26.9 C
Jakarta
26 April 2024, 0:49 AM WIB

Murah,Driver Konvensional Tuding Online Ancam Kualitas Pariwisata Bali

DENPASAR – Ribuan driver taksi konvensional menggeruduk Kantor Gubernur Bali, Kamis (7/2) pagi. Mereka memulai aksi dengan berjalan kaki dari parkiran timur lapangan Puputan Renon, Denpasar.

Salah satu alasan mereka menggeruduk Kantor Gubernur Bali adalah menuntut keadilan. Pasalnya, menurut mereka keberadaan taksi online mengancam keberadaan taksi konvensional.

Terutama dari segi harga yang sangat jauh berbeda. Di mana taksi online menawarkan harga murah, yang membuat taksi konvensional kurang dilirik para konsumen.

“Kalau taksi online dibiarkan, pekerjaan dan pendapatan kami minim dan hilang. Kami tidak bisa menghidupi keluarga,” kata Ketut Kicen,

salah satu perwakilan dari Aliansi Bali Dewata Transport Airport, yang merupakan salah satu aliansi yang bergabung dalam aksi ini.

Menurut dia, dampak dari perbedaan harga ini menyebabkan rusaknya perkembangan ekonomi transportasi di Bali.

Di mana dahulu sebelum munculnya keberadaan taksi online, para sopir taksi konvensional bisa meraup pendapatan Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per hari. 

“Sekarang pendapatan kami jauh di bawah itu. Karena semua tamu memilih online. Terutama persoalan harga yang lebih murah online dibanding kami,” tambahnya.

Selain itu, menurut Ketut Kicen, keberadaan taksi online juga mengancam kualitas pariwisata dan budaya Bali.

Karena, menurut dia, banyak pengemudi taksi online yang tidak paham pariwisata dan budaya Bali.

Sehingga saat membawa tamu atau turis, para sopir taksi online menjelaskan asal-asalan terhadap tamu terkait pariwisata atau budaya yang mereka kunjungi. 

“Mereka tidak memahami budaya dan pariwisata. Kemampuan bahasa Inggrisnya juga tidak terlalu bagus bisa merusak pariwisata,” tandasnya.

Sementara itu, beberapa Aliansi Pengemudi Taksi Konvensional yang ikut dalam aksi protes seperti Bali Driver Bersatu (BDB), Lintas Badlli Dewata, Sanur Bersatu, Kera Putih Ubud, Airport Transport, Glori, Legian Transport dan masih banyak lagi. 

DENPASAR – Ribuan driver taksi konvensional menggeruduk Kantor Gubernur Bali, Kamis (7/2) pagi. Mereka memulai aksi dengan berjalan kaki dari parkiran timur lapangan Puputan Renon, Denpasar.

Salah satu alasan mereka menggeruduk Kantor Gubernur Bali adalah menuntut keadilan. Pasalnya, menurut mereka keberadaan taksi online mengancam keberadaan taksi konvensional.

Terutama dari segi harga yang sangat jauh berbeda. Di mana taksi online menawarkan harga murah, yang membuat taksi konvensional kurang dilirik para konsumen.

“Kalau taksi online dibiarkan, pekerjaan dan pendapatan kami minim dan hilang. Kami tidak bisa menghidupi keluarga,” kata Ketut Kicen,

salah satu perwakilan dari Aliansi Bali Dewata Transport Airport, yang merupakan salah satu aliansi yang bergabung dalam aksi ini.

Menurut dia, dampak dari perbedaan harga ini menyebabkan rusaknya perkembangan ekonomi transportasi di Bali.

Di mana dahulu sebelum munculnya keberadaan taksi online, para sopir taksi konvensional bisa meraup pendapatan Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per hari. 

“Sekarang pendapatan kami jauh di bawah itu. Karena semua tamu memilih online. Terutama persoalan harga yang lebih murah online dibanding kami,” tambahnya.

Selain itu, menurut Ketut Kicen, keberadaan taksi online juga mengancam kualitas pariwisata dan budaya Bali.

Karena, menurut dia, banyak pengemudi taksi online yang tidak paham pariwisata dan budaya Bali.

Sehingga saat membawa tamu atau turis, para sopir taksi online menjelaskan asal-asalan terhadap tamu terkait pariwisata atau budaya yang mereka kunjungi. 

“Mereka tidak memahami budaya dan pariwisata. Kemampuan bahasa Inggrisnya juga tidak terlalu bagus bisa merusak pariwisata,” tandasnya.

Sementara itu, beberapa Aliansi Pengemudi Taksi Konvensional yang ikut dalam aksi protes seperti Bali Driver Bersatu (BDB), Lintas Badlli Dewata, Sanur Bersatu, Kera Putih Ubud, Airport Transport, Glori, Legian Transport dan masih banyak lagi. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/