31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 12:14 PM WIB

Aktivitas Threesome Berakibat Buruk; Picu Stress dan Penyakit Menular

SINGARAJA – Menurut pakar seksologi Bali, dr. Oka Negara, kasus seksual yang melibatkan 3 orang sekaligus yang lazim disebut threesome, bukan masalah baru.

Sejak dulu kasus – kasus penyimpangan seksual ini pernah terjadi. Yang harus diketahui, berhubungan badan dengan banyak dan berbeda-beda orang rentan dengan gangguan kesehatan.

Dr Oka mengatakan, penyebab threesome sangat kompleks. Apalagi terjadi di kalangan seorang guru dan pegawai kontrak kemudian siswi menjadi korban.

“Penyebab bisa dari internal, kepribadian dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal lingkungan sebaya, keluarga, masyarakat, pengaruh media dan gadget. Begitu pula dengan orang dewasa.

Tapi, secara umum pengaruh gadget sangat luar biasa. Karena semua hal bisa ditonton dan ditiru langsung,” papar dosen Kedokteran Universitas Udayana ini.

Selain itu seringkali terjadi kebosanan dalam berhubungan badan. Misalnya pasangan yang kurang romantis, foreplay dalam hubungan seksual tidak pernah maksimal, hingga tidak kreatif dalam mencoba variasi dan hal baru bersama-sama.

Menurutnya, kasus threesome ini seringkali dilakukan sebagai bentuk variasi seksual untuk mencoba hal baru atau mengatasi kejenuhan seksual pada pasangan.

Bukan penyimpangan seksual (parafilia).“Hanya saja menjadi tidak wajar karena seringkali dilakukan melibatkan orang sebagai partner ketiga,” ucapnya.

Yang perlu diketahui, melakukan hubungan badan dengan melibatkan tiga orang secara langsung memiliki banyak resiko. 

Resiko threesome secara umum baik fisik dan psikis. Fisik, kemungkinan risiko tertular IMS atau Infeksi Menular Seksual jika ada salah satunya mengidap IMS dan aktivitas threesome tidak menggunakan kondom.

Selain itu berbahaya karena bisa mengakibatkan cedera atau infeksi. Aktivitas threesome memiliki kecenderungan pelakunya memiliki juga kemungkinan beberapa pasangan seksual lain.

“Resiko psikis lebih kepada distress atau depresi jika ada yang dipaksa sebagai pihak ketiga. Bisa memunculkan hal traumatik. Juga bisa karena ketahuan publik dan mendapat bully sosial,” tandasnya.

SINGARAJA – Menurut pakar seksologi Bali, dr. Oka Negara, kasus seksual yang melibatkan 3 orang sekaligus yang lazim disebut threesome, bukan masalah baru.

Sejak dulu kasus – kasus penyimpangan seksual ini pernah terjadi. Yang harus diketahui, berhubungan badan dengan banyak dan berbeda-beda orang rentan dengan gangguan kesehatan.

Dr Oka mengatakan, penyebab threesome sangat kompleks. Apalagi terjadi di kalangan seorang guru dan pegawai kontrak kemudian siswi menjadi korban.

“Penyebab bisa dari internal, kepribadian dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal lingkungan sebaya, keluarga, masyarakat, pengaruh media dan gadget. Begitu pula dengan orang dewasa.

Tapi, secara umum pengaruh gadget sangat luar biasa. Karena semua hal bisa ditonton dan ditiru langsung,” papar dosen Kedokteran Universitas Udayana ini.

Selain itu seringkali terjadi kebosanan dalam berhubungan badan. Misalnya pasangan yang kurang romantis, foreplay dalam hubungan seksual tidak pernah maksimal, hingga tidak kreatif dalam mencoba variasi dan hal baru bersama-sama.

Menurutnya, kasus threesome ini seringkali dilakukan sebagai bentuk variasi seksual untuk mencoba hal baru atau mengatasi kejenuhan seksual pada pasangan.

Bukan penyimpangan seksual (parafilia).“Hanya saja menjadi tidak wajar karena seringkali dilakukan melibatkan orang sebagai partner ketiga,” ucapnya.

Yang perlu diketahui, melakukan hubungan badan dengan melibatkan tiga orang secara langsung memiliki banyak resiko. 

Resiko threesome secara umum baik fisik dan psikis. Fisik, kemungkinan risiko tertular IMS atau Infeksi Menular Seksual jika ada salah satunya mengidap IMS dan aktivitas threesome tidak menggunakan kondom.

Selain itu berbahaya karena bisa mengakibatkan cedera atau infeksi. Aktivitas threesome memiliki kecenderungan pelakunya memiliki juga kemungkinan beberapa pasangan seksual lain.

“Resiko psikis lebih kepada distress atau depresi jika ada yang dipaksa sebagai pihak ketiga. Bisa memunculkan hal traumatik. Juga bisa karena ketahuan publik dan mendapat bully sosial,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/