26.1 C
Jakarta
12 Desember 2024, 4:17 AM WIB

Pengungsi Gunung Agung Idap Gagal Ginjal, Istri Kehilangan Pekerjaan

RadarBali.com – Gempa yang sering terjadi akibat meningkatnya aktivitas Gunung Agung, membuat keluarga Nurahmat,32, juga harus ikut mengungsi.

Warga dusun Nyuling, desa Tegallinggah, Karangasem, itu mengungsi ke rumah mertuanya Kerut Suwuni di Banjar Peh Kaliakah.

Nurahmat yang dikampungnya masuk KK miskin mengalami sakit gagal ginjal terpaksa mengungsi pada Selasa (26/9) bersama istrinya Ketut Sarini,30, serta ketiga anaknya karena situasi di kampungnya sangat mengkhawatirkan.

Padahal Nurahmat harus melakukan cuci darah seminggu dua kali. “Suami saya mengalami gagal ginjal sejak lima tahun lalu. Setiap hari Senin dan Kamis harus cuci darah di RSUD Amlapura,” ujar Sarini.

Karena aktivitas Gunung Agung meningkat dan banyak yang mengungsi, petugas emdis di RSUD Amlapura jadi sedikit. Sementara pasien cuci darah cukup banyak sehingga terjadi antrean.

Lalu Nurahmat diberikan surat rujukan untuk cucui darah di rumah sakit tujuan mengungsi. “Daripada sulit cuci darah, kami memilih mengungsi ke rumah orang tua saya,” jelasnya.

Karena sebagai warga miskin mereka mengungsi tanpa bekal. Sejak suaminya sakit gagal ginjal Nurahmat tidak bisa lagi bekerja karena fisiknya lemah.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Sarini yang menjadi tulang punggung keluarga. Sarini bekerja sebagai pembantu rumah tangga di asrama Polri.

Namun karena mereka yang tinggal di asrama banyak mengungsi Sarini kehilangan pekerjaan. Ditambah lagi tinggal di pengungsian maka tidak ada pekerjaaan yang bisa menghasilkan nafkah. 

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sementara dibantu oleh orang tua Sarini yang penghasilanya juga minim sebagai buruh tani.

“Ibu saya sudah janda dan bekerja disawah, kadang jadi buruh tanam dan panen semangka yang penghasilanya tidak menentu. Sekarang ditambah kami yang menumpang maka bebannya bertambah,” ungkapnya.

Sarini saat ini kebingungan untuk mencari pekerjaan sehingga tidak terlalu membebani orang tuanya. Rencananya Sarini ikut kakaknya menjadi pemilah sampah di TPA Peh Kaliakah.

“Tidak apa-apa saya ikut kakak memilah sampah, biar ada penghasilan sehingga todak terlalu membebani ibu saya yang sudah tua,” ujarnya.

Untuk pendidikan anaknya, kini anak pertamanya Aprilia Alfina Damayanti,12, di Karangasem duduk di  kelas 5 dan anak keduanya Antoni Widyapura,10, yang duduk di kelas 3  MI Amapura, kini sekolah di SDN 2 Kaliakah, Negara.

Anak ketiganya Eva Yuliandari,3, belum sekolah. “Mudah-mudahan situasi cepat membaik sehingga kami bisa pulang dan saya bisa bekerja lagi di Karangasem,” harapnya.

Perbekel Kaliakah, Made Bagiarta mengatakan, keluarga Nurahmat mengungsi di rumah keluarganya yang ekonominya juga kurang.

Dirinya bersama aparat desa dan relawan sudah memberikan bantuan untuk mereka. “Kami berharap ada bantuan lain sehingga warga kami bisa hidup layak selama mengungsi,” ujarnya

RadarBali.com – Gempa yang sering terjadi akibat meningkatnya aktivitas Gunung Agung, membuat keluarga Nurahmat,32, juga harus ikut mengungsi.

Warga dusun Nyuling, desa Tegallinggah, Karangasem, itu mengungsi ke rumah mertuanya Kerut Suwuni di Banjar Peh Kaliakah.

Nurahmat yang dikampungnya masuk KK miskin mengalami sakit gagal ginjal terpaksa mengungsi pada Selasa (26/9) bersama istrinya Ketut Sarini,30, serta ketiga anaknya karena situasi di kampungnya sangat mengkhawatirkan.

Padahal Nurahmat harus melakukan cuci darah seminggu dua kali. “Suami saya mengalami gagal ginjal sejak lima tahun lalu. Setiap hari Senin dan Kamis harus cuci darah di RSUD Amlapura,” ujar Sarini.

Karena aktivitas Gunung Agung meningkat dan banyak yang mengungsi, petugas emdis di RSUD Amlapura jadi sedikit. Sementara pasien cuci darah cukup banyak sehingga terjadi antrean.

Lalu Nurahmat diberikan surat rujukan untuk cucui darah di rumah sakit tujuan mengungsi. “Daripada sulit cuci darah, kami memilih mengungsi ke rumah orang tua saya,” jelasnya.

Karena sebagai warga miskin mereka mengungsi tanpa bekal. Sejak suaminya sakit gagal ginjal Nurahmat tidak bisa lagi bekerja karena fisiknya lemah.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Sarini yang menjadi tulang punggung keluarga. Sarini bekerja sebagai pembantu rumah tangga di asrama Polri.

Namun karena mereka yang tinggal di asrama banyak mengungsi Sarini kehilangan pekerjaan. Ditambah lagi tinggal di pengungsian maka tidak ada pekerjaaan yang bisa menghasilkan nafkah. 

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sementara dibantu oleh orang tua Sarini yang penghasilanya juga minim sebagai buruh tani.

“Ibu saya sudah janda dan bekerja disawah, kadang jadi buruh tanam dan panen semangka yang penghasilanya tidak menentu. Sekarang ditambah kami yang menumpang maka bebannya bertambah,” ungkapnya.

Sarini saat ini kebingungan untuk mencari pekerjaan sehingga tidak terlalu membebani orang tuanya. Rencananya Sarini ikut kakaknya menjadi pemilah sampah di TPA Peh Kaliakah.

“Tidak apa-apa saya ikut kakak memilah sampah, biar ada penghasilan sehingga todak terlalu membebani ibu saya yang sudah tua,” ujarnya.

Untuk pendidikan anaknya, kini anak pertamanya Aprilia Alfina Damayanti,12, di Karangasem duduk di  kelas 5 dan anak keduanya Antoni Widyapura,10, yang duduk di kelas 3  MI Amapura, kini sekolah di SDN 2 Kaliakah, Negara.

Anak ketiganya Eva Yuliandari,3, belum sekolah. “Mudah-mudahan situasi cepat membaik sehingga kami bisa pulang dan saya bisa bekerja lagi di Karangasem,” harapnya.

Perbekel Kaliakah, Made Bagiarta mengatakan, keluarga Nurahmat mengungsi di rumah keluarganya yang ekonominya juga kurang.

Dirinya bersama aparat desa dan relawan sudah memberikan bantuan untuk mereka. “Kami berharap ada bantuan lain sehingga warga kami bisa hidup layak selama mengungsi,” ujarnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/