26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:53 AM WIB

Punya Pengalaman Colek Pamor, Pastika: Tanda Bali Dilindungi Tuhan

DENPASAR – Kembali merebaknya fenomena colek pamor (kapur) di sejumlah tempat, termasuk tempat suci seperti pura memunculkan beragam tanggapan masyarakat.

Namun, sejatinya fenomena serupa pernah terjadi pada 2005 lalu. Kapolda Bali saat itu adalah Made Mangku Pastika.

Setelah 13 tahun berlalu, pandangan Pastika masih tetap sama. Bahwa colek pamor bermakna Bali dilindungi oleh Tuhan, Ida Sang Hyang Widi.

“Tidak perlu ada tafsiran macam-macam, sehingga menimbulkan keresahan dan kecemasan. Waktu itu (2005) ada yang bilang akan terjadi bencana. Saya katakan tidak ada itu semua,” ujar Pastika saat dihubungi Jawa Pos Radar Bali.

Mantan Gubernur Bali dua periode itu mengungkapkan, colek pamor dan tapak dara merupakan satu fenomena di luar nalar manusia.

Fenomena tersebut tidak perlu dikhawatirkan sepanjang manusia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama dan kebenaran.

Masih lekat dalam ingatan Pastika saat menjabat Kapolda Bali, colek pamor juga terjadi hingga pura di Polda. Bahkan sampai merambah ke kediaman Kapolda di Tohpati.

“Kebetulan saat terjadi colek pamor itu saya lagi di Jakarta lagi rapat. Saya pulang sudah berkembang komentar macam-macam,” tukasnya.

Sebagai polisi, Pastika memerintahkan dilakukan identifikasi melalui tes labfor. Tim diturunkan guna mengambil sampel colek pamor.

Setelah diselidiki, menurut hasil labfor pamor itu sulit diidentifikasi. “Saya ambil kesimpulan, bahwa tidak akan terjadi apa-apa.

Saya sampaiakan masyarakat tidak usah resah, tidak perlu ada tafsiran macam-macam,” tandas pria kelahiran Buleleng itu.

Menurut Pastika, ketika fenomena colek pamor mencuat pada 2005 ada kelompok-kelompok tertentu yang berkomentar macam-macam.

Ada yang menafsirkan akan terjadi grubug (wabah penyakit) dan lainnya. Pastika kembali menegaskan, colek pamor bukan pertanda adanya bencana dan kesusahan.

“Meski ada unsur-unsur yang ingin mencelakakan kita, yang ada pamornya semua kan tempat suci, juga tempatnya orang baik-baik. Saya yakin pamor pertanda kita dilindungi Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa,” imbuhnya.

 

DENPASAR – Kembali merebaknya fenomena colek pamor (kapur) di sejumlah tempat, termasuk tempat suci seperti pura memunculkan beragam tanggapan masyarakat.

Namun, sejatinya fenomena serupa pernah terjadi pada 2005 lalu. Kapolda Bali saat itu adalah Made Mangku Pastika.

Setelah 13 tahun berlalu, pandangan Pastika masih tetap sama. Bahwa colek pamor bermakna Bali dilindungi oleh Tuhan, Ida Sang Hyang Widi.

“Tidak perlu ada tafsiran macam-macam, sehingga menimbulkan keresahan dan kecemasan. Waktu itu (2005) ada yang bilang akan terjadi bencana. Saya katakan tidak ada itu semua,” ujar Pastika saat dihubungi Jawa Pos Radar Bali.

Mantan Gubernur Bali dua periode itu mengungkapkan, colek pamor dan tapak dara merupakan satu fenomena di luar nalar manusia.

Fenomena tersebut tidak perlu dikhawatirkan sepanjang manusia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama dan kebenaran.

Masih lekat dalam ingatan Pastika saat menjabat Kapolda Bali, colek pamor juga terjadi hingga pura di Polda. Bahkan sampai merambah ke kediaman Kapolda di Tohpati.

“Kebetulan saat terjadi colek pamor itu saya lagi di Jakarta lagi rapat. Saya pulang sudah berkembang komentar macam-macam,” tukasnya.

Sebagai polisi, Pastika memerintahkan dilakukan identifikasi melalui tes labfor. Tim diturunkan guna mengambil sampel colek pamor.

Setelah diselidiki, menurut hasil labfor pamor itu sulit diidentifikasi. “Saya ambil kesimpulan, bahwa tidak akan terjadi apa-apa.

Saya sampaiakan masyarakat tidak usah resah, tidak perlu ada tafsiran macam-macam,” tandas pria kelahiran Buleleng itu.

Menurut Pastika, ketika fenomena colek pamor mencuat pada 2005 ada kelompok-kelompok tertentu yang berkomentar macam-macam.

Ada yang menafsirkan akan terjadi grubug (wabah penyakit) dan lainnya. Pastika kembali menegaskan, colek pamor bukan pertanda adanya bencana dan kesusahan.

“Meski ada unsur-unsur yang ingin mencelakakan kita, yang ada pamornya semua kan tempat suci, juga tempatnya orang baik-baik. Saya yakin pamor pertanda kita dilindungi Tuhan, Ida Sang Hyang Widi Wasa,” imbuhnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/