan dengan pasti. Tanggal dan waktu pasti letusan tidak dapat diprediksi,” tegasnya.

Sebagai upaya antisipasi, terangnya PVMBG akan mengeluarkan peringatan saat kondisi berubah dan atau jika teramati kecenderungan yang lebih tinggi untuk terjadi letusan.

Terkait aktivitas wisata, dia mengatakan, masih aman. Namun, pengunjung tidak boleh memasuki area terlarang di dekat Gunung Agung (saat ini di dalam pada radius 9 km dan perluasan sejauh 12 km dari puncak ke arah Tenggara, Selatan dan Baratdaya dan ke arah Utara hingga Timur Laut, red).

Ditegaskannya PVMBG akan terus berkoordinasi dengan BNPB untuk memperkuat sistem peringatan dini letusan.

“Pengunjung ke Bali dan masyarakat setempat harus tetap mematuhi rekomendasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia,” tegasnya. 

RadarBali.com – Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM) Kasbani menyatakan, berdasar penginderaan satelit jarak jauh, telah dideteksi adanya emisi asap putih (uap) dan area panas yang baru di kawah puncak Gunung Agung.

Luas area panas ini, kata Kasbani, telah membesar selama sepekan terakhir; termasuk satu rekahan baru di tengah kawah di mana emisi asap putih (uap) juga terus berlangsung.

Sementara berdasar pengamatan visual, Kasbani menyebut emisi asap putih (uap) dari kawah umumnya teramati dengan ketinggian rata-rata 50-200m di atas puncak.

“Saat ini emisi asap (uap) teramati relatif lebih meluas. Setelah gempa dengan magnitudo M4.2 pada tanggal 26 September 2017 pukul 16.27 Wita asap putih (uap) keluar dengan intensitas lebih besar dan teramati sampai ketinggian sekitar 500 m di atas puncak,” jelasnya.

Berdasar analisis data tiltmeter, kondisi ini mengindikasikan adanya inflasi (penggembungan) pada tubuh Gunung Agung.

“Dengan kondisi data pemantauan pada saat ini probabilitas untuk terjadi letusan masih lebih tinggi daripada probabilitas untuk tidak terjadi letusan. Namun demikian, probabilitas letusan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada data pemantauan terkini,” ungkapnya.

Jika terjadi letusan, sambung Kasbani kemungkinan besar akan diawali dengan letusan kecil namun juga memungkinkan untuk diikuti oleh letusan yang lebih besar. “

Besarnya letusan tidak bisa ditentukan dengan pasti. Tanggal dan waktu pasti letusan tidak dapat diprediksi,” tegasnya.

Sebagai upaya antisipasi, terangnya PVMBG akan mengeluarkan peringatan saat kondisi berubah dan atau jika teramati kecenderungan yang lebih tinggi untuk terjadi letusan.

Terkait aktivitas wisata, dia mengatakan, masih aman. Namun, pengunjung tidak boleh memasuki area terlarang di dekat Gunung Agung (saat ini di dalam pada radius 9 km dan perluasan sejauh 12 km dari puncak ke arah Tenggara, Selatan dan Baratdaya dan ke arah Utara hingga Timur Laut, red).

Ditegaskannya PVMBG akan terus berkoordinasi dengan BNPB untuk memperkuat sistem peringatan dini letusan.

“Pengunjung ke Bali dan masyarakat setempat harus tetap mematuhi rekomendasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/