RadarBali.com – Pemkab Badung sejatinya telah menyediakan angkutan pengumpan (feeder) Trans Sarbagita.
Namun kalangan DPRD Badung meminta untuk mengkaji angkutan pengumpan tersebut. Paslanya, angkutan pengumpan terlihat sepi penumpang.
“Kami mempertanyakan mobil pengumpan Trans Sarbagita efektifitasnya seperti apa? Sebab, kami lihat Nusa Dua itu (feeder) hanya lalu lalang.
Kami minta kaji ulang efektif atau tidak,” tegas Sekretaris Komisi II DPRD Badung, Nyoman Mesir dalam rapat kerja dengan jajaran OPD di lingkungan Pemkab Badung, belum lama ini.
Ia acap melihat kendaraan pengumpan yang lalu-lalang tanpa penumpang. Padahal, kendaraan jenis mini bus ini diharapkan sebagai pemantik dalam memajukan transportasi umum di Bali.
Sehingga pemanfaatan kendaraan pengumpan betul-betul difungsikan agar tidak mubazir. Apalagi anggaran APBD yang diserap untuk mendukung program transportasi umum itu tidak sedikit. “Harus dimaksimalkan ini, ” tegasnya.
Sementara Kepada Dinas Perhubungan (Kadishub) Kabupaten Badung, AA Ngurah Rai Yuda, mengakui adanya penurunan minat masyarakat memanfaatkan Trans Sarbagita.
“Masyarakat pengguna Sarbagita memang tidak begitu tinggi. Bahkan, dilihat dari data dari tahun ke tahun cenderung terjadi penurunan minat menggunakan layanan ini,” ujarnya.
Kendati begitu, ia tak serta merta untuk menutup layanan tersebut karena merupakan amanat undang-undang.
Tak hanya itu, Pemkab Badung juga terlanjur menjalin kesepakatan dengan pihak provinsi dan kabupaten/kota (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) yang tergabung dalam program tersebut.
“Angkutan penumpang atau feeder tetap dijalankan. Namun, di 2018 kami akan melakukan rasionalisasi dari sebelumnya 14 kendaraan di dua trayek menjadi delapan kendaraan.
Ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pihak Provinsi Bali juga mengurangi jumlah bus,” pungkasnya