29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:13 AM WIB

Sepi Penumpang, Damri Tekor Operasikan Bus Agromelasi, Ancam…

DENPASAR – Hampir setahun beroperasi, bus aglomerasi yang melayani rute Terminal Ubung – Terminal Mengwi terancam gulung tikar.

Pasalnya, antara pemasukan dengan pengeluaran ibarat pepatah lebih besar pasak daripada tiang alias tidak sebanding.

Perum Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (DAMRI) Cabang Denpasar yang diberi tugas mengelola pun mengancam mundur karena kerap tekor.

“Bus ini untuk membantu masyarakat. Kami sangat berharap subsidi dari pemerintah, baik pusat (APBN) maupun daerah (APBD), atau kementerian terkait pada 2019.

Jika terus saja seperti ini (tanpa subsidi), kami akan mundur,” ujar I Made Suma Artika, General Manager (GM) DAMRI Cabang Denpasar.

Artika menjelaskan, pengelolaan bus aglomerasi ini sejatinya penugasan dari Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Bali – Nusra di bawah Kementerian Perhubungan.

Namun, dalam operasionalnya Perum Damri tidak mendapat subsidi. Kondisi itu diperparah dengan sepinya penumpang.

Sejak  beroperasi sejak 23 Oktober 2017 silam, jumlah penumpang hanya 60 orang setiap hari. Dari empat hingga lima armada berisi 40 tempat duduk yang beroperasi setiap harinya, hanya terisi rata-rata 15 orang per bus atau rit.

Perum DAMRI memberlakukan tarif Rp 7.000 per orang satu kali berangkat dari Terminal Ubung ke Terminal Mengwi, atau sebaliknya.

Maklum jika Artika berharap subsidi. Sebab, load factor idealnya rata-rata 65. Nah, yang terjadi load factor berkisar 0,12 – 0,18.

Rendahnya load factor itulah yang membuat Perum DAMRI keteteran. “Uang karcis itu paling-paling hanya untuk beli solar saja.

Untuk membiayai kebutuhan lainnya tidak cukup. Sudah setahun beroperasi, ternyata lumayan juga,” bebernya. 

DENPASAR – Hampir setahun beroperasi, bus aglomerasi yang melayani rute Terminal Ubung – Terminal Mengwi terancam gulung tikar.

Pasalnya, antara pemasukan dengan pengeluaran ibarat pepatah lebih besar pasak daripada tiang alias tidak sebanding.

Perum Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (DAMRI) Cabang Denpasar yang diberi tugas mengelola pun mengancam mundur karena kerap tekor.

“Bus ini untuk membantu masyarakat. Kami sangat berharap subsidi dari pemerintah, baik pusat (APBN) maupun daerah (APBD), atau kementerian terkait pada 2019.

Jika terus saja seperti ini (tanpa subsidi), kami akan mundur,” ujar I Made Suma Artika, General Manager (GM) DAMRI Cabang Denpasar.

Artika menjelaskan, pengelolaan bus aglomerasi ini sejatinya penugasan dari Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Bali – Nusra di bawah Kementerian Perhubungan.

Namun, dalam operasionalnya Perum Damri tidak mendapat subsidi. Kondisi itu diperparah dengan sepinya penumpang.

Sejak  beroperasi sejak 23 Oktober 2017 silam, jumlah penumpang hanya 60 orang setiap hari. Dari empat hingga lima armada berisi 40 tempat duduk yang beroperasi setiap harinya, hanya terisi rata-rata 15 orang per bus atau rit.

Perum DAMRI memberlakukan tarif Rp 7.000 per orang satu kali berangkat dari Terminal Ubung ke Terminal Mengwi, atau sebaliknya.

Maklum jika Artika berharap subsidi. Sebab, load factor idealnya rata-rata 65. Nah, yang terjadi load factor berkisar 0,12 – 0,18.

Rendahnya load factor itulah yang membuat Perum DAMRI keteteran. “Uang karcis itu paling-paling hanya untuk beli solar saja.

Untuk membiayai kebutuhan lainnya tidak cukup. Sudah setahun beroperasi, ternyata lumayan juga,” bebernya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/