33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:08 PM WIB

Radius Bahaya Diturunkan, PVMBG: Aktivitas Gunung Agung Mengecil

DENPASAR – Keputusan mengejutkan dikeluarkan Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia.

Melalui siaran pers No: 002.Pers/04/SJI/2018, kemarin (4/1) kementerian yang dipimpin Ignasius Jonan itu menurunkan radius aman Gunung Agung dari 8 -10 km menjadi 6 km.

Keputusan ini tentu di luar dugaan. Pasalnya, hingga saat ini warga di sekitar lereng Gunung Agung mengaku masih kerap mendengar suara gemuruh dan dentuman.

Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani membenarkan penurunan radius berbahaya tersebut.

Dijelaskan Kasbani, meski radius bahaya dikurangi namun status Gunung Agung tetap Awas (level IV).

Penurun radius berbahaya dilakukan setelah melihat aktivitas gunung dan potensi dampak relatif kecil.

“Yang kami lihat awan panas dari kubah lava masih sepertiga volume kawah. Jadi, masih perlu waktu cukup lama untuk memenuhi kawah,” jelas Kasbani kepada Jawa Pos Radar Bali.

Ditambahkan, lava bisa cepat memenuhi kawah jika ada tekanan dari bawah yang kuat hingga menendang kubah lava.

Tapi, tekanan yang terekam saaat ini belum signifikan. “Jadi, potensi ancaman sekarang tinggal abu tebal, kemudian lontaran bebatuan dan juga lahar.

Kalau radiusnya 6 km dari kawah itu bahaya. Tapi, lebih dari itu cukup aman,” papar pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu.

Kendati demikian, penurunan radius berbahaya ini bersifat dinamis atau bisa berubah setiap waktu tergantung hasil pantauan Gunung Agung.

Apalagi, Gunung Agung juga masih menapaki fase erupsi. Larangan naik pada radius 6 km hingga ke puncak pun tetap harus dijalankan.

Apakah ada permintaan khusus dari pihak tertentu untuk menurunkan radius bahaya ini? Ditanya begitu Kasbani menyangkal.

Namun, dia tidak juga secara gamblang membantah tidak ada tekanan dari pihak tertentu. Katanya, penurunan radius bahaya murni melihat aktivitas gunung dan ancamannya.

“Penurunan ini karena melihat potensi ancaman keselematan manusia. Dan, ini semua sifatnya sangat dinamis tergantung hasil pantauan terhadap aktivitas gunung. Kami kan memantau terus,” jelasnya.

DENPASAR – Keputusan mengejutkan dikeluarkan Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia.

Melalui siaran pers No: 002.Pers/04/SJI/2018, kemarin (4/1) kementerian yang dipimpin Ignasius Jonan itu menurunkan radius aman Gunung Agung dari 8 -10 km menjadi 6 km.

Keputusan ini tentu di luar dugaan. Pasalnya, hingga saat ini warga di sekitar lereng Gunung Agung mengaku masih kerap mendengar suara gemuruh dan dentuman.

Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani membenarkan penurunan radius berbahaya tersebut.

Dijelaskan Kasbani, meski radius bahaya dikurangi namun status Gunung Agung tetap Awas (level IV).

Penurun radius berbahaya dilakukan setelah melihat aktivitas gunung dan potensi dampak relatif kecil.

“Yang kami lihat awan panas dari kubah lava masih sepertiga volume kawah. Jadi, masih perlu waktu cukup lama untuk memenuhi kawah,” jelas Kasbani kepada Jawa Pos Radar Bali.

Ditambahkan, lava bisa cepat memenuhi kawah jika ada tekanan dari bawah yang kuat hingga menendang kubah lava.

Tapi, tekanan yang terekam saaat ini belum signifikan. “Jadi, potensi ancaman sekarang tinggal abu tebal, kemudian lontaran bebatuan dan juga lahar.

Kalau radiusnya 6 km dari kawah itu bahaya. Tapi, lebih dari itu cukup aman,” papar pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu.

Kendati demikian, penurunan radius berbahaya ini bersifat dinamis atau bisa berubah setiap waktu tergantung hasil pantauan Gunung Agung.

Apalagi, Gunung Agung juga masih menapaki fase erupsi. Larangan naik pada radius 6 km hingga ke puncak pun tetap harus dijalankan.

Apakah ada permintaan khusus dari pihak tertentu untuk menurunkan radius bahaya ini? Ditanya begitu Kasbani menyangkal.

Namun, dia tidak juga secara gamblang membantah tidak ada tekanan dari pihak tertentu. Katanya, penurunan radius bahaya murni melihat aktivitas gunung dan ancamannya.

“Penurunan ini karena melihat potensi ancaman keselematan manusia. Dan, ini semua sifatnya sangat dinamis tergantung hasil pantauan terhadap aktivitas gunung. Kami kan memantau terus,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/