28.7 C
Jakarta
9 November 2024, 0:56 AM WIB

Situs Tamblang Berusia 9 Abad, Harap Tinggalan Sejarah Dipertahankan

SAWAN – Tinggalan sejarah berupa terowongan yang ditemukan di areal Bendungan Tamblang, dipastikan tak bisa dipertahankan.

Pelaksana proyek memutuskan menyumbat terowongan itu, agar tak membahayakan struktur bangunan bendungan.

Tenaga Ahli Geologi Pembangunan Bendungan Tamblang, Heri Suwondo mengatakan, terowongan yang ada dibagian as bendungan, secepatnya akan disumbat menggunakan teknik flagging (beton).

“Harus disumbat karena akan menimbulkan kebocoran pada waduk. Kalau dirobohkan, agak susah, dan tidak memungkinkan untuk merubah desain galiannya,” tutur Heri Suwondo.

Sebagaimana diberitakan, berdasar hasil penelitian, terowongan yang berfungsi sebagai saluran irigasi itu berusia tak kurang dari 9 abad.

Kepala Balar Denpasar I Gusti Made Suarbhawa mengatakan, terowongan itu bukan dibuat pada jaman kolonial pada awal abad ke-20.

Namun lebih tua lagi. Ia memperkirakan terowongan itu dibuat pada paro abad ke-11 atau awal abad ke-12.

Salah satu indikatornya ialah ditemukannya ceruk dengan ukuran 15 centimeter pada bagian kanan dan kiri dinding terowongan.

Ceruk itu berfungsi sebagai tempat meletakkan penerangan. Kala itu penerangan berupa lampu telok

Suarbhawa mengatakan, kawasan di sekitar Bendungan Tamblang memang identik dengan kawasan yang kaya dengan peradaban kuno.

Balar Denpasar kerap menemukan situs-situs baru di kawasan Desa Bila, Desa Sawan, maupun Desa Tamblang. Tinggalan sejarah yang mencolok berupa prasasti hingga ceruk pertapaan.

Khusus untuk terowongan yang ada di tubuh Bendungan Tamblang, Suarbhawa mengaku tak bisa berbicara banyak.

Menurutnya tim peneliti akan berusaha melakukan penelitian lebih intensif lagi, dengan memanfaatkan waktu yang tersisa. Karena kemungkinan besar terowongan itu akan menjadi areal genangan air bendungan.

Kalau toh terowongan itu ditutup, Suarbhawa menyerahkan hal itu pada kontraktor pelaksana. “Kalau memang ada terowongan lain yang berada di luar tubuh bendungan,

kami harap bisa dipertahankan. Karena ini penting untuk generasi mendatang. Bahwa leluhur kita sejatinya sudah berupaya mengalirkan air untuk kesejahteraan masyarakat pada masa itu,” tegasnya.

 

SAWAN – Tinggalan sejarah berupa terowongan yang ditemukan di areal Bendungan Tamblang, dipastikan tak bisa dipertahankan.

Pelaksana proyek memutuskan menyumbat terowongan itu, agar tak membahayakan struktur bangunan bendungan.

Tenaga Ahli Geologi Pembangunan Bendungan Tamblang, Heri Suwondo mengatakan, terowongan yang ada dibagian as bendungan, secepatnya akan disumbat menggunakan teknik flagging (beton).

“Harus disumbat karena akan menimbulkan kebocoran pada waduk. Kalau dirobohkan, agak susah, dan tidak memungkinkan untuk merubah desain galiannya,” tutur Heri Suwondo.

Sebagaimana diberitakan, berdasar hasil penelitian, terowongan yang berfungsi sebagai saluran irigasi itu berusia tak kurang dari 9 abad.

Kepala Balar Denpasar I Gusti Made Suarbhawa mengatakan, terowongan itu bukan dibuat pada jaman kolonial pada awal abad ke-20.

Namun lebih tua lagi. Ia memperkirakan terowongan itu dibuat pada paro abad ke-11 atau awal abad ke-12.

Salah satu indikatornya ialah ditemukannya ceruk dengan ukuran 15 centimeter pada bagian kanan dan kiri dinding terowongan.

Ceruk itu berfungsi sebagai tempat meletakkan penerangan. Kala itu penerangan berupa lampu telok

Suarbhawa mengatakan, kawasan di sekitar Bendungan Tamblang memang identik dengan kawasan yang kaya dengan peradaban kuno.

Balar Denpasar kerap menemukan situs-situs baru di kawasan Desa Bila, Desa Sawan, maupun Desa Tamblang. Tinggalan sejarah yang mencolok berupa prasasti hingga ceruk pertapaan.

Khusus untuk terowongan yang ada di tubuh Bendungan Tamblang, Suarbhawa mengaku tak bisa berbicara banyak.

Menurutnya tim peneliti akan berusaha melakukan penelitian lebih intensif lagi, dengan memanfaatkan waktu yang tersisa. Karena kemungkinan besar terowongan itu akan menjadi areal genangan air bendungan.

Kalau toh terowongan itu ditutup, Suarbhawa menyerahkan hal itu pada kontraktor pelaksana. “Kalau memang ada terowongan lain yang berada di luar tubuh bendungan,

kami harap bisa dipertahankan. Karena ini penting untuk generasi mendatang. Bahwa leluhur kita sejatinya sudah berupaya mengalirkan air untuk kesejahteraan masyarakat pada masa itu,” tegasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/