29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:56 AM WIB

UAS di Posko Pengungsian Tak Berjalan Maksimal, Ini Penyebabnya

RadarBali.com – Siswa pengungsi dengan terpaksa melangsungkan Ujian Akhir Semester (UAS) di Posko Pengungsian Sutasoma, pada Rabu kemarin (29/11).

Walau tidak diawasi oleh pengawas atau guru mereka, para siswa mengerjakan soal tersebut sendirian tanpa dibantu orang tuanya.

Itu seperti yang dilakukan siswa kelas VII SMPN 1 Jungutan, Kadek Adi Wiranata. Dek Adi mengerjakan soal ujian di Blok D.

Soal itu dititip langsung oleh guru sekolahnya melalui warga setempat. Salah satu warga Banjar Mumbul, Desa Jungutan,

Wayan Bawa, menyatakan soal tersebut ada yang di titip oleh gurunya dan dibawakan oleh warga yang mengungsi.

“Sekolah kan masih buka. Jadi ada orang tua yang ambilkan soal untuk dititip sama siswanya,” ujar Wayan Bawa.

Bawa juga memiliki seorang putra di SMPN Jungutan dan ikut mengerjakan soal yang dititip oleh gurunya.

“Kalau anak saya sudah selesai duluan, langsung dia main di luar,” jelas Bawa yang seorang buruh proyek itu.

Dia menjelaskan, walau tidak ada guru dan pengawas, para siswa yang ujian di pengungsian ini tetap mandiri.

“Kami orang tuanya juga diam, tidak akan membantu dia jawab soal. Kasih otaknya bekerja,” jelas Bawa yang balik lagi ke pengungsian Sutasoma Senin lalu (27/11).

Mengenai jumlah siswa yang ujian di pengungsian, tidak terakomodir. Itu karena gurunya menitipkan seluruh soal ujian mulai hari pertama hingga hari terakhir.

“Nanti setelah selesai, ada warga di sini bawa motor langsung kumpulkan jawabannya ke Karangasem lagi,” ujarnya.

Hal itu diakui sudah merupakan kesepakatan antara orang tua dan guru. “Mau bagaimana, begini kondisinya, kami terpaksa mengungsi,” jelas Bawa yang membawa istri dan dua orang anaknya itu.

Dijelaskan Bawa, situasi di Desanya kini sudah tidak nyaman. “Bau belerang keras sekali, kami dengar suara gemuruh juga, ada juga hujan abu, kami gelisah di sana, makanya balik lagi ke pengungsian ini,” jelas Bawa.

Yang membuatnya sedih, padi yang ada di desanya kini berubah menjadi hitam. “Bulir padi kena debu, kami nggak tahu, apakah itu bisa dipakai atau tidak.

Kalau abunya beracun, berarti mati. Ini sebenarnya musim panen, tapi kami belum berani panen karena situasi begini,” tukasnya.

Sementara itu, data di Posko Sutasoma, kini kembali meningkat menjadi 323 jiwa. Total pengungsi yang berada di Gianyar,

baik di posko maupun di pengungsian mandiri berjumlah 2950 jiwa tersebar di tujuh kecamatan di Gianyar.

RadarBali.com – Siswa pengungsi dengan terpaksa melangsungkan Ujian Akhir Semester (UAS) di Posko Pengungsian Sutasoma, pada Rabu kemarin (29/11).

Walau tidak diawasi oleh pengawas atau guru mereka, para siswa mengerjakan soal tersebut sendirian tanpa dibantu orang tuanya.

Itu seperti yang dilakukan siswa kelas VII SMPN 1 Jungutan, Kadek Adi Wiranata. Dek Adi mengerjakan soal ujian di Blok D.

Soal itu dititip langsung oleh guru sekolahnya melalui warga setempat. Salah satu warga Banjar Mumbul, Desa Jungutan,

Wayan Bawa, menyatakan soal tersebut ada yang di titip oleh gurunya dan dibawakan oleh warga yang mengungsi.

“Sekolah kan masih buka. Jadi ada orang tua yang ambilkan soal untuk dititip sama siswanya,” ujar Wayan Bawa.

Bawa juga memiliki seorang putra di SMPN Jungutan dan ikut mengerjakan soal yang dititip oleh gurunya.

“Kalau anak saya sudah selesai duluan, langsung dia main di luar,” jelas Bawa yang seorang buruh proyek itu.

Dia menjelaskan, walau tidak ada guru dan pengawas, para siswa yang ujian di pengungsian ini tetap mandiri.

“Kami orang tuanya juga diam, tidak akan membantu dia jawab soal. Kasih otaknya bekerja,” jelas Bawa yang balik lagi ke pengungsian Sutasoma Senin lalu (27/11).

Mengenai jumlah siswa yang ujian di pengungsian, tidak terakomodir. Itu karena gurunya menitipkan seluruh soal ujian mulai hari pertama hingga hari terakhir.

“Nanti setelah selesai, ada warga di sini bawa motor langsung kumpulkan jawabannya ke Karangasem lagi,” ujarnya.

Hal itu diakui sudah merupakan kesepakatan antara orang tua dan guru. “Mau bagaimana, begini kondisinya, kami terpaksa mengungsi,” jelas Bawa yang membawa istri dan dua orang anaknya itu.

Dijelaskan Bawa, situasi di Desanya kini sudah tidak nyaman. “Bau belerang keras sekali, kami dengar suara gemuruh juga, ada juga hujan abu, kami gelisah di sana, makanya balik lagi ke pengungsian ini,” jelas Bawa.

Yang membuatnya sedih, padi yang ada di desanya kini berubah menjadi hitam. “Bulir padi kena debu, kami nggak tahu, apakah itu bisa dipakai atau tidak.

Kalau abunya beracun, berarti mati. Ini sebenarnya musim panen, tapi kami belum berani panen karena situasi begini,” tukasnya.

Sementara itu, data di Posko Sutasoma, kini kembali meningkat menjadi 323 jiwa. Total pengungsi yang berada di Gianyar,

baik di posko maupun di pengungsian mandiri berjumlah 2950 jiwa tersebar di tujuh kecamatan di Gianyar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/