29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:42 AM WIB

FIX! Pemkot Ingatkan Tak Pakai Sound System saat Pawai Ogoh-ogoh

DENPASAR – Perayaan Nyepi sebulan lagi. Pemkot Denpasar pun memperingatkan agar saat mengarak ogoh-ogoh tidak menggunakan sound system. Tapi, menggunakan baleganjur seperti biasa.

Karena itu, Dinas Kominfo Denpasar bersama Bagian Humas dan Protokol Kota Denpasar kembali menggelar sosialisasi serangkaian Nyepi di Gedung Sewaka Dhama Lumintang kemarin.

Kabag Humas dan Protokol Kota Denpasar Dewa Gede Rai didampingi Kabid Komunikasi dan Informasi Publik Dinas Kominfo Kota Denpasar Gde Wira Kusuma berharap prosesi hari suci Nyepi tahun ini dapat terlaksana secara aman, tertib, nyaman dan damai.

Keberadaan “soundsystem dan styrofoam” sebagai sesuatu yang tak asing dalam pembuatan “ogoh-ogoh” diharapkan tidak digunakan pada Nyepi kali ini.

“Jadi bukan soundsystem yang bermasalah, tetapi pemanfaatan yang tidak tepat jika digunakan untuk mengiringi prosesi pengarakan ogoh ogoh, apalagi dengan iringan house musik,” kata Dewa Rai.

Menurutnya, masih banyak instrumen lain yang bisa digunakan jika tidak memiliki gambelan, misalnya dengan kentongan dari bambu atau memanfaatkan barang bekas yang bisa menghasilkan irama.

“Jika kita kreatif bisa bisa,” tambahnya. Dewa Rai juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam bersosial media saat menjelang pengerupukan.

Jangan sampai menebar berita hoax dan ikut membantu dalam menjaga kekhusukan menjelang hari raya Nyepi.

Sementara itu, seniman “ogoh-ogoh” asal Banjar Gemeh, Putu Marmar Herayukti yang ditemui ditempat berbeda mengatakan, sangat tidak setuju jika ogoh-ogoh dibuat menggunakan styrofoam dan diarak diiringi soundsystem.

Hal ini semata-mata karena keduanya bukan merupakan kebudayaan Bali. “Kami konsisten menolak itu karena dirasa kurang tepat,” ujar Marmar.

Yang mana sebenarnya ogoh-ogoh merupakan suatu pemersatu masyarakat, dimana di era sekarang ini untuk membuat suatu kreatifitas bersama itu sangatlah susah.

Dan, media ogoh-ogoh inilah yang manjadikan sebuah permasatu masyarakat di dalam berkreasi selain mempertahankan seni budaya Bali.

Untuk itu, kata dia, janganlah menggunakan sound system dengan lagu-lagu housemusik dan bahan Styrofoam yang bisa merusak dan menghilangkan seni budaya bali itu sendiri.

“Mari kita berkreasi bersama dengan mempertahankan akar jati diri seni budaya bali, jangan sampai kita kehilamngan jati diri kita.

Di mana soundsistem yang memutar lagu housemusic itu akan menenggelamkan gambelan-gambelan saat pawai ogoh-ogoh dan bisa memancing kekisruhan.

Untuk itu perlunya sosialisasi pemahaman kepada masyarakat secara terus menerus sehingga masyarakat khsusunya generasi muda paham dan mengerti tentang budaya Bali yang sesungguhnya,” pungkasnya.

 

 

 

DENPASAR – Perayaan Nyepi sebulan lagi. Pemkot Denpasar pun memperingatkan agar saat mengarak ogoh-ogoh tidak menggunakan sound system. Tapi, menggunakan baleganjur seperti biasa.

Karena itu, Dinas Kominfo Denpasar bersama Bagian Humas dan Protokol Kota Denpasar kembali menggelar sosialisasi serangkaian Nyepi di Gedung Sewaka Dhama Lumintang kemarin.

Kabag Humas dan Protokol Kota Denpasar Dewa Gede Rai didampingi Kabid Komunikasi dan Informasi Publik Dinas Kominfo Kota Denpasar Gde Wira Kusuma berharap prosesi hari suci Nyepi tahun ini dapat terlaksana secara aman, tertib, nyaman dan damai.

Keberadaan “soundsystem dan styrofoam” sebagai sesuatu yang tak asing dalam pembuatan “ogoh-ogoh” diharapkan tidak digunakan pada Nyepi kali ini.

“Jadi bukan soundsystem yang bermasalah, tetapi pemanfaatan yang tidak tepat jika digunakan untuk mengiringi prosesi pengarakan ogoh ogoh, apalagi dengan iringan house musik,” kata Dewa Rai.

Menurutnya, masih banyak instrumen lain yang bisa digunakan jika tidak memiliki gambelan, misalnya dengan kentongan dari bambu atau memanfaatkan barang bekas yang bisa menghasilkan irama.

“Jika kita kreatif bisa bisa,” tambahnya. Dewa Rai juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam bersosial media saat menjelang pengerupukan.

Jangan sampai menebar berita hoax dan ikut membantu dalam menjaga kekhusukan menjelang hari raya Nyepi.

Sementara itu, seniman “ogoh-ogoh” asal Banjar Gemeh, Putu Marmar Herayukti yang ditemui ditempat berbeda mengatakan, sangat tidak setuju jika ogoh-ogoh dibuat menggunakan styrofoam dan diarak diiringi soundsystem.

Hal ini semata-mata karena keduanya bukan merupakan kebudayaan Bali. “Kami konsisten menolak itu karena dirasa kurang tepat,” ujar Marmar.

Yang mana sebenarnya ogoh-ogoh merupakan suatu pemersatu masyarakat, dimana di era sekarang ini untuk membuat suatu kreatifitas bersama itu sangatlah susah.

Dan, media ogoh-ogoh inilah yang manjadikan sebuah permasatu masyarakat di dalam berkreasi selain mempertahankan seni budaya Bali.

Untuk itu, kata dia, janganlah menggunakan sound system dengan lagu-lagu housemusik dan bahan Styrofoam yang bisa merusak dan menghilangkan seni budaya bali itu sendiri.

“Mari kita berkreasi bersama dengan mempertahankan akar jati diri seni budaya bali, jangan sampai kita kehilamngan jati diri kita.

Di mana soundsistem yang memutar lagu housemusic itu akan menenggelamkan gambelan-gambelan saat pawai ogoh-ogoh dan bisa memancing kekisruhan.

Untuk itu perlunya sosialisasi pemahaman kepada masyarakat secara terus menerus sehingga masyarakat khsusunya generasi muda paham dan mengerti tentang budaya Bali yang sesungguhnya,” pungkasnya.

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/