28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:22 AM WIB

Setelah Dikubur, Keluarga Ungkap Firasat Korban Longsor Tebing Sangker

MENGENING – Empat jenazah korban longsor di Banjar Dinas Sangker, Desa Mengening, Rabu (30/1) siang dikuburkan di Setra Desa Pakraman Mengening.

Suasana haru pun pun pecah saat  jenazah satu keluarga korban diiring ke setra atau kuburan.

Para jenazah yakni Ketut Budikaca, 33; sang istri Luh Sentiani, 27; serta kedua orang anaknya Luh Putu Rikasih, 9, dan Kadek Sutama, 5; itu diarak menuju area setra oleh tetangga dan kerabat yang berjarak 6 km dari rumah duka dengan menggunakan kendaraan terbuka.

 

Usai prosesi pemakaman, pihak keluarga korban mengaku ikhlas dengan kepergian para korban.

 

“Kalau memang begini jalannya, kami hanya bisa ikhlas. Keluarga hanya bisa berdoa supaya saudara kami ini dapat tempat terbaik di alam sana,” kata Komang Warika, kakak mendiang Ketut Budikaca.

 

Menurut Warika, sebelum menjadi korban tewas dalam musibah longsor, ia mengenal adiknya sebagai sosok pekerja keras.

 

Sehari-hari adiknya bekerja sebagai buruh bangunan. Dulu semasa bujang, adiknya bisa bekerja hinga ke Denpasar. Namun sejak menikah, mendiang hanya bekerja di sekitar Kubutambahan atau Kintamani. Paling jauh di Kota Singaraja.

 

Bila tak ada tawaran pekerjaan, ia menyibukkan diri dengan memelihara tanaman kopi dan cengkih yang baru ditanam tiga tahun silam. Terkadang ia masuk hutan mencari madu. Apalagi rumahnya hanya selemparan batu dari hutan lindung.

 

Warika juga sempat menuturkan bahwa adiknya pernah mengaku was-was tinggal di rumahnya kini. Pengakuan itu disampaikan mendiang Budikaca pada sejumlah tetangga yang pernah memanfaatkan jasanya sebagai buruh bangunan.

 

“Saya sih tidak pernah dengar langsung. Tapi tetangga-tetangga bilang, adik saya pernah bilang agak takut tinggal di sana. Malah pernah cerita juga kalau takut meninggal karena longsor,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sekeluarga tewas dalam musibah longsor di Desa Mengening, Selasa (29/1) pagi. Musibah longsor itu diperkirakan terjadi sekitar pukul 04.30 pagi. Para korban ditemukan dalam kondisi tidur pada satu dipan.

Saat ditemukan, korban saling berpelukan. Mendiang Budikaca memeluk anak sulungnya Luh Putu Rikasih. Sementara Luh Sentiani memeluk anak bungsunya, Kadek Sutama

MENGENING – Empat jenazah korban longsor di Banjar Dinas Sangker, Desa Mengening, Rabu (30/1) siang dikuburkan di Setra Desa Pakraman Mengening.

Suasana haru pun pun pecah saat  jenazah satu keluarga korban diiring ke setra atau kuburan.

Para jenazah yakni Ketut Budikaca, 33; sang istri Luh Sentiani, 27; serta kedua orang anaknya Luh Putu Rikasih, 9, dan Kadek Sutama, 5; itu diarak menuju area setra oleh tetangga dan kerabat yang berjarak 6 km dari rumah duka dengan menggunakan kendaraan terbuka.

 

Usai prosesi pemakaman, pihak keluarga korban mengaku ikhlas dengan kepergian para korban.

 

“Kalau memang begini jalannya, kami hanya bisa ikhlas. Keluarga hanya bisa berdoa supaya saudara kami ini dapat tempat terbaik di alam sana,” kata Komang Warika, kakak mendiang Ketut Budikaca.

 

Menurut Warika, sebelum menjadi korban tewas dalam musibah longsor, ia mengenal adiknya sebagai sosok pekerja keras.

 

Sehari-hari adiknya bekerja sebagai buruh bangunan. Dulu semasa bujang, adiknya bisa bekerja hinga ke Denpasar. Namun sejak menikah, mendiang hanya bekerja di sekitar Kubutambahan atau Kintamani. Paling jauh di Kota Singaraja.

 

Bila tak ada tawaran pekerjaan, ia menyibukkan diri dengan memelihara tanaman kopi dan cengkih yang baru ditanam tiga tahun silam. Terkadang ia masuk hutan mencari madu. Apalagi rumahnya hanya selemparan batu dari hutan lindung.

 

Warika juga sempat menuturkan bahwa adiknya pernah mengaku was-was tinggal di rumahnya kini. Pengakuan itu disampaikan mendiang Budikaca pada sejumlah tetangga yang pernah memanfaatkan jasanya sebagai buruh bangunan.

 

“Saya sih tidak pernah dengar langsung. Tapi tetangga-tetangga bilang, adik saya pernah bilang agak takut tinggal di sana. Malah pernah cerita juga kalau takut meninggal karena longsor,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sekeluarga tewas dalam musibah longsor di Desa Mengening, Selasa (29/1) pagi. Musibah longsor itu diperkirakan terjadi sekitar pukul 04.30 pagi. Para korban ditemukan dalam kondisi tidur pada satu dipan.

Saat ditemukan, korban saling berpelukan. Mendiang Budikaca memeluk anak sulungnya Luh Putu Rikasih. Sementara Luh Sentiani memeluk anak bungsunya, Kadek Sutama

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/