RadarBali.com – Lantaran tanah seluas 4.217 are diserobot dan mediasi sejak 2005 tak digubris, ahli waris I Gusti Made Mentog gembok gardu PLN Imam Bonjol, Minggu (9/9) pagi.
Belasan anggota keluarga almarhum I Gusti Made Mentog asal Banjar Tampakgangsul menggembok sekaligus menyegel Gardu Induk Pemecutan yang merupakan Kantor Area Pemeliharaan Bali di Jalan Imam Bonjol No. 350 Denpasar.
Naval Rudiyanto, 20, petugas bagian jaringan gardu induk PLN Pemecutan Keloid menyebut penyegelan tersebut bisa berakibat fatal, yakni padamnya aliran listrik di wilayah bandara dan Bali Selatan karena mesin pengatur gardu induk tak dimonitor.
“Risikonya kalau ada gangguan padamnya bisa lebih lama. Karena kita tak bisa masuk. Kalau terjadi gangguan arus listrik di bandara harus dinormalkan, di sini juga. Kalau di sini tak bisa, berarti tak bisa,” ucapnya.
Naval Rudiyanto menyebut alat pengatur arus listrik tersebut hanya ada di gardu PLN Imam Bonjol. “Di sini ada 100 peralatan yang mengatur keluar masuknya arus listrik. Tak bisa ditinggalkan sebenarnya,” tandasnya sembari menyebut ada kemungkinan risiko terbakar.
“Misalnya ada gangguan. Mungkin arusnya terlalu besar dan timbul percikan api,” tandasnya. Pantauan Jawa Pos Radar Bali di lapangan, dalam aksi penggembokan dan penyegelan yang dimulai sekitar pukul 10.00 itu seluruh petugas di area tersebut baik tenaga cleaning service, satpam, termasuk mandor dan pegawai yang jumlahnya 15 orang terpaksa keluar dari areal gardu yang luasnya sekitar 2 hektar 3 are itu.
Aksi penyegelan yang berlangsung sejak pagi berjalan lancar. Dua satpam PLN yang saat itu ada di lokasi, yakni I Made Sudarma dan Jro Mangku Patra tak bisa berbuat banyak.
Mereka tampak diam saja ketika pintu gerbang kantor digembok dan dipasangi spanduk. Demikian pula belasan tenaga lainnya di dalam area kantor itu juga keluar dari lokasi karena pihak ahli waris menggembok satu-satunya pintu keluar areal gardu.
Salah seorang petugas mengatakan gardu itu menyuplai listrik ke wilayah Bali selatan termasuk Kuta, Nusa Dua dan bandara.
“Kalau gardu ini tak berfungsi bisa berakibat fatal karena seluruh aliran listrik yang disuplai dari gardu ini akan terputus. Jadi bisa mati listrik di kawasan vital tersebut,” ujarnya.
Sementara ahli waris almarhum yang dipimpin Anak Agung Ngurah Semara Adnyana yang juga sebagai pengacara keluarga ini mengatakan pihaknya sudah berjuang sejak tahun 2006 silam untuk mendapatkan kembali tanah keluarga seluas 20 x 210 meter yang diduga diserobot pihak PLN.
“Kami tak pernah menjual tanah tersebut, tahu-tahu PLN menembok keliling tanah kami berikut mendirikan bangunan,” ujar Semara Adnyana berapi-api.
Pihaknya sebenarnya sudah berjuang dengan berbagai cara damai dan baik-baik dengan pihak PLN termasuk menemui BPN Denpasar untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Namun hingga belasan tahun perjuangan keluarga almarhum I Gusti Made Mentog ini mentok. Bahkan pihaknya telah difasilitasi oleh Ombudsman serta anggota DPD Wedakarna namun juga tak membuahkan hasil.
“Karenanya kami terpaksa menempuh cara ini. Kami tetap membuka ruang untuk berdialog dengan berbagai pihak terkait masalah ini. Kami intinya ingin masalah ini cepat selasai,” tegas Semara Adnyana yang juga keponakan almarhum I Gusti Made Mentog.
Hingga beberapa jam aksi penyegelan tersebut, belum ada penjelasan dari pihak PLN. Di lokasi hanya petugas satpam dan beberapa tenaga yang ada.
Sementara penanggung jawab gardu belum bisa dihubungi. Aksi penyegelan kemarin selain disaksikan keluarga almarhum, juga puluhan warga tampak menyaksikan aksi tersebut.
Tak berapa lama tampak mobil polisi menghampiri lokasi. Namun pihak ahli waris sudah telanjur pulang.