31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 12:24 PM WIB

Catat, Musisi Bali Kompak Tolak Remisi Susrama Lewat Musik Blues

DENPASAR – Aksi solidaritas menolak “hadiah” remisi terhadap pembunuh jurnalis, I Nyoman Susrama terus meluas.

Kali ini datang dari kalangan seniman dan musisi blues melalui even musik bertitel,  ‘Blues untuk Prabangsa’, di Warung Nyoman Family, Jalan Merdeka,  Denpasar, Rabu  kemarin (6/1).

Even ini merupakan gelaran solidaritas melalui musik sebagai bentuk solidaritas dari para musisi untuk mencabut remisi perubahan penjara seumur hidup menjadi 20 tahun bagi I Nyoman Susrama, pembunuh jurnalis Jawa Pos Radar Bali, AA Gde Bagus Narendra Prabangsa.

Even ini sebagai bentuk support dan dukungan musisi terhadap Solidaritas Jurnalis Bali (SJB) yang saat ini sedang gigih menuntut Presiden Jokowi mencabut remisi untuk Susrama.

Gelaran ini dibesut komunitas musisi Blues Bali mulai Bali Island The Blues Community, Classic Rock & Blues Community dan lainnya. Menghadirkan sejumlah band dan musisi blues lokal luar negeri.

Tak hanya itu, dalam ajang ini juga dilakukan penggalangan tanda tangan penolakan remisi pada kain putih panjang. Adanya dukungan dari kalangan musisi menandakan makin meluasnya penolakan atas pemberian remisi pada Susrama.

Salah seorang musisi, Kadek Budi Prasetya mengatakan, even ini digelar secara swadaya sebagai bentuk spontanitas para musisi yang menyesalkan lahirnya keputusan presiden dalam aksi pembungkaman kerja pers.

Pembungkaman kerja pers, kata dia, menandakan bahwa juga menjadi tanda bahwa kebebasan berekspresi juga tak terjamin.

“Bahwa kawan-kawan jurnalis memiliki sangat penting dalam kehidupan demokrasi kita. Ibaratnya, kawan-kawan jurnalis ini adalah cahaya.

Jika remisi ini tidak dicabut, maka kita akan larut dalam kegelapan. Dampak buruk ke depannya lambat laun bukan tidak mungkin akan terjadi,” tegasnya.

Musisi lainnya, Darwin Doris Here Bessie, mengatakan solidaritas ini muncul sebagai bentuk spontanitas dari para musisi yang merasa terpanggil menolak pemberian remisi pada otak pelaku pembunuhan jurnalis.

“Bagaimanapun antara seniman dan jurnalis memiliki kedekatan, baik secara personal maupun secara profesi, terlebih dalam hal kebebasan berekspresi. Jadi, kami berharap kejadian ini jangan sampai terulang kembali,” harapnya.

Sementara itu, Koordinator SJB, Nandang R. Astika, memberi apresiasi kepada musisi telah menjadi bagian menyalakan api semangat solidaritas ini.

Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan sikap SJB menuntut pencabutan pemberian remisi kepada pembunuh jurnalis I Nyoman Susrama.

Kembali ia menegaskan, bahwa SJB semata-mata ada untuk menuntut pencabutan remisi, tanpa ada embel-embel politik.

“Bukan hanya soalan semata-mata yang dibunuh adalah jurnalis. Ini bagaimana soal negara ternyata juga tidak menjamin kebebasan berekspresi,” paparnya.

 

DENPASAR – Aksi solidaritas menolak “hadiah” remisi terhadap pembunuh jurnalis, I Nyoman Susrama terus meluas.

Kali ini datang dari kalangan seniman dan musisi blues melalui even musik bertitel,  ‘Blues untuk Prabangsa’, di Warung Nyoman Family, Jalan Merdeka,  Denpasar, Rabu  kemarin (6/1).

Even ini merupakan gelaran solidaritas melalui musik sebagai bentuk solidaritas dari para musisi untuk mencabut remisi perubahan penjara seumur hidup menjadi 20 tahun bagi I Nyoman Susrama, pembunuh jurnalis Jawa Pos Radar Bali, AA Gde Bagus Narendra Prabangsa.

Even ini sebagai bentuk support dan dukungan musisi terhadap Solidaritas Jurnalis Bali (SJB) yang saat ini sedang gigih menuntut Presiden Jokowi mencabut remisi untuk Susrama.

Gelaran ini dibesut komunitas musisi Blues Bali mulai Bali Island The Blues Community, Classic Rock & Blues Community dan lainnya. Menghadirkan sejumlah band dan musisi blues lokal luar negeri.

Tak hanya itu, dalam ajang ini juga dilakukan penggalangan tanda tangan penolakan remisi pada kain putih panjang. Adanya dukungan dari kalangan musisi menandakan makin meluasnya penolakan atas pemberian remisi pada Susrama.

Salah seorang musisi, Kadek Budi Prasetya mengatakan, even ini digelar secara swadaya sebagai bentuk spontanitas para musisi yang menyesalkan lahirnya keputusan presiden dalam aksi pembungkaman kerja pers.

Pembungkaman kerja pers, kata dia, menandakan bahwa juga menjadi tanda bahwa kebebasan berekspresi juga tak terjamin.

“Bahwa kawan-kawan jurnalis memiliki sangat penting dalam kehidupan demokrasi kita. Ibaratnya, kawan-kawan jurnalis ini adalah cahaya.

Jika remisi ini tidak dicabut, maka kita akan larut dalam kegelapan. Dampak buruk ke depannya lambat laun bukan tidak mungkin akan terjadi,” tegasnya.

Musisi lainnya, Darwin Doris Here Bessie, mengatakan solidaritas ini muncul sebagai bentuk spontanitas dari para musisi yang merasa terpanggil menolak pemberian remisi pada otak pelaku pembunuhan jurnalis.

“Bagaimanapun antara seniman dan jurnalis memiliki kedekatan, baik secara personal maupun secara profesi, terlebih dalam hal kebebasan berekspresi. Jadi, kami berharap kejadian ini jangan sampai terulang kembali,” harapnya.

Sementara itu, Koordinator SJB, Nandang R. Astika, memberi apresiasi kepada musisi telah menjadi bagian menyalakan api semangat solidaritas ini.

Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan sikap SJB menuntut pencabutan pemberian remisi kepada pembunuh jurnalis I Nyoman Susrama.

Kembali ia menegaskan, bahwa SJB semata-mata ada untuk menuntut pencabutan remisi, tanpa ada embel-embel politik.

“Bukan hanya soalan semata-mata yang dibunuh adalah jurnalis. Ini bagaimana soal negara ternyata juga tidak menjamin kebebasan berekspresi,” paparnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/